Kisah Pahlawan, Resimen Laskar Rakyat Medan Area Pertahankan Kemerdekaan R.I

Sebarkan:

Foto Dokumen sejarah pahlawan
DELISERDANG | Mengutip kisah kisah perjuangan pahlawan dalam mempertahankan Kemerdekaan R.I menarik untuk di angkat dalam momen peringatan hari Pahlawan yang jatuh pada 10 November setiap tahunnya. Hal ini merupakan hal yang penting bagi generasi bangsa, agar nilai nilai penghargaan untuk mengenang jasa para pahlawan yang berjuang dengan darah untuk meraih kemerdekaan dari penjajahan asing itu tidak memudar atau dilupakan.


Salah satu sejarah sosok kepahlawanan yang kita angkat kali ini berdasarkan catatan sejarah yang ditulis oleh Letnan Kolonel Pur.Mansyur sebagai penyusun buku sejarah perjuangan gerilya dengan judul Jembatan Emas 1945.

Sedikit riwayat hidup penulis buku sejarah Jembatan Emas 1945 ini adalah Letnan Kolonel Purnawirawan NRP 12195, lahir 27 Juli 1927, riwayat sekolah perguruan taman siswa 7 tahun ,SMA lembaga pengetahuan umum angkatan darat. Pendidikan militer sekolah persamaan infantri dicimahi 1950, kursus perwira lanjutan dibandung 1957. Latihan pengendali huru-hara dibawah pimpinan Kapten EWP Tambunan.

Pengabdian tugas bersama 52 pemuda di fuzi dori no 6 sekarang lokasi hotel Dirga Surya Medan mempersiapkan barisan pemuda untuk menyambut Proklamasi Kemerdekaan R.I di Medan. Setelah mana menjadi pelatih Hizbullah di Medan Timur, kemudian bergabung dengan pasukan persatuan perjuangan di Tanjung Morawa, Deliserdang.

Di tahun 1947 Pimpinan Laskar Pesindo/ laskar buruh di Asahan dan di Bunut, kemudian pada agresi Belanda 1 bergabung dengan Brigade XII sebagai Komandan Seksi.

Pada tahun 1949 bergerilya dibawah Komando Troepen Sumatera Timur Selatan sebagai komandan markas pertempuran daerah terpencil di Sei Kepayang Asahan dan banyak lagi perjalanan pengabdian, tugas militer dan non militer lainnya dilalui oleh penulis sejarah yang dituangkan dalam buku berjudul Jembatan Emas dan buku Benteng Huraba ini.

Salah satu sejarah yang dituliskan agar kita tak melupakan kisah perjuangan dan jasa pahlawan dalam merebut ataupun mempertahankan Kemerdekaan RI dari penjajah adalah kisah terbentuknya Resimen Laskar Rakyat Medan Area.

Awalnya pertentangan yang timbul dikalangan pejuang tidak boleh dan tidak diharapkan akan berjalan terus tanpa ada penyelesaian yang mencerminkan keutuhan komando di seluruh Front Medan Area. Para pimpinan perjuangan harus segera sadar kembali kejalan kompromi untuk kelanjutan perjuangan yang tidak mungkin dilakukan sendiri sendiri. 

Suatu komando tentara republik Indonesia sependapat untuk membentuk suatu komando guna menyatukan komando laskar rakyat di Medan area , mengingat sudah cukup banyak kekuatan laskar rakyat yang mengepung kota Medan kala itu. Diperkirakan kekuatan laskar rakyat sudah ada satu resimen belum lagi termasuk batalion batalion tentara republik Indonesia. 

Bahwa saat itu terjadi persaingan di kalangan Party Party  termasuk barisan barisan perjuangannya  adalah masalah perbekalan dan perbelanjaan , maka setelah terbentuknya suatu resimen yang teratur tentu membawa konsekwensi kepada masalah perbekalan juga.

Maka untuk keperluan tersebut , semua perbekalan ditanggulangi oleh Dewan Pertahanan Sumatera Timur yang berkedudukan di Tebing Tinggi. Untuk memimpin resimen laskar rakyat ini, dipercayakan pada Kapten Nip Xarim. Sedangkan untuk memudahkan komando voering selanjutnya maka front Medan Area dibagi dalam empat sektor. Diantaranya Sektor Barat dipegang oleh Kapten Abdul Hamid, Sector Timur dipegang Yacub Lubis, Sektor Utara dipegang Barani Pohan, Sektor Selatan dipegang Yahya Ibrahim (Yahya Aceh). Sementara pasukan istimewa Pesindo Andalas Utara dipegang Aladin Sitompul.

Laskar Medan Area Selatan dibawah pimpinan Yahya Ibrahim ini bertempur dengan penjajah di Medan Barat, Hamparan Perak, Tembung, bandar khalipah,  Tanjung Morawa, Galang hingga wilayah dolok masihul sekitarnya.

Untuk Batalyon IV dikomandoi Yahya Ibrahim dari Napindo, wakil komandan Munir dari barisan merah, komandan kompi I  dipimpin Abu Bakar Bop dari Napindo, komandan kompi II Mustafa Samah dari Pesindo , komandan kompi III dipimpin J Sianturi dari divisi panah dan Kompi IV dipimpin Munir dari Barisan Merah. Untuk lokasi dibawah batalyon IV termasuk Tanjung Morawa. Resimen Laskar Rakyat Medan Area ini dibentuk pada Tanggal 10 Agustus 1946 dan tanggal 7 Januari 1947 resimen ini dibubarkan kemudian dibentuk Komando Medan Area dibawah pimpinan Letkol Soecipto berkedudukan di Tanjung Morawa.

Sejumlah pasukan laskar rakyat  yang gugur dalam pertempuran  melawan Belanda dan sekutu ada yang dikebumikan di Makam Pahlawan Lubukpakam dan makam pahlawan Tanjung Morawa.

Pertempuran sengit sering terjadi antara  pasukan laskar rakyat dengan pasukan Belanda di jembatan sungai belumei sekarang depan RS GL Tobing PTPN2, pasukan laskar rakyat menyerang secara gerilya kedudukan Belanda didaerah itu, namun karena persenjataan dan datangnya bantuan pasukan Belanda dari Medan, pasukan laskar rakyat dipukul mundur dan beberapa orang pejuang menjadi korban. Ada yang taksempat dievakuasi terpaksa ditinggalkan beberapa hari menunggu himpunan kekuatan untuk melakukan perlawanan kembali.

Banyaknya pahlawan kemerdekaan yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan ini umumnya tidak populer namun tanda jasa dan bakti mereka menjadi bagian dari perjuangan tetap tercatat dalam sejarah.( Wan) 

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini