![]() |
| Anggota Komisi 5 DPR RI Musa Rajeksa berapa ria dengan masyarakat di Rusunawa Seruwe, Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Labuhan. (mol/rustam) |
MEDAN | Anggota Komisi 5 DPR RI Musa Rajeksa mengatakan, sebanyak 45 ribu rumah bersubsidi akan dibangun pemerintah di Kota Medan.
"Tahun ini akan dibangun sebanyak 20 ribu unit dan tahun depan sebanyak 25 ribu unit," kata Musa pada acara sosialisasi program pembiayaan perumahan dan kredit mikro di komplek rumah susun Seruwe, Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Labuhan, Sabtu (11/10/2025).
Diharapkan, sebahagia dari 45 ribu rumah bersubsidi tersebut dibangun di sekitar kawasan Pelabuhan Belawan mengingat masih banyak masyarakat di daerah itu yang belum memiliki rumah layak huni.
"Sejak menjadi anggota Komisi 5 DPR RI, saya selalu menyarankan kepada menteri perumahan agar membangun rumah bersubsidi di sekitar pelabuhan," kata Ijek, sapaan akrab Musa Rajeksa.
Rencana nasional, pemerintah akan membangun 3 juta rumah bersubsidi di seluruh Indonesia. "DP dan angsuran rumah itu.murah karena disubsidi pemerintah," ujarnya.
Sementara itu, Komisioner BP Tapera Heru Pujo Nugroho mengatakan, pemerintah telah menunjuk sejumlah bank konvensional dan syariah sebagai penyalur perumahan bersubsidi diantaranya BRI dan Mandiri.
"Kita tinggal pilih mau kredit rumah dari bank mana dan harganya sama serta prosesnya tidak akan dipersulit," ujarnya.
Sebagai perbandingan dengan kredit rumah non subsidi, masih kata Heru Pujo Nugroho, DP rumah bersubsidi itu kaisar Rp 1.660.000 dengan angsuran sebesar Rp 1.085.000 selama 20 tahun dan tanpa ada kenaikan selama masa kredit.
"Saya pasti DP dan angsuran kredit rumah non subsidi lebih mahal dan masih ada Rp 4 juta tambahan subsidi untuk biaya notaris dan balik nama," jelasnya.
Saat sesi tanya jawab, Ketua PAC Pemuda Pancasila Marelan Hadian Sitepu berharap pemerintah dalam menyalurkan rumah bersubsidi dapat dilakukan dengan cara transparan dan akuntabel.
"Soalnya, informasi yang kami dapat dari lapangan cara mendapatkan rumah bersubsidi tersebut sulit dan ribet," kata Hadian yang juga berprofesi sebagai guru, itu. (RE Maha/REM).

