Di Podcast Mohga Chanel, dr Faisal Beri Penjelasan Begini Soal Laporan Satu Kasus Gagal Ginjal Akut Warga Madina

Sebarkan:
Tangkapan layar video Podcast Mohga Chanel saat wawancara dengan dr Faisal. 

MANDAILING NATAL| Seiring kasusnya melonjak belakangan, penyakit gagal ginjal akut (GGA) progresif atipikal pada anak tengah bikin heboh masyarakat Indonesia. 

Setidaknya, Kementerian Kesehatan sudah mengidentifikasi sebanyak 241 kasus di 18 provinsi dengan jumlah pasien 133 meninggal dunia. 

Untuk Provinsi Sumatera Utara sendiri per Sabtu 22 Oktober 2022, laporan 13 kasus termasuk 1 di antaranya pasien warga Kabupaten Mandailing Natal (Madina). 

Melalui kanal YouTube Mohga Chanel yang tayang pada Minggu (23/10/2022), menghadirkan narasumber dr Faisal yang juga menjabat sebagai Plt Kepala Dinas Kesehatan Pemkab Madina.  

"Beliau ini baru saja diamanahkan sebagai pelaksana tugas kepala dinas kesehatan di Kabupaten Mandailing Natal (Madina). Beliau ini sebelumnya adalah direktur Rumah Sakit Umum Daerah Husni Thamrin, Natal," kata pembawa acara (host) M Ridwan Lubis sekaligus menyapa pemirsa Mohga Chanel, pada bagian pembuka dalam video Podcast itu yang dilihat metro-online, Senin (24/10/2022).

Kemudian host pun menanyakan topik penyakit GGA progresif atipikal pada anak, termasuk soal laporan satu kasus warga Kabupaten Madina.

Dalam penjelasannya, dr Faisal menyampaikan bahwa Kementerian Kesehatan (kemenkes) dari bulan September lalu telah gencar menemukan beberapa kasus pasien meninggal dengan posisi penyakit gagal ginjal akut.  

Dan setelah dilakukan penelusuran berdasar epidemiologinya, ujar dr Faisal, kasus pasien tersebut ditemukan bersifat jatuhnya akut atau cepat.

"Jadi memang ada gangguan ginjal bersifat kronis. Ini menahun. Ada yang bersifat akut atau cepat. Kalau ini istilah bahasa mudahnya cepat merusak karena membebani ginjal, Intoksikasi (keracunan) hingga ginjal terganggu dan bisa mengakibatkan kerusakan," kata dr Faisal.

Menurut dr Faisal, berdasarkan laporan per hari Sabtu 22 Oktober yang ia dapatkan sudah 13 kasus yang ditemukan di Sumatera Utara. Akan tetapi, dari 13 kasus itu 4 anak di antaranya sudah sembuh. 

"Di sini anak yang (usia) dari 0-18 tahun, terutama menyerang balita. Dari 13 kasus itu 4 orang sembuh, sisanya ini ada yang meninggal dan sedang dirawat," ucapnya.

Menanggapi satu kasus yang dilaporkan warga Kabupaten Madina, dr Faisal menerangkan, seharusnya tak dimasukkan untuk kasus GGA progresif atipikal. Alasannya, menurut dr Faisal pasien berusia 2 tahun itu sudah lama sakit dan terdiagnosa encephailitis (radang otak) saat dirawat di Rumah Sakit Adam Malik Kota Medan, sebelum meninggal dunia. 

"Pasien warga Madina terdiagnosa encephalitis radang otak. Kalau radang otak itu kan menyangkut saraf, dia kejang dan juga demam. Selama ini mungkin pasien sudah pemakaian obat yang mempengaruhi ke ginjal. Memang dokter spesialis anak yang merawat si pasien secara medis menaikkan status atau diagnosanya sebagai gagal ginjal," paparnya.

Dijelaskan, dengan status diagnosa pasien warga Madina itu sebagai gagal ginjal, kemungkinan telah terdata pada isian form Kemenkes.

"Yang mana rupanya (hasil diagnosa pasien) ini terdata diisian form Kemenkes," imbuhnya.

Menyikapi akan hal itu dr Faisal mengaku bahwa Dinas Kesehatan Provinsi telah memberitahu ke Kemenkes bahwa kasus tersebut tak bisa dimasukkan untuk kasus GGA progresif atipikal.

"Karena si anak ini sebelum-sebelumnya sudah kena efek obat itu, mungkin sudah terganggu ginjalnya. Jadi memang kita dinas kesehatan tentunya akan juga mengimbau dokter-dokter kita ini lebih hati-hati menaikkan diagnosa (pasien) nantinya," ujarnya.

"Ada sedikit pembedaan, yang mana itu kalau datangnya pasien bisa diperiksa di USG (Ultrasonografi Medis) sebelum dirujuk. Kalau ginjalnya sudah bermasalah sebelumnya itu tidak bisa kita naikkan, kalau memang USG nya bagus setelah dirujuk dan dilanjutkan dengan pemeriksaan laboratorium ada namanya urium kretinin meningkat mungkin satu setengah kali lipat dari biasanya, baru itu bisa dinaikkan. Nah ini klasifikasinya," tambahnya.

Dalam kesempatan itu, dia juga mengungkapkan Pemkab Madina melalui dinas kesehatan setempat atas arahan Bupati dan Wakil Bupati Madina telah melakukan sosialisasi dan pengawasan ke apotek dan toko obat di Kabupaten Madina, terkait imbauan untuk memisahkan 5 jenis obat yang sudah dipastikan BPOM senyawa etilen glikol berlebih, dan meminta segala jenis sirup untuk saat ini jangan diedarkan dulu. 

"Kita bersama tim sudah turun mengimbau, mensosialisasikan serta melakukan pengawasan ke apotek-apotek dan toko obat," tandasnya. 

Metro-online telah mendapatkan izin dari tim Podcast Mohga Chanel untuk mengutip hasil wawancara bersama dr Faisal. 

Untuk selengkapnya Podcast Mohga Chanel tersebut dapat dilihat di link ini https://youtu.be/3dAJ4MZ5ZtA (SRH/Sahrul)

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini