![]() |
Penulis: Imam Rinaldi (kanan). |
Jakarta, tepat pada tanggal 09 Maret 1999 sekitar 26 tahun yang lalu berdiri dan diresmikanlah Kabupaten Mandailing Natal oleh Menteri Dalam Negeri.
Nama ini, sebenarnya sudah tidak asing bagi warga dan masyarakat Sumatera Utara. Bahkan tidak berlebihan jika penulis juga mengatakan bagi masyarakat Indonesia. Karena di era tekhnologi yang super canggih ini sudah tidak ada lagi batasan informasi satu dengan yang lainnya, semua terakses dengan begitu mudah.
Sebutan Mandailing Natal tentu punya alasan tersendiri mengapa nama ini disematkan, pastinya beragam alasan dan pemikiran panjang para tokoh yang menginisiasi berdirinya Kabupaten ini. Beragam-ragam latar belakang dan profesi mereka masing-masing, sangat beragam. Ada agamawan, sejarawan, politisi, aparat penegak hukum (APH), militer, akademisi, seterusnya dan seterusnya. Al-Fatihah bagi mereka yang sudah mendahului kita. Amiin.
Maka, patut untuk direnungkan bersama dengan rasa syukur dan bangga menjadi bagian dari masyarakat Kabupaten Mandailing Natal. Dan tentu tidak luput ucapan terimakasih kepada para tokoh pendiri dan berbagai hal pendukung lainnya.
Hari ini bertepatan dengan tanggal 9 Maret 2025 adalah Hari Ulang Tahun Kabupaten Mandailing Natal yang ke 26 Tahun. Umur yang masih muda. Jika suri tauladan Ummat Muslim di dunia Nabi Muhammad SAW menikah di umur 25 Tahun, maka lebih tua satu tahun Kabupaten Mandailing natal.
Perjalanan jauh sudah dilalui, melewati periode-periode, kepemimpinan daerah yang silih berganti maupun kepemimpinan nasional. Perjalanan ini tentu tidaklah mudah bagi pemerintah yang memegang kendali di lingkungan wilayah kerja pemerintahan Kabupaten Mandailing Natal.
Di awal-awal masa pemerintahan yaitu kepemimpinan Almarhum Bupati Amru Daulay, bupati pertama Kabupaten Mandailing Natal. Orang menyebutnya, bapak pembangunan Mandailing Natal. Lihat saja satu contoh komplek perkantoran paya loting.
Kembali lagi, tidak berlebihan rasanya jika tokoh-tokoh yang ada saat ini lahir dari proses yang matang, mencapai karier dalam profesinya masing-masing adalah hasil kompetisi yang sehat. Karena Banyak orang-orang mengatakan seperti. Maka banyak yang terkadang bersatire “Bagus Masa Kepemimpinan saat ini”.
Tapi, sudahlah. Mari kita fokus ke depan, lima tahun bahkan seribu tahun yang akan datang. Lima tahun dengan pemerintahan yang baru dan segera akan dilantik, Saipullah Nasution dan Atika Azmi Utammi Nasution masing-masing sebagai bupati dan wakil bupati periode Iima tahun mendatang.
Tiga periode kepemimpinan sudah dilewati dengan berbagai macam dinamika yang ada. Satu tahun belakangan ini, masyarakat Mandailing Natal selalu disuguhi dengan informasi berita kasus-kasus korupsi di lingkungan kerja Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal di bawah kepemimpinan bupati dan wakil bupati Muhammad Jafar Sukhairi Nasution-Atika Azmi Utammi Nasution.
Sebut saja, kasus korupsi yang paling ramai, kasus rekrutmen penerimaan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) dan kasus stunting. Dimana dari dua kasus ini, APH baik dari Kepolisian Daerah Sumatera Utara dan Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara sampai telah memanggil berkali-kali Bupati dan Wakil Bupati Muhammad Jafar Sukhairi dan Atika Azmi Utammi untuk dimintai keterangannya sebagai saksi berdasar keperluan keterangan dari masing-masing kasus karena posisi keduanya sebagai pengambilan keputusan tertinggi di wilayah eksekutif dan pelaksana anggaran yang sampai saat ini masih sebagai saksi.
Hal ini patut dikaji lebih dalam dan dikawal sampai tuntas, seobjektif mana APH menyelesaikannya. Mengingat sudah ada yang dikenai hukuman berdasarkan UU yang berlaku, tidak ada tebang pilih dalam kasus korupsi dan turunannya semua sama di mata hukum. Soal suara-suara yang terganggu pikirannya dari luar “ada sandra politiklah, ada pembiaran lah, ada yang menunggangi dan lain sebagainya mungkin bisa itu didiskusikan di lopo kopi. Dan berikan saja APH untuk menuntaskan persoalan dengan seadil-adilnya.
Kenapa penulis mengulas tentang kebijakan dan persoalan hukum? Karena penulis tidak ingin membahas pembangunan secara fisik, tetapi pembangunan secara moral dan etis. Karena penulis juga ingin belajar dari pemimpin-pemimpin di Mandailing Natal.
Sekalipun banyak keberhasilan yang sudah dicapai, itu adalah hal wajar dan wajib hukumnya dilaksanakan karena itu perintah Undang-Undang dan Otonomi daerah. Tetapi, cek dilapangan masih sangat banyak yang belum dilaksanakan, pembangunan-pembangunan fisik ke wilayah-wilayah terpencil sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat pedalaman mandailing natal secara cepat, peningkatan umkm dan lain sebagainya.
Tagline “Akselerasi Pembangunan Menuju Mandaling Natal Yang Mandiri, Kompetitif, Berkeadilan dan Bermartabat”. Adalah serangkaian tagline yang semangatnya sangat bagus. Jika, benar-benar dijalankan dengan arti dan makna yang sesungguhnya. Hanya saja kan ini sebagai tulisan saja dan di atas kertas saja, apakah ditelurkan ke masyarakat luas? Masing-masing bisa menilai sendiri dengan perspektifnya masing-masing. Ini bukan persoalan pesimis, tetapi persoalan kesungguhan dan pengabdian.
Tulisan ini ada karena kepedulian yang sangat kecil sebagai bagian dari orang yang lahir dan menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di Mandailing Natal. Ketika membaca berita-berita, laman-laman resmi diskusi-diskusi singkat dan merasakan atmosfir secara langsung. Banyak pelaksanaan kerja-kerja pemerintahan hanyalah formalitas, mengganti sampul, tidak ada inovasi baru, mengcopy paste program. Pikiran baiknya ditelurkan ke masyakarat.
Balik lagi, sengkarut kasus korupsi yang sudah penulis sebutkan, masih banyak lagi kasus-kasus korupsi yang belum terungkap, ini hanya tinggal menunggu kotak pandora saja dibuka.
Penulis menyebutnya, “Soal ketahanan saja”. Oleh karena itu para pemimpin di Kabupaten Mandailing Natal harus berbenah secara moral dan etis. Masyarakat menganggap tidak terlalu penting akrobat politik, dipikiran mereka adalah besok anak bisa makan, pendidikannya jalan dan kesehatan terjaga.
Untuk itu, mari kita kawal pemerintahan yang baru lima tahun ke depan, masyarakat Mandailing Natal adalah masyarakat yang cerdas tentu bisa menjadi sosial control terhadap pemerintah sebagai upaya menyadarkan diri dari memperkaya diri dan kelompok . Karena kalau masyarakat masih dalam keadaan lapar, demokrasi tidak akan berjalan dengan baik.
Dirgahayu Ke 26 Tahun Kabupaten Mandailing Natal. #Madina Bersyukur Madina Berbenah#.
Penulis Adalah: Imam Rinaldi Nasution, S.Sos. M.AP. Direktur Program Indodata 2021- sekarang. Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Pemuda Nusantara 2024- sampai sekarang. Ketua Pengurus Besar HMI Bidang Pembangunan Demokrasi Politik dan Pemerintahan 2021-2023.