Petani di Nias Desak Pemerintah Dongkrak Harga Karet

Sebarkan:


Nias | Harga karet yang berada di angka RP. 5000 perkilogram, terus dikeluhkan oleh penderes karet. Karena karet merupakan salah satu mata pencaharian utama warga untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. 

Hal itu dikatakan oleh sejumlah warga kepada metro-online.co, Jumat (14/08/2020) saat berbincang - bincang tentang harga karet yang sudah beberapa tahun ini anjelok dan tak seimbang dengan kebutuhan para petani.

Salah seorang warga Desa Laowo Hilimbaruzo, Kecamatan Idanogawo, Kabupaten Nias, Provinsi Sumatera Utara, Ati Waruwu sangat mengeluhkan anjeloknya harga karet di Nias.

"Dalam seminggu petani hanya mendapat 10 kg karet dengan total penghasilan berkisar RP. 50.000, sementara mereka membeli beras dalam satu minggu adalah 10 kg dengan harga RP. 16.000/1 kg. Sementara pengeluaran dalam satu minggu RP. 160.000 ribu, jelas hal ini minus," ujar Ati waruwu Kepada metro-online.co.

Hal yang serupa juga dialami oleh Anton Waruwu, warga Desa Dekha, Kecamatan Ma'u, Kabupaten Nias, Provinsi Sumatera Utara. Dirinya memohon kepada Pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Joko widodo, untuk mencari solusi alternatif untuk mendongkrak harga karet di Nias.

"Kami tahu bahwa Presiden Joko widodo tidak membeli karet. Tapi kiranya bisa mencari pengusaha/ Negara lain yang siap menampung karet dari Negara Indonesia ini agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sebab kalau tidak ada solusinya maka jumlah kemiskinan di kepulauan Nias semakin bertambah jumlahnya," ungkap Anton dengan rasa kesal.

Demikian juga disampaikan oleh Kepala Desa Lewa - Lewa, Agustinus Gulo. Dirinya berharap agar pemerintah dapat memperhatikan hal ini. "Agar pemerintah menaikkan harga karet yang saat ini masih RP. 5.000 1/kg di Kepulauan Nias," harapnya.(Sokhi Waruwu/Hen).

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini