Meski pun Bus Rapid Transit (BRT) Medan-Binjai-Deliserdang (Mebidang) sudah diresmikan pemakaiannya di Kantor Gubernur Sumut, namun hal tersebut tak diikuti dengan perawatan sejumlah Halte Trans Mebidang di Kabupaten Deliserdang yang ada di Jalinsum Medan-Tanjungmorawa.
Padahal Halte Trans Mebidang tersebut dibangun dengan menggunakan dana APBD Deliserdang sekitar Rp720 juta untuk pembangunan 12 titik halte di Jalinsum Medan-Tanjungmorawa.
Namun, halte-halte yang telah dibangun itu terkesan kurang mendapatkan perawatan dari Pemkab Deliserdang melalui Dinas Perhubungan (Dishub).
Salah satunya, halte yang terletak di Jalinsum Medan-Tanjungmorawa Km 16,5 pada Kamis (5/11) sore terlihat pagarnya rusak atau tak terpasang. Di sisi kirinya, tangga halte Trans Mebidang itu masih tak dilengkapi pagar yang berbahan dari besi tersebut.
Jika dibandingkan dengan halte di Medan, halte di Jalinsum Medan-Tanjungmorawa hanya tampak seperti biasa saja. Artinya, halte yang dibangun Pemkab Deliserdang tidak terlihat mewah seperti di Kota Medan.
Lain halnya di Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deliserdang. Daerah itu lebih dahulu ditemui sebelum menuju Binjai. Namun, Pemkab Deliserdang belum membangun halte untuk tempat menaikkan dan menurunkan penumpang.
Kabid Sarana Teknik Dishub Deliserdang, Samsul Naibaho tak berhasil dikonfirmasi. Padahal, nada sambung telepon selularnya masuk. Begitu juga dengan pesan singkat yang dilayangkan. Naibaho tak menggubrisnya.
Kepala Dishub Deliserdang, Tahir Siagiaan pun tak berhasil dikonfirmasi guna menanyakan perawatan dari halte-halte tersebut.
Sementara, Anggota Komisi D DPRD Deliserdang, Darwis Batubara menerangkan jika pihaknya sudah pernah membahas persoalan rencana pengoperasian bus tersebut. Darwis menilai, kehadiran BRT Mebidang tidak terlalu berpengaruh terhadap pendapatan angkutan umum.
“Kalau untuk yang mau santai, mungkin cocok naik bus. Itu paling cepat datang ke halte 30 menit di halte-halte,” ujarnya.
Politisi PKS ini menilai, transportasi di Sumut telah mengalami kemajuan transportasi terkait peresmian BRT Mebidang tersebut. Ia berharap, agar para sopir angkutan umum juga dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada penumpang. Jika penumpang lebih merasa nyaman, lanjut Darwis, angkutan umum akan lebih dipilih.
“Untuk angkutan umum jangan ugal-ugalan. Yang jadi persoalan, saya lihat keberadaan halte ini. Kenapa cepat sekali dibangun, akibatnya kondisi halte itu banyak yang rusak saya lihat,” sebutnya. (walsa)
Lain halnya di Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deliserdang. Daerah itu lebih dahulu ditemui sebelum menuju Binjai. Namun, Pemkab Deliserdang belum membangun halte untuk tempat menaikkan dan menurunkan penumpang.
Kabid Sarana Teknik Dishub Deliserdang, Samsul Naibaho tak berhasil dikonfirmasi. Padahal, nada sambung telepon selularnya masuk. Begitu juga dengan pesan singkat yang dilayangkan. Naibaho tak menggubrisnya.
Kepala Dishub Deliserdang, Tahir Siagiaan pun tak berhasil dikonfirmasi guna menanyakan perawatan dari halte-halte tersebut.
Sementara, Anggota Komisi D DPRD Deliserdang, Darwis Batubara menerangkan jika pihaknya sudah pernah membahas persoalan rencana pengoperasian bus tersebut. Darwis menilai, kehadiran BRT Mebidang tidak terlalu berpengaruh terhadap pendapatan angkutan umum.
“Kalau untuk yang mau santai, mungkin cocok naik bus. Itu paling cepat datang ke halte 30 menit di halte-halte,” ujarnya.
Politisi PKS ini menilai, transportasi di Sumut telah mengalami kemajuan transportasi terkait peresmian BRT Mebidang tersebut. Ia berharap, agar para sopir angkutan umum juga dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada penumpang. Jika penumpang lebih merasa nyaman, lanjut Darwis, angkutan umum akan lebih dipilih.
“Untuk angkutan umum jangan ugal-ugalan. Yang jadi persoalan, saya lihat keberadaan halte ini. Kenapa cepat sekali dibangun, akibatnya kondisi halte itu banyak yang rusak saya lihat,” sebutnya. (walsa)