Mengapa Aku Dibiarkan Berceceran

Sebarkan:


Artikel

Dimana kaki di pijakkan, akan kita temui sampah bertaburan. Entah itu sampah organik, seperti dedaunan, sayuran, hingga sampah anorganik, seperti plastik, botol, dan lain sebagainya.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, yang di maksud sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat.

Sampah merupakan salah satu hal yang selalu ada dalam kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya semua manusia pasti menghasilkan sampah karena sampah tidak dapat terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Karena itu sampah merupakan salah satu permasalahan yang patut untuk di perhatikan. Selain itu sampah merupakan suatu buangan yang di hasilkan dari setiap aktivitas manusia. Meningkatnya tingkat konsumsi manusia berdampak pada volume peningkatan sampah yang ada di lingkungan.

Permasalahan sampah saat ini masih menjadi perbincangan dikalangan masyarakat. Dikarenakan sampah terlihat jatuh bececeran di tepi jalan. Bahkan beberapa sampah plastik itu beterbangan terbawa angin lalu terlindas ban mobil dan sepeda motor sehingga menempel di aspal. Tidak hanya itu sampah juga merusak pemandangan dan keindahan Dusun perumnas.

Sementara tempat pembuangan sampah terlihat penuh dengan sampah yang lainnya. Sampah-sampah yang tidak dikelola dengan baik akan berpengaruh besar terhadap lingkungan hidup masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Sampah akan menimbulkan dampak negatif, seperti dampak terhadap kesehatan dan mengakibatkan terjadi banjir.

Dari sisi aturan Agama, khususnya Agama Islam yang menjadi dasar keimanan sudah banyak aturan tentang jangan merusak lingkungan. Telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an surah Ar-Rum ayat 41 disebutkan, yang artinya, “Telah tampak kerusakan di darat dan laut di sebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.” Bahkan sering kita mendengar kata buanglah sampah pada tempatnya kemudian ada Hadist yang mengatakan kebersihan itu adalah sebagian dari iman.

Pengolaan sampah yang tidak tepat juga mempengaruhi kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Pada kondisi sosial, pengolaan sampah yang buruk akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau yang tidak sedap dan sampah yang berserakan tentu mengganggu pandangan mata.

Tempat pembuangan sampah di Dusun perumas mengeluarkan aroma yang tidak sedap sehingga menganggu para pengendara maupun masyarakat yang tinggal disekitar. “Sangat terganggulah, bau menyengat itu sebetulnya akibat dari masyarakat yang kurang peduli terhadap lingkungan hidup, dari membuang sampah secara asal asalan tidak pada tempatnya, sebetulnya jika sampah itu dibuang di dalam container sampah sebenarnya tidak meninggalkan bau lagi. Karna setiap hari sampah itu di bersihkan. Ujar pak Samsul Bahri.

Bak gayung bersambut Bu Rita Rahayu selaku masyarakat yang rumahnya berdekatan dengan pembuangan sampah mengatakan sangat-sangat terganggu sekali dengan bau yang menyengat bahkan suaminya pernah membersihkan sampah yang berserakan akibat adanya masyarakat yang membuang sampah tidak tepat di container sampah. “Oh jelas sangat-sangat terganggulah, bau sekali itu sampahnya. Bahkan ni ya suami saya sampai pernah membersihkan sampah itu sangking tidak tahannya lagi dia”. Ujar bu Rita Rahayu.

Menurutnya yang membuang sampah tidak hanya dusun perumnas saja melainkan ada beberapa wilayah lain yang membuang seperti wilayah Dusun Bukit, Perumahan Maligo Indah dan Perumahan Bumo Meutuah.

Dari beberapa wilayah tersebut sudah ada yang tertib membuang sampah tepat pada lubang container sampah namun masih ada juga masyarakat yang kurang disiplin. Contohnya ada masyarakat yang membuang sampah dengan cara dilempar sewaktu kendaraan masih berjalan sehingga sampah tersebut tidak masuk kedalam container sampah yang berakibatkan sampah tersebut berceceran di jalan.

“Iya memang yang membuang sampah bukan dusun ini saja, pernah saya melihat ada masyarakat dusun lain yang membuang sampah, jadi ada yang sudah disiplin dan ada juga yang membuang secara asal lempar sehingga sampah menjadi berceceran di tepi jalan. Sudah sering saya tegur bahkan saya sampai teriak namun tetap dihiraukan”. Ujar Bu Gusminar.

Menurut informasi, tempat pembuangan sampah setiap tiga hari sekali dilakukan pembersihan dan pengangkutan sampah oleh petugas. Namun ironisnya masih banyak sampah yang berserakan di pinggir jalan tersebut. Sehingga membuat pengendara yang melintas dibuat tak nyaman dengan tumpukan sampah di pinggir jalan, bahkan menjadi pangan hewan ternak.

“Iya betul, sampah sudah dibersihkan namun selang beberapa jam sampah sudah berserakan lagi. Kadang kalau malam diacak-acak lembu”.Ujar buk Gusminar.

Senada dengan hal itu, wanita yang akrab di panggil Bu Rita Rahayu juga mengatakan hal yang sama “Posisi sampah semakin tececer karena adanya hewan ternak yang mengacak-acak sampah. Bahkan hewan ternak tersebut memakan sisa sampah yang ada dipinggir jalan”.

Adapun harapan dan himbauan dari salah seorang masyarakat bagi para pembuang sampah sembarangan dimohon kesadaran diri masing-masing, mari sama sama kita jaga lingkungan. Karena yang menjadi korban utama ialah masyarakat terdekat baik dari segi kesehatan maupun mencium bau aroma yang tidak sedap. pungkas Bu Rita Rahayu.

Dari hasil wawancara maka dapat penulis simpulkan bahwa membuang sambah sembarangan akan merugikan sebagian pihak baik dari segi lingkungan maupun kesehatan, sedari itu mari kita sama-sama menjaga dan melestarikan lingkungan agar kita hidup sehat, damai dan tentaram. Harapan penulis untuk masyarakat kedepannya mengenai sampah memulailah dari diri sendiri, jika bukan kita siapa lagi.

 

Penulis : Annisa Firdausi, Endang Nurjana, Marcella Widyasti

Mahasiswi KPM KS Kelompok 2021, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN Langsa

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini