Sebahagian Orang Tua Siswa Tolak Kebijakan Lima Hari Belajar Di Sekolah

Sebarkan:

 



Para wali murid SMPN 1 pangkalan susu saat mengikuti rapat kebijakan lima hari sekolah dalam seminggu , Poto : MOL/lesman simamora.



LANGKAT | Ada penolakan dari orang tua siswa terhadap kebijakan lima hari belajar di sekolah. Belajar lima hari di sekolah, dan pulang sekolah pukul 16:00, kecuali hari Jumat, itu dinilai merugikan orang tua siswa.

Apakah dengan lima hari belajar akan meningkatkan kualitas belajar anak atau justru membuat anak-anak lelah dan kurang fokus, sebab waktu belajar peserta didik lebih panjang.

"Sebagai wali murid, saya menolak lima hari belajar di sekolah dengan alasan bahwa kebijakan itu dinilai merugikan orang tua murid," ucap nenek tiga cucu, Ayu kepada Metro Online, usai mengikuti sosialisasi lima hari belajar di sekolah SMA Negeri 1 Pangkalan Susu belum lama ini.

"Kalau anak anak pulang sekolah pukul 16:00, dan sampai di rumah pukul 17:00, mereka sudah tidak bisa lagi diharpakan membantu orang tua bekerja di ladang. Dengan waktu belajar yang lebih panjang membuat anak anak lelah," ujarnya.

Kalau sebelumnya, siswa SMA Negeri pulang sekolah pukul 13:40, dan tiba di rumah 14:20 masih ada waktu mereka 2 s/d 3 jam untuk melakukan pekerjaan baik di rumah maupun ke ladang, ujar, Ayu (nama panggilan sehari-hari).

Kebijakan lima hari belajar sekolah  akan menambah beban orang tua siswa. Bagi orang tua yang tidak sempat masak nasi pagi, ia terpaksa mengantar bontot (makan siang) untuk cucunya ke sekolah.

Bukan itu saja, uang beli jajanan anak-anak pun akan bertambah. karena waktu mereka belajar lebih panjang di sekolah, ujarnya.

"Biasanya, cucu-ku itu, kalau pulang sekolah dari SMA Negeri 1 Pangkalan Susu, dia akan pergi ke ladang mencari kangkung dan daun pisang muda untuk di jual ke pasar."

Hasil penjualannya cukup buat bayar ongkos naik bus dan uang jajan bersama adiknya, tapi kalau sekarang anak sekolah pulang jam 16:00, tak mungkin lagi mereka bisa bekerja seperti itu, sambungnya.

Sementara MBG (makanan bergizi gratis) yang dijanjikan Presiden RI Prabowo Subianto untuk dibagikan ke sekolah- sekolah, belum tau kapan itu direalisasikan khusunya di Kec. Pangkalan Susu, Kab. Langkat, ujar sang nenek yang sehariharinya berjualan sayur mayur di pasar pagi pekan tradisional Pangkalan Susu.(ls/lkt1)
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini