ASAHAN-Bahan bakar minyak (BBM) jenis solar habis di setiap SPBU di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. Akibatnya, warga kelimpungan dan kesal.
Selain di Asahan, di beberapa SPBU di Labuhan Batu, Labuhan Batu Utara (Labura), Tebing Tinggi, Serdang Bedagai (Sergai) dan Deliserdang juga kehabisan stok minyak solar.
Juga para nelayan tak melaut karena minyak untuk kapal tak ada. Truk-truk sawit terpaksa berhenti beroperasi.
Sarana pengisian BBM di wilayah Jalan Lintas Sumatera Asahan, terlihat sepi dari pembeli, akibat tidak adanya pasokan bahan bakar.
Selain di Asahan, di beberapa SPBU di Labuhan Batu, Labuhan Batu Utara (Labura), Tebing Tinggi, Serdang Bedagai (Sergai) dan Deliserdang juga kehabisan stok minyak solar.
Juga para nelayan tak melaut karena minyak untuk kapal tak ada. Truk-truk sawit terpaksa berhenti beroperasi.
Sarana pengisian BBM di wilayah Jalan Lintas Sumatera Asahan, terlihat sepi dari pembeli, akibat tidak adanya pasokan bahan bakar.
Menyikapi masalah ini, Pelaku Ekonomi Masyarakat dan Pembina Pekebun Sawit Masyarakat, James Ganda Sormin mengaku heran kenapa BBM yang dibutuhkan pelaku usaha tersebut tiba-tiba tak ada di pasaran.
“Bahan bakar minyak solar sangat dibutuhkan warga dan pelaku usaha. Tapi karena kehabisan stok, nelayan, truk-truk pengangkut sawit dan lainnya tak bisa beroperasi. Ini menimbulkan kerugian besar,” ujar James Ganda Sormin kepada wartawan di Asahan, Kamis (19/9).
James Ganda Sormin menjelaskan, BBM jenis solar sangat dibutuhkan warga dan pelaku usaha. Sehingga begitu terjadi kelangkaan walau hanya sehari saja akan menimbulkan kerugian besar.
Untuk itu, James Ganda Sormin meminta pihak terkait agar jangan main-main atau berspekulan terhadap bahan bakar minyak jenis solar, demi kelancaran dunia usaha dan lainnya.
“Saat ini ekonomi warga lagi sulit. Bila hal ini (kelangkaan BBM solar) berlangsung lama, penderitaan warga semakin besar. Untuk itu saya berharap pihak terkait agar lebih memperjuangkan kepentingan rakyat dari pada golongan maupun pribadi,” tambahnya.
Sementara itu Nana, karyawan SPBU Jalan Siantar Kecamatan Lubuk Pakam kepada wartawan mengatakan, terjadinya kelangkaan BBM jenis solar terjadi pada Rabu hingga Kamis (18-19/9). Namun menurutnya, kelangkaan itu terjadi karena solar belum tiba.
“Sampai saat ini solar dari Pertamina belum masuk. Mungkin malam nanti (Kamis, 19/9) atau besok pagi (Jumat, 20/9) bang,” ujarnya.
Selain kelangkaan BBM jenis solar, James Ganda Sormin menilai saat ini timbul kekhawatiran dan ketakutan warga yang disebabkan asap akibat kebakaran hutan.
Hingga saat ini, beberapa propinsi sudah diserang asap.
“Serangan asap ini sangat berbahaya bagi kesehatan. Pemerintah diminta menindak tegas pembakar hutan tersebut sebagai efek jera,” terangnya.
Diakui James Ganda Sormin, pemadaman api yang sudah membakar puluhan ribu hektar hutan dan ladang tersebut membutuhkan biaya cukup besar.
Mantan Ketua Alumni Fakultas Ekonomi HKBP Nommensen ini mengaku heran terkait kasus yang terjadi beberapa hari belakangan ini, seperti rusuh di Papua, kebakaran hutan dan langkanya BBM jenis Solar.
“Ini aneh, sepertinya ada misi di balik peristiwa ini, terutama jelang pelantikan Presiden Jokowi,” jelasnya. (in)
“Bahan bakar minyak solar sangat dibutuhkan warga dan pelaku usaha. Tapi karena kehabisan stok, nelayan, truk-truk pengangkut sawit dan lainnya tak bisa beroperasi. Ini menimbulkan kerugian besar,” ujar James Ganda Sormin kepada wartawan di Asahan, Kamis (19/9).
James Ganda Sormin menjelaskan, BBM jenis solar sangat dibutuhkan warga dan pelaku usaha. Sehingga begitu terjadi kelangkaan walau hanya sehari saja akan menimbulkan kerugian besar.
Untuk itu, James Ganda Sormin meminta pihak terkait agar jangan main-main atau berspekulan terhadap bahan bakar minyak jenis solar, demi kelancaran dunia usaha dan lainnya.
“Saat ini ekonomi warga lagi sulit. Bila hal ini (kelangkaan BBM solar) berlangsung lama, penderitaan warga semakin besar. Untuk itu saya berharap pihak terkait agar lebih memperjuangkan kepentingan rakyat dari pada golongan maupun pribadi,” tambahnya.
Sementara itu Nana, karyawan SPBU Jalan Siantar Kecamatan Lubuk Pakam kepada wartawan mengatakan, terjadinya kelangkaan BBM jenis solar terjadi pada Rabu hingga Kamis (18-19/9). Namun menurutnya, kelangkaan itu terjadi karena solar belum tiba.
“Sampai saat ini solar dari Pertamina belum masuk. Mungkin malam nanti (Kamis, 19/9) atau besok pagi (Jumat, 20/9) bang,” ujarnya.
Selain kelangkaan BBM jenis solar, James Ganda Sormin menilai saat ini timbul kekhawatiran dan ketakutan warga yang disebabkan asap akibat kebakaran hutan.
Hingga saat ini, beberapa propinsi sudah diserang asap.
“Serangan asap ini sangat berbahaya bagi kesehatan. Pemerintah diminta menindak tegas pembakar hutan tersebut sebagai efek jera,” terangnya.
Diakui James Ganda Sormin, pemadaman api yang sudah membakar puluhan ribu hektar hutan dan ladang tersebut membutuhkan biaya cukup besar.
Mantan Ketua Alumni Fakultas Ekonomi HKBP Nommensen ini mengaku heran terkait kasus yang terjadi beberapa hari belakangan ini, seperti rusuh di Papua, kebakaran hutan dan langkanya BBM jenis Solar.
“Ini aneh, sepertinya ada misi di balik peristiwa ini, terutama jelang pelantikan Presiden Jokowi,” jelasnya. (in)