Dulunya Sekolah, Lalu Jadi Penjara Tersadis di Asia

Sebarkan:
Museum Genosida Tuol Sleng di Kamboja (AP Photo)
Phnom Penh - Kamboja memiliki masa lalu yang kelam. Salah satu saksi bisunya adalah sebuah sekolah berubah jadi penjara untuk pembantaian massal.

Inilah Museum Genosida Tuol Sleng. Sebelum rezin Khmer Merah, bangunan ini adalah sekolah menengah atas yang bernama Ponhea Yat. Namun pada tahun 1975, sekolah ini berubah menjadi kamp kosentrasi Khmer Merah yang dipimpin Pol Pot.

Layaknya kamp konsentrasi, tahanan yang dikirim adalah orang-orang yang tak sepaham dengan Pol Pot. Mereka dituduh sebagai musuh politik Khmer Merah.

Karena berubah fungsi menjadi penjara, kawat duri dipasang untuk mencegah tahanan kabur. Kata sandi dari penjara ini adalah S21 atau Security Office 21.

Gedung-gedung sekolah diberi nama A, B, C dan D. Ruang kelas diberi sekat-sekat bata merah untuk memperkecil ruang. Kemudian, tahanan akan disiksa di sana.

Yang bertugas menyiksa adalah sipir. Sebelum mengemban tugas penyiksaan, mereka akan terlebih dahulu dicuci otak dengan pemahaman Khmer Merah. Karena ternyata banyak tahanan yang tak lain adalah orang tua dan saudara dari petugas penjara.
Kompleks Penjara S-21 yang kini jadi Museum Genosida Tuol Sleng merupakan bangunan bersejarah yang jadi saksi bisu kekejaman rezim Khmer Merah di Kamboja. Foto: AP Photo
Gedung A memiliki penjara yang sedikit lebih luas dari gedung lain. Tiap ruangan ada tempat tidur besi dan rantai untuk kaki. Di gedung B penyiksaannya mulai semakin kejam.

Mereka akan digantung dengan posisi kepala di bawah. Kepala tahanan akan dimasukkan ke dalam sebuah tong yang berisi air. Tak sedikit tahanan yang mati lemas dari penyiksaan ini.

Sementara itu, Gedung C adalah kumpulan sel-sel kecil. Bayangkan ruangan berukuran 6x10 m berubah jadi penjara pria massal. Para tahanan diikat berjajar pada sebuah batang besi yang dicor ke lantai.

Sel untuk wanita tak kalah menyedihkan. Ruangan 6x10 m akan dibagi menjadi 10 sel berukuran 1x2 yang diisi oleh wanita dan bayi. Mereka pun tak luput dari rantai kaki.
Museum Genosida Tuol Sleng Foto: Titry Frilyani/d'Traveler
Gedung D digunakan sebagai ruang penyimpanan alat siksa tahanan. Kini, di gedung inilah ditampilkan keseluruhan wajah tahanan dalam bingkai hitam putih.

Konon setiap harinya ada 1.000 orang yang disiksa dan mati terbunuh di kamp ini. Tak ada yang bisa tahan dengan siksaan Tuol Sleng. Kalau tidak mati disiksa, sebagian dari mereka memutuskan untuk bunuh diri.

Selain fisik, petugas penjara juga menyiksa tahanan dengan sedikitnya makanan. Mau tak mau tahanan kurus kering karena malnutrisi. Bayi-bayi mati dan orang tua mereka dibunuh ditempat.

Inilah salah satu alasan mengapa rezim Khmer Merah disebut sebagai yang tersadis di Asia. Kursi-kursi listrik dan ruang pengulitan menjadi saksi bisu dari lolongan tahanan yang sudah diambang nadir.

Di masa pandemi, Museum Genosida Toul Sleng di Kamboja sudah membuka diri untuk wisatawan. Museum ini menerapkan beberapa protokol kesehatan yang harus diikuti pengunjung seperti memakai masker dan tes suhu sebelum masuk.
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini