Sesama Orang Kebun, Mantan Karyawan PTPN II Komitmen Dukung Djoss

Sebarkan:

Ratusan pensiunan dan mantan karyawan PTPN II Kebun Sampali eks Saentis, Bandar Klippa dan Batang Kuis, mendeklarasikan diri sebagai relawan untuk memenangkan Djarot Saiful Hidayat dan Sihar Sitorus sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara 2018-2023.

Menurut koordinator Eks N2 Djoss, Dian Prabudi (Ian Tengik), pihaknya melihat adanya komitmen yang jelas dari pasangan Djarot-Sihar dalam memperhatikan nasib pensiunan dan mantan karyawan perkebunan.

Ian menjelaskan, ada sekitar 150 orang pensiunan dan mantan karyawan yang sudah diberhentikan oleh PTPN II akibat sejumlah persoalan yang berhimpun untuk memenangkan Djarot-Sihar dalam Pilgubsu 2018.

"Umumnya kami disini adalah mantan karyawan PTPN II asal Saentis, Sampali, Cinta Rakyat, Bandar Klippa, Bandar Setia sampai Batang Kuis. Pak Sihar itu keluarganya berkecimpung di dunia perkebunan. Ayahnya dikenal hebat dalam mengelola kebun, pasti dia paham bagaimana nasib orang kebun," ujar Ian usai deklarasi di Jalan Kaliserayu, Desa Saentis, Kecamatan Percut Sei Tuan, Jumat (16/2/2018).

Meski sudah tidak lagi berada dalam satu wadah pekerjaan, Ian mengatakan, seluruh mantan karyawan dan keluarga para pensiunan PTPN II masih sering berkumpul karena terikat pada kenangan yang sama.

Selain itu, banyak hak-hak pensiunan dan mantan karyawan PTPN II yang hingga saat ini masih mereka perjuangkan karena belum diberikan oleh pihak perusahaan.

"Aku baca koran, Pak Sihar adalah calon terkaya di Indonesia. Apa masih ada di pikirannya untuk korupsi? Ku rasa nggak ada. Stadion Teladan aja pernah mau dibelinya, itulah contoh cintanya dia sama PSMS. Cintanya dia sama kampung halamannya. Pak Djarot lagi, was podo-podo wong awak (sudah sama-sama orang kita-jawa)," sebutnya.

Setelah melakukan deklarasi, ratusan mantan karyawan PTPN II yang tergabung dalam 'Eks N2 Djoss' ini akan melakukan rekrutmen relawan yang sama-sama merupakan mantan karyawan di kebun lain. (eka)
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini