Oleh: Benyamin Nababan SH SPd MM (Dosen Praktisi Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli)
Gelombang bencana alam berupa banjir besar-besaran dan tanah longsor menyapu wilayah Sumatra sejak akhir November 2025, menyasar utamanya Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar). Menurut laporan BNPB tanggal 4 Desember 2025, korban tewas mencapai 836 orang, 2.700 mengalami luka-luka serius, dengan 509 jiwa masih belum ditemukan; total 51 kabupaten/kota terkena, memengaruhi 1,47 juta penduduk.
Khusus Sumut, angka kematian 309 orang dan 165 hilang, paling tragis di Tapanuli Tengah (88 jiwa), Tapanuli Selatan (81 jiwa), Humbang Hasundutan (9 jiwa), disertai rusaknya 271 jembatan dan 282 gedung sekolah. Pemerintah pusat segera menggelar operasi penanganan darurat: 40 ton kebutuhan dasar dikirimkan pada awal Desember, diikuti 160 ton bahan logistik, 50 perangkat Starlink untuk jaringan komunikasi sementara, serta 22 ribu paket bantuan makanan dari TNI.
Tim BNPB bersama Basarnas fokus pada penyelamatan dan pencarian korban, bersamaan dengan upaya membangun kembali jaringan transportasi utama serta mengatur aliran sungai agar terhindar dari banjir berulang. Presiden Prabowo mengunjungi area bencana secara langsung, menegaskan dukungan dana bertahap untuk pemulihan cepat dan berkelanjutan; Menteri Koperasi UKM Maman Abdurrahman melakukan survei mendalam terhadap pelaku usaha kecil yang terdampak, menyiapkan pinjaman dana cepat untuk menghidupkan kembali aktivitas ekonomi masyarakat bawah.
Pihak daerah juga bergerak lincah: BPBD Sumut menangani 17 wilayah kabupaten/kota, menyiapkan tempat tinggal bagi 50.375 pengungsi, memberikan perawatan medis untuk 652 orang terluka, dan mendirikan pusat bantuan terpadu; Wakil Gubernur Surya menerima kiriman logistik dari Gubernur Jawa Timur demi distribusi yang adil.
Sementara di Sumbar dan Aceh, sistem peringatan bahaya digital segera diaktifkan, makanan bergizi disediakan setiap hari untuk ribuan warga mengungsi, fasilitas pendidikan yang rusak mulai diperbaiki, dan berbagai instansi pemerintah daerah bekerja sama untuk mengirim bantuan ke daerah terpencil seperti Humbang Hasundutan yang sulit dijangkau.
Semangat kepedulian warga menjadi penyemangat utama, kampanye "Pray for Sumatera" memicu gelombang donasi mencapai miliaran rupiah, penyediaan makanan siap saji oleh komunitas BSDK, PP IKAHI, dan sukarelawan dari seluruh negeri, yang mempercepat proses pemulihan kehidupan sosial serta perekonomian.
Tradisi saling tolong-menolong khas bangsa ini terbukti sebagai fondasi ketangguhan yang kuat.Kerja sama erat antara tingkat pusat, daerah, dan masyarakat membuka jalan menuju ketahanan yang utuh dan jangka panjang. Mari ikut berpartisipasi melalui saluran resmi BNPB, dan saluran donasi Peduli bencana Pemkab/Pemda, menjadi sukarelawan di lapangan, atau mengirimkan doa terbaik bersama kita bangun Sumatera yang lebih kuat dan sejahtera. Semoga!

