TKI didata Imigrasi dan Muspika Kecamatan Pantai Labu |
Dari 127 orang TKI terdiri dari 88 orang pria dan 39 wanita dimana ada 3 orang balita. Para TKI ini dikumpulkan di Aula Kantor Camat Pantailabu dengan pendataan yang dilakukan pihak Imigrasi, Polsek Pantailabu, pihak Kecamatan Pantai labu dan Koramil Beringin.
Imigrasi Data TKI |
Para TKI berasal dari sejumlah daerah di Indonesia diantaranya Tanjung Balai, Aceh, Medan, Deliserdang, Padang, Palembang, Jambi, Bengkulu, Banten, Simalungun, solo Jawa tengah, Tangerang, Lombok dan daerah lainnya. Para TKI juga sebagian mengaku sudah ada yang enam tahun bekerja di Malaysia.
Mayoritas dari para TKI mengaku berangkat ke Malaysia melalui agen tenaga kerja bernama Raja laut. Untuk pekerjaan mereka selama di Malaysia diantaranya pekerja restauran, pabrik, pembantu rumah tangga dan lainnya.
Para TKI saat menyebrang Laut |
" Kita pulang naik sampan dari Malaysia naik kapal secara diam diam karena kalau pulang secara prosedural resmi mahal bisa sampai 6-7 jutaan ongkosnya. Makanya kami naik sampan," ucap Bustami salah seorang TKI.
Sementara itu menurut Samin, warga Serang Banten mengatakan ia sudah bekerja di Slangor Malaysia sebagai teknisi mesin di Kilang ( pabrik) pembuatan mesin pembuat jajanan.
" Berangkat hari Senin jam 3 pagi kami dua kapal berangkat tapi operator Kapal yang bawa kami nampaknya hanya mengantar sampai dekat pulau saja, alasannya kapal kandas. Jadi kami turun basah basah
Samin (46) Warga Serang Banten, sudah empat tahun di selangor Malaysia. Kerja kilang pembuatan mesin produksi makanan.
" Kami sengaja pulang naik kapal kayu karena ongkos lebih murah, kalau pulang naik pesawat melalui resmi biaya sangat mahal mencapai Rp 7-8 jutaan, kalau naik kapal kayu melalui agen agen jauh lebih murah, lagi pula resiko ditahan Polisi Malaysia juga kecil. Ada yang urus tapi sayangnya kapal yang kami tumpangi tadi kandas hingga kami terpaksa naik sampan nelayan kepinggir pantai," ungkap Sarmin.
Sarmin mengungkapkan, kalau mereka pulang ke Indonesia bukan diusir tapi memang mau pulang sendiri.
" Tidak takut, dulu ke Malaysia juga masuknya naik sampan juga melalui agen, pakai paspor pelancong saya. Tapi ada juga tadi yang tidak punya paspor," ucapnya.
Iskandar, pihak Imigrasi Kantor Gatot Subroto Medan bersama sejumlah pegawai Imigrasi yang tiba di Kantor Camat Pantailabu langsung melakukan pendataan pada para TKI dan menanyai satu persatu identitas TKI serta biro biro agen yang mengirim mereka ke Malaysia.
Dari temuan, mayoritas TKI Non Prosedural itu dari Agen Raja Laut dan setelah didata, para TKI ini akan pulang dengan cara mandiri.
" Kami hanya melakukan pendataan pada para TKI Non prosedural ini selanjutnya mereka akan pulang masing masing ke daerah asal dengan mandiri," sebut Iskandar.
Camat Pantai Labu, Faisal Nasution dalam keterangan persnya mengatakan kalau para TKI yang terdampar di Pantai Labu ini berasal dari Malaysia. Mereka awalnya tiba 12 orang berdasarkan laporan masyarakat lalu setelah dilakukan peninjauan di tepi pantai beberapa sampan nelayan juga ditumpangi TKI yang lain, balita juga ada.
" Kami dapat info dari masyarakat sekitar pukul 10.00 wib tadi, dan kami kira pengungsi Rohingya, hibgga kamipun langsung bergegas melakukan peninjauan dan mengumpulkan para TKI itu, namun setelah didata satu satu mereka semua warga Negara Indonesia cuma berasal dari berbagai daerah dan propinsi. Kita kordinasi dengan imigrasi dan kita serahkan prosesnya," sebut Camat Pantailabu.
Proses pendataan diawasi sejumlah Petugas Kepolisian Polsek Pantai labu dan Koramil Beringin. Para TKI itu setelah didata dipersilahkan untuk pulang ke daerah mereka masing masing.
Dari amatan, tidak ada tanda kecemasan pada para TKI itu, mereka tampak senang karena sudah diberi makan dan tempat istirahat oleh pihak Kecamatan Pantailabu di Aula.
Informasi didapat, kalau Selat Malaka memang kerap digunakan sebagai lalulintas pekerja ilegal yang mau ke Malaysia, kapal kapal nelayan digunakan agen agen TKI ilegal sebagai transportasi yang lebih murah dan aman dari pemeriksaan pihak berwajib. Meski resiko nyawa bisa saja terjadi saat menyeberangi lautan. Upah besar bekerja di Malaysia menjadi magnet warga Indonesia bekerja disana. Disamping memang lapangan kerja di Indonesia masih sulit.( Wan)