TAPUT | Menjelang hari pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah Serentak 2024 yang tinggal 27 hari lagi, gangguan keamanan dan ketertiban Kabupaten Tapanuli Utara (Taput) semakin meresahkan. Hal ini seiring adanya upaya mencelakai Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati nomor urut 1, Satika Simamora - Sarlandy Hutabarat oleh tim pendukung dari lawan politik mereka.
Sekretaris Umum Tim Pemenangan Satika-Sarlandy, Dompak Hutasoit, mengungkapkan tim pendukung paslon nomor urut 2, Jonius Taripar Parsaoran Hutabarat - Deni Parlindungan Lumbantoruan (JTP-Dens) selalu melakukan provokasi di setiap kampanye paslon mereka yang terjadi di beberapa titik seperti Kecamatan Sipaholon, Simangumban, dan Pahae Jae dan hal tersebut terjadi secara berulang dan tersistem.
"Kami menduga sudah ada komando yang diberikan untuk membuat keributan di beberapa titik kampanye yang dilakukan paslon kami," katanya didampingi Anggota Tim Hukum, Sultan Hermanto Sihombing, Anggota DPRD Sumut Fraksi PDIP, Paltak Siburian, dan Anggota Satgas Tim Pemenangan Satika-Sarlandy, Douglas Tobing dalam konferensi pers di Sipoholon, Jumat (1/11).
Puncak kesabaran Tim Pemenangan Satika-Sarlandy atas perlakukan massa pendukung JTP-Dens ini, lanjut Dompak Hutasoit, pecah usai paslon mereka berkampanye dari Muara Tolang Desa Dolok Saut, Rabu (30/10) menuju rumah salah satu pendukung Satika-Sarlandy untuk jamuan makan. Sesampainya di rumah tersebut, tim Satika-Sarlandy menemui massa pendukung JTP-Dens untuk menanyakan tindakan yang menyoraki mereka saat melintas di daerah itu.
"Namun tidak ada jawaban dari mereka. Pada saat paslon Satika-Sarlandy dan tim pendukung hendak pulang ke Sipoholon, tepatnya di simpang jalan lintas Pahae, tim pendukung JTP sudah menunggu untuk menyoraki rombongan tim kami dan bahkan mengucapkan kata-kata kotor kepada paslon dan tim pendukung kami yang mengikuti di belakang. Itu pun tim kami masih tidak menghiraukan," kata Dompak.
Setelah itu, kata Dompak Hutasoit, salah satu mobil branding Tim JTP-Dens melaju melampaui iring-iringan dan menyampaikan bahasa-bahasa kotor sepanjang jalan kepada rombongan paslon nomor urut 1.
Bahwa mobil tersebut melaju dengan kencang untuk mengejar kendaraan yang digunakan oleh paslon mereka yang diduga bertujuan untuk mencelakai calon bupati, Satika Simamora.
"Oleh karena kejadian tersebut, tim kami akhirnya mencegat dan memberhentikan mobil tersebut untuk memperingatkan tim pendukung JTP-Dens atas aksi mereka. Namun, karena empat orang Tim pendukung mereka telah mabuk dan memberikan perlawanan terhadap tim kami, akhirnya pertikaian pun tak dapat dihindari. Selanjutnya keempat orang yang berada dalam mobil branding JTP-Dens itu melarikan diri dari lokasi kejadian," ungkapnya.
Tak cukup sampai di situ, kata Dompak, usai melarikan diri, mereka memanggil massa pendukung JTP-Dens lainnya di mana diduga sudah stand-by untuk mencelakai Cabup Taput nomor urut 1, Satika Simamora. Selanjutnya di Jalan Lintas Desa Sitompul tampak mobil branding organisasi kepemudaan Ikatan Pemuda Karya (IPK) sedang parkir di pinggir jalan, dan sejumlah orang diduga anggota IPK berdiri sambil memegang balok tepat di samping mobil yang sedang parkir tersebut.
"Namun karena mereka melihat rombongan paslon 01 ramai, mereka hanya menyampaikan kata-kata kotor kepada paslon dan tim pendukung kami, syukurnya tim kami masih memilih tetap tenang dan pulang menuju Sipoholon," katanya.
Kejadian ini menurut Dompak bukanlah spontanitas dari massa pendukung JTP-Dens sebab mereka sudah stand-by di beberapa titik lintasan yang akan dilewati Paslon Satika-Sarlandy.
"Adapun berita di media sosial yang menyebutkan bahwa tim kami melakukan pengeroyokan terhadap mereka, tidaklah benar sebagaimana fakta yang terjadi di lapangan. Kami dan segenap tim pendukung hanya ingin melindungi paslon kami dari upaya mencelakai dan dugaan percobaan pembunuhan terhadap Ibu Satika Simamora, sebab penyerangan terlebih dahulu dilakukan oleh massa pendukung JTP-Dens sebelum terjadinya bentrok," pungkasnya.
Pembiaran
Anggota Tim Hukum Satika-Sarlandy, Sultan Hermanto Sihombing, menyebut hal tersebut bisa terjadi karena adanya pembiaran dari penyelenggara Pemilu dan pihak keamanan di Kabupaten Taput.
"Untuk itu kami meminta Kapolres Taput, Dandim, KPU, dan Bawaslu agar membuka mata dan tidak melakukan pembiaran terhadap pelaku-pelaku yang memancing keributan dalam perhetalan Pilkada Taput, 27 November mendatang," katanya.
Pihaknya juga segera melaporkan kejadian ini ke Polres Taput berikut membawa sejumlah saksi dan korban pertikaian dampak insiden tersebut.
"Kenapa sejauh ini kita belum membuat laporan, dikarenakan korban dari tim kita masih dalam keadaan sakit usai mendapat penyerahan dari tim pendukung mereka. Intinya kami segera melayangkan laporan polisi sekaligus membawa hasil visum korban yang mengalami penyerangan dalam insiden itu," ungkapnya.
Perlihatkan
Douglas Tobing, salah satu korban keganasan tim pendukung JTP-Dens, dalam kesempatan itu memperlihatkan kepada wartawan bekas luka lebam di siku kiri, leher bagian belakang serta kepala dampak penyerangan dari massa paslon nomor urut 2 terhadapnya.
"Saya dihantam pakai balok oleh mereka sehingga membuat beberapa bagian tubuh saya mengalami luka. Lebih parahnya lagi terjadi penyerangan terhadap rekan kami sesama satgas, saat awal penyerangan oleh mereka dengan memakai kunci roda," katanya.
Douglas mengaku segera akan melakukan visum ke dokter dan melaporkan kejadian yang menimpa dirinya ke Polres Taput.
"Tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api. Dan tentunya kalau mereka jual, kami beli," ujar dia.
Mengawal
Anggota DPRD Sumut Fraksi PDIP, Paltak Siburian, menegaskan pihaknya akan mengawal kasus ini secara ketat dan berharap Polres Taput bekerja profesional.
"Kami juga mendorong Kapolres Taput dan jajarannya untuk memproses dan menangani setiap laporan secara proporsional. Kami akan lihat sampai di mana perkembangannya nanti, setelah itu tentu akan bersikap sebagaimana mestinya," katanya.
Polres Taput, imbuh Paltak Siburian, harus bersikap netral di Pilkada ini, jangan terlibat politik praktis sebab hal itu akan menjadi pemicu pesta demokrasi di Taput justru berlangsung chaos.
"Jangan sampai Pilkada yang kita harapkan ini dilakukan dengan riang gembira justru yang faktanya terjadi pertumpahan darah sesama warga Taput. Kita ini mau memilih pemimpin terbaik untuk Kabupaten Taput, bukan mau saling adu otot dan jotos. Sekali lagi kami mengingatkan agar Kapolres Taput dan jajarannya bekerja profesional dan penuh tanggungjawab, sesuai tugas pokok fungsinya sebagai pengamanan Pilkada dan proporsional dalam menangani setiap laporan," ujarnya.
Penulis: Alfredo Sihombing