[caption id="attachment_49061" align="aligncenter" width="320"]
Petani cabe[/caption]
Melonjaknya harga cabe merah di sejumlah daerah termasuk di Sumatera Utara ternyata tidak membuat para petani cabe merah merauk untung besar.
Pasalnya, lonjakan harga cabe tersebut disebabkan minimnya panen akibat serangan penyakit keriting pada tanaman cabe yang akan berbuah, Senin (14/3/16).
Di pasar tradisional di Kota Binjai dan Kabupaten Langkat, hari ini cabe merah dijual seharga Rp 43.000 hingga Rp 48.000 per kilonya. Padahal sebelumnya harga cabe hanya di kisaran Rp 30.000 hingga Rp 35.000 disetiap kilonya.
Ternyata, kenaikan harga cabe merah tersebut tak serta merta membuat petani cabe merah dapat merauk untung besar.
Salah satu sentra penghasil cabe merah adalah Desa Kruni, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat. Musim tanam cabe merah saat ini diwarnai dengan merebaknya sejumlah penyakit cabe seperti penyakit keriting.
Penyakit keriting ini menyerang seluruh tanaman cabe merah petani yang akan berbuah. Akibatnya, daun tanaman cabe mengeriting dan pucat serta sebabkan tanaman cabe tidak mau berbuah.
Salah seorang petani cabe, Suharto, menyatakan, melonjaknya harga cabe karena produksi yang minim.
"Memang saat ini produksi seluruh petani cabe sangat menurun, banyak cabe petani yang tak berbuah karena diserang penyakit," jelasnya.
Melonjaknya harga cabe merah di sejumlah daerah termasuk di Sumatera Utara ternyata tidak membuat para petani cabe merah merauk untung besar.
Pasalnya, lonjakan harga cabe tersebut disebabkan minimnya panen akibat serangan penyakit keriting pada tanaman cabe yang akan berbuah, Senin (14/3/16).
Di pasar tradisional di Kota Binjai dan Kabupaten Langkat, hari ini cabe merah dijual seharga Rp 43.000 hingga Rp 48.000 per kilonya. Padahal sebelumnya harga cabe hanya di kisaran Rp 30.000 hingga Rp 35.000 disetiap kilonya.
Ternyata, kenaikan harga cabe merah tersebut tak serta merta membuat petani cabe merah dapat merauk untung besar.
Salah satu sentra penghasil cabe merah adalah Desa Kruni, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat. Musim tanam cabe merah saat ini diwarnai dengan merebaknya sejumlah penyakit cabe seperti penyakit keriting.
Penyakit keriting ini menyerang seluruh tanaman cabe merah petani yang akan berbuah. Akibatnya, daun tanaman cabe mengeriting dan pucat serta sebabkan tanaman cabe tidak mau berbuah.
Salah seorang petani cabe, Suharto, menyatakan, melonjaknya harga cabe karena produksi yang minim.
"Memang saat ini produksi seluruh petani cabe sangat menurun, banyak cabe petani yang tak berbuah karena diserang penyakit," jelasnya.
Dari satu hektar lahan cabe, lanjut Suharto, hanya duapertiganya saja yang menghasilkan, sedangkan sisanya rusak akibat penyakit dan tak dapat diproduksi.
Lebih lanjut dikatakannya, para petani harus menjual seharga Rp 33.000 hingga Rp 35.000 per kilo ke pengumpul, untuk mengurangi biaya produksi ditambah serangan penyakit keriting.
Sementara, dari data Pengamat Organisme Pengganggu Hama Tanaman Kabupaten Langkat, ada 29,2 hektar tanaman cabai di Kabupaten Langkat, yang diserang virus kuning dan yang terparah di Kecamatan Pematang Jaya yang mencapai 9,5 hektar.
Miswandi mengatakan serangan OPT (organisme pengganggu tanaman) virus kuning terhadap tanaman cabai petani dikatagorikan ringan seluas 11,8 hektare, kategori sedang sembilan hektare, dan berat 8,4 hektare, namun belum ada yang puso dan upaya penanggulangan juga sudah dilakukan di lapangan oleh petani maupun petugas pertanian.
[caption id="attachment_49062" align="aligncenter" width="320"]
Petani cabai[/caption]
Selain Kecamatan Pematang Jaya yang terluas serangan virus kuning ini juga terjadi terhadap tanaman cabai petani di Kecamatan Secanggang seluas 4,1 hektare, Stabat 3,5 hektare, Tanjungpura tiga hektare, Sei Bingei 2,8 hektare.
Selain virus kuning, tanaman cabai juga diserang layu fusarium seluas 0,5 hektare di Kecamatan salapian, ini juga sekarang sedang dilakukan pengendaliannya oleh petani dengan penggunaan fungisida sesuai dengan anjuran.(hendra)
Lebih lanjut dikatakannya, para petani harus menjual seharga Rp 33.000 hingga Rp 35.000 per kilo ke pengumpul, untuk mengurangi biaya produksi ditambah serangan penyakit keriting.
Sementara, dari data Pengamat Organisme Pengganggu Hama Tanaman Kabupaten Langkat, ada 29,2 hektar tanaman cabai di Kabupaten Langkat, yang diserang virus kuning dan yang terparah di Kecamatan Pematang Jaya yang mencapai 9,5 hektar.
Miswandi mengatakan serangan OPT (organisme pengganggu tanaman) virus kuning terhadap tanaman cabai petani dikatagorikan ringan seluas 11,8 hektare, kategori sedang sembilan hektare, dan berat 8,4 hektare, namun belum ada yang puso dan upaya penanggulangan juga sudah dilakukan di lapangan oleh petani maupun petugas pertanian.
[caption id="attachment_49062" align="aligncenter" width="320"]
Selain Kecamatan Pematang Jaya yang terluas serangan virus kuning ini juga terjadi terhadap tanaman cabai petani di Kecamatan Secanggang seluas 4,1 hektare, Stabat 3,5 hektare, Tanjungpura tiga hektare, Sei Bingei 2,8 hektare.
Selain virus kuning, tanaman cabai juga diserang layu fusarium seluas 0,5 hektare di Kecamatan salapian, ini juga sekarang sedang dilakukan pengendaliannya oleh petani dengan penggunaan fungisida sesuai dengan anjuran.(hendra)