MEDAN UTARA | Para sopir truk yang saban hari melintas di
Simpang Siombak, Kelurahan Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan kian
hari semakin resah. Mereka gerah karena selalu dipungut uang secara paksa oleh
preman setempat.
Keterangan dihimpun dari sopir truk yang tak mau dimediakan
namanya menyebutkan, truk yang melintas di Simpang Siombak itu bisa mencapai
200 unit setiap hari. Mereka selalu dipaksa untuk membayarkan upeti dengan
nilai beragam. Mulai dari Rp10.000 sampai Rp20.000.
“Padahal gaji ku pun cuma Rp75 ribu nya bang tiap hari. Itu
pun kalau dapat trip. Kalau nggak dapat, paling sekitar Rp50 ribu gajiku. Aku
sudah tua, nggak punya kerjaan lain. Cuma ini untuk menghidupi keluargaku,”
kata pria paruh baya ini dengan wajah lesu.
Sebelum-sebelumnya, kata sumber tadi, para preman di sana
masih mau menerima sekedar dari mereka. Tapi belakangan, sudah semakin memaksa.
Bahkan kalau tidak diberikan, mereka tak sungkan-sungkan memaksa truk putar
balik.
“Mana mungkin kami putar balik. Bisa kena marah sama toke
kami nanti. Jadi tolong lah bang. Suruh dulu polisi tertibkan preman-preman
yang meresahkan itu. Kalau kami nanti yang bilang, payah,” kata sumber yang
diamini kernet dan sopir truk lainnya.
Hasil investigasi wartawan, preman yang aktif di simpang itu
ada 3 orang. Mereka berinisila D, S, dan E. Setiap truk yang melintas, langsung
distop dan meminta uang secara paksa. Bahkan untuk truk yang berplat luar
seperti BL dari Aceh dan BM dari Riau, mereka bisa dipungli Rp20 ribu.
Aktifitas ini berlangsung setiap hari.
Menurut warga sekitar yang juga tak terima dengan tindak
tanduk para preman itu, memperkirakan mereka bisa bergaji sampai Rp250 ribu per
hari per orang. “Herannya, uang itu dipakai mereka untuk nyabu nya. Lihat aja
tas sandang nya itu. Uang pungli semua itu. Kasihan kita sama sopir-sopir yang
dipalak,” kesal pria yang juga meminta agar tidak disebutkan identitasnya demi
kenyamanannya.(tim)