Kenang Pahlawan Putra Aceh Yahya Ibrahim Komando Laskar Medan Area Selatan

Sebarkan:

Komandan Batalyon IV Sektor Medan Area Selatan Yahya Ibrahim ( Yahya Aceh) Pejuang 45 
DELISERDANG |Tanpa sejarah orang akan tersesat laksana bayi tanpa ingatan.Pahlawan berjuang dengan darah juga nyawa untuk nusa dan bangsa. Jangan biarkan dunia berkata, bahwa Kemardekaan kita dihadiahkan dari dalam tas seorang diplomat. Perlihatkan kepada dunia bahwa kita membeli kemerdekaan itu dengan darah, keringat dan tekad yang tak kunjung padam.

Hal ini disampaikan Yohana Yahya ( 76) Warga Desa Dalu Sepuluh -A Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deliserdang. Jum'at 10/11/2023.

Dihari Pahlawan ini Yohana Yahya atau akrab dipanggil Nenek Yo, teringat akan perjuangan ayahnya Yahya Aceh saat bertugas menjadi Komandan Batalyon IV yang meliputi sector II Medan Selatan yaitu Tanjung Morawa.

Saat itu Komandan Batalyon II Yahya Ibrahim bersama Munir Wakil Komandan, Abu bakar bob Komandan Kompi 1, Komandan Kompi II Mustafa Samah, Komandan Kompi III J Sianturi dan Komandan Kompi IV Munir dari Barisan Merah bertugas mempertahankan wilayah di sector Medan area selatan dari gempuran penjajah Belanda dan Sekutu.

Dokumentasi Perjuangan 
Dari beberapa pertempuran sengit banyak para pejuang gerilyawan Sector Medan Area Selatan gugur terkena terjangan peluru dan meriam mortir penjajah. Sejumlah gerilyawan yang gugur dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kecamatan Tanjung Morawa.

Dimana pada masa itu, saat penjajah Belanda dan Sekutu menyerang pasukan gerilyawan Sector Medan area selatan datang dari arah kota medan. Pertempuran sengit terjadi di jembatan Sei belumei Jalan lintas Sumatera tepatnya dekat Kantor Direksi PTPN2 Tanjung Morawa sekarang.

Pasukan gerilyawan Medan Area Selatan mencoba bertahan dari serangan pihak Belanda dan Sekutu dengan senjata lengkap. Terjangan peluru menyerbu para gerilyawan hingga memukul mundur para gerilyawan hingga pedalaman desa Limau Mungkur.

Kala itu, Komandan Batalyon IV Yahya Ibrahim atau akrab dijuluki Yahya Aceh sedang mengatur strategi bertahan sambil mengintruksikan mundur pada pasukannya karena gempuran musuh yang begitu kuat. Saat mengintruksikan anggota gerilyawan untuk mundur, sebutir peluru tajam menembus telapak tangannya.

Namun demi menyelamatkan pasukannya, Yahya menggiring anggotanya mundur menyelamatkan diri hingga ke daerah Limau Mungkur. Selang tiga hari kemudian, perencanaan penyerangan balasan di lakukan dan setelah menyusun persiapan yang matang. Yahya Aceh kembali memimpin pasukannya menghadapi pasukan Belanda dan Sekutu yang berada di daerah Kantor Direksi PTPN2 Tanjung Morawa.

Pasukan penjajah dipukul mundur sampai ke Marendal. Dan setelah mengamankan kembali daerah Tanjung Morawa. Yahya dan pasukannya mengevakuasi gerilyawan pejuang yang menjadi korban serbuan pasukan penjajah tiga hari sebelumnya. Hingga satu kesan Yahya Aceh menemukan jasad anggotanya yang masih berusia sekitar 16 tahun meninggal dunia didekat jembatan Sei belumei Jalinsum. Dan mendapat berkah jasad korban belum membusuk, persis seperti orang yang hanya tertidur.

Jasad pejuang muda yang tidak diketahui namanya ini dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Tanjung Morawa bersama rekan gerilyawan pejuang lainnya.

Yahya Aceh, putra kelahiran Banda Aceh 15/11/1922 merantau ke Medan bergabung dengan Laskar Napindo yang dikoordinir Brigjen Pur Bedjo merupakan pejuang 45 yang gagah perkasa. Singa Aceh tak gentar menyelusuri hutan,rawa dan sungai membawa pasukannya melakukan gerilya menyebar ancaman bagi pos pos pertahanan penjajah di wilayah Medan Area Selatan. 

Kini Kesuma Bangsa yang gagah berani itu, sudah bersemayam di Tanah Jakarta. Namun kisah perjuangannya dalam melawan penjajah Belanda sekutu dan Jepang akan terus menjadi kenangan dan catatan sejarah bagi keluarga serta masyarakat lama yang mengenal sosoknya.( Wan)
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini