Nasib 3 Anak Yatim Tinggal Di Gubuk Reot, Tak Tersentuh Program RTH Pemerintah Aceh

Sebarkan:


ACEH UTARA
I Nasib malang hidup Yusri (39) janda miskin yang harus menghidupkan 3 anak di gubuk reot peninggalan alm sofyan suaminya setahun yang lalu.

Dengan kondisi serba kekurangan ditambah situasi pandemi yang memporak porandakan sendi  perekonomian keluarga Yusri,  jangankan untuk merehab rumah, untuk makan saja tak tercukupi. Bahkan hampir tiap hari keluarganya harus rela makan 1 atau 2 kali sehari dengan lauk seadanya.

Melihat kondisi kehidupan Yusri yang pilu itu, Ketua Lembaga Acheh Future Razali Yusuf sangat prihatin serta menyayangkan Program pembangunan rumah layak huni (RTH) yang diprogramkan pemerintah Aceh lewat Dinas Perkim di bawa kemana? Tanya Cek Li sapaan karib Razali Yusuf itu.

Bahkan sambungnya, pada tahun ini pemerintah Aceh akan membangun 7.811 unit untuk tahun 2022 untuk kaum duafa, tetapi rumah kaum duafa  masih banyak berjejer di Aceh luput dari pantauan pemerintah, sebenarnya apa yang salah disini?

"Kita patut menduga dalam penjaringan calon nama penerima RTH ada indikasi permainan pihak Dinas dibawah meja dengan pihak rekanan, sehingga titik pembangunan dapat ditentukan oleh pihak rekanan sesukanya" imbuh cek Li seraya menyeruput kopi di salah satu kafe perbatasan Aceh Timur-Aceh Utara pada Sabtu, 19/03/2022.

Dugaan ini sangat mendasar, karena setiap tahun RTH yang dibangun Dinas Perkim Aceh tidak tepat sasaran, rumah yang seharusnya menjadi prioritas bahkan tidak masuk dalam list nama penerima. Jelasnya

" ini rumah contohnya, seraya menunjukkan rumah reot milik Yusri seorang janda beranak 3 yang menetap di Gampong Matang Rawa, Kecamatan Baktiya, Aceh Utara, bahkan menurut keterangan Geuchik setempat, sudah tiga kali pihaknya mengajukan permohonan namun tidak ada satupun di realisasi". papar pria yang getol memperjuangkan warga kurang mampu 

" Kami atas nama Lembaga Acheh Future,  meminta pemerintah Aceh segera membangun Rumah Yusri, jangan tunggu janda miskin beserta 3 anak yatim ini merenggang nyawa dibawah puing reruntuhan rumah reotnya baru bantuan datang, untuk apa lagi". Pinta cek Li

Tak hanya itu, dari survei kami dilapangan masih banyak sekali rumah dengan kondisi serupa yang layak mendapat perhatian khusus Pemerintah Aceh, 

"Seyogyanya pemangku kepentingan tidak cukup berpangku tangan saja, hanya menerima laporan di atas meja, tetapi sesekali perlu  turun kelapangan untuk mengecek langsung laporan yang masuk" tutup Cek Li.

Sejauh berita ini naik tayang, Kabid Perkim Aceh  Agussalem selaku pihak terkait RTH belun dapat dikonfirmasi. (alman)



Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini