Setelah menunggu hampir 1 jam lebih, akhirnya dua belas nelayan asal Langkat yang ditahan di Malaysia sejak sekira lima bulan yang lalu akhirnya tiba di terminal kedatangan internasional Bandara Kualanamu.
(Baca berita sebelumnya: Suasana Haru...)
Seketika saat kedua belas nelayan yang seluruhnya botak itu, keluar dari pintu keluar terminal kedatangan internasional. Para anggota keluarga yang sudah menunggu pun langsung berlari kearah anggota keluarga mereka masing – masing.
Suasana haru dan isak tangis pun mewarnai kedatangan kedua belas nelayan ini.
Ucap syukur pun tak henti-hentinya terdengar keluar dari mulut para anggota keluarga nelayan ini disertai pelukan hangat terhadap para nelayan yang tiba.
"Kurus kali anakku , sudah itu pucat lagi dia . Kasihan kali kau nak ,” rintih salah seorang ibu yang memeluk erat tubuh anaknya.
Agar tidak mengganggu penumpang lainnya dibantu petugas keamanan, BP3TKI Medan, dan sejumlah pejabat lainnya, Parlindungan Purba pun mengarahkan agar para nelayan dan keluarganya bergeser dari depan terminal kedatangan internasional Bandara Kualanamu.
Williyana (33) ibu beranak dua istri dari Nasrun (34) warga Kelurahan Sei Bilah Timur, Kecamatan Sei Lapan, Langkat salah seorang nelayan yang dipulangkan dari Malaysia menerangkan sejak suaminya ditahan di Malaysia pada 27 bulan Juli kemarin dirinya dan kedua anaknya terpaksa meminta bantuan kepada orangtuanya untuk bisa memenuhi kebutuhan mereka.
Lanjut Williyana, akibat suaminya ditahan, dirinya dan kedua anaknya tidak bisa menjalani hari raya lebaran Idul Fitri dan lebaran haji bersama.
"Untuk menghidupi kedua anakku, aku dibantu orang tua. Karena suamiku ditahan, kami tidak bisa merayakan hari raya dan lebaran haji bersama. Suamiku sudah jadi nelayan sejak masih lajang ,” terangnya.
Dirinya pun berharap agar suaminya tidak lagi jadi nelayan dan mencari pekerjaan lain. "Kalau bisa bapak cari kerjaan lain aja. Jangan jadi nelayan lagi. Kami ditolong Pak Parlin yang datang ke rumah Maysarah bulan Agusutus lalu,” ujarnya berurai air mata.
Williyana pun menegaskan, toke tempat suaminya tidak ada memberikan bantuan dan lepas tangan. "Kalau bantuan pemerintah sudah dapat, tapi kalau dari toke belum ada, tokenya lepas tangan,” jelasnya. (walsa)
Williyana (33) ibu beranak dua istri dari Nasrun (34) warga Kelurahan Sei Bilah Timur, Kecamatan Sei Lapan, Langkat salah seorang nelayan yang dipulangkan dari Malaysia menerangkan sejak suaminya ditahan di Malaysia pada 27 bulan Juli kemarin dirinya dan kedua anaknya terpaksa meminta bantuan kepada orangtuanya untuk bisa memenuhi kebutuhan mereka.
Lanjut Williyana, akibat suaminya ditahan, dirinya dan kedua anaknya tidak bisa menjalani hari raya lebaran Idul Fitri dan lebaran haji bersama.
"Untuk menghidupi kedua anakku, aku dibantu orang tua. Karena suamiku ditahan, kami tidak bisa merayakan hari raya dan lebaran haji bersama. Suamiku sudah jadi nelayan sejak masih lajang ,” terangnya.
Dirinya pun berharap agar suaminya tidak lagi jadi nelayan dan mencari pekerjaan lain. "Kalau bisa bapak cari kerjaan lain aja. Jangan jadi nelayan lagi. Kami ditolong Pak Parlin yang datang ke rumah Maysarah bulan Agusutus lalu,” ujarnya berurai air mata.
Williyana pun menegaskan, toke tempat suaminya tidak ada memberikan bantuan dan lepas tangan. "Kalau bantuan pemerintah sudah dapat, tapi kalau dari toke belum ada, tokenya lepas tangan,” jelasnya. (walsa)