Menjelang Kenaikan BBM, Masyarakat Langkat Keberatan dan Terancam Libur Makan

Sebarkan:

 





LANGKAT | Kebijakan Pemerintah yang akan menaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) seperti bahan bakar pertalite yang kerap digunakan masyarakat dalam melaksanakan aktifitas nya sehari hari untuk mendapatkan rezeki, merasa sangat keberatan atas isu kenaikan BBM tersebut, bisa bisa masyarakat banyak yang libur makan, demikian dikatakan salah Adriansyah seorang honorer disalah satu  SDN Pangkalan Berandan Langkat pada Sabtu (27/8/2022).

Lebih lanjut dikatakan nya, kalau pemerintah mengikuti harga minyak dunia berarti lebih kurang harga pertalite bisa mencapai lebih kurang 17 ribu rupiah per liter nya, dia mengaku menerima upah sebagai honorer sebesar 1 juta 500 ribu rupiah per bulan nya.

Setiap hari nya dia menggunakan pertalite perharinya sebanyak 2 liter, dan jika harga pertalite perliter nya sebesar 17 ribu rupiah maka dia menerima sisa dari upah kerjanya sebagai honorer bersisa sebesar 16 ribu per hari nya, "nah kan bisa bisa libur makan pak" ucap Adriansyah.

Pekerja honorer yang memiliki 5 orang anak tersebut berharap kepada pemerintah agar meninjau nasib rakyat kecil jika ingin menaikan harga BBM, tentunya kalau harga BBM resmi dinaikan maka sudah pasti harga sembako dan Haraga barang lain nya ikut naik, trus bagaimana nasib rakyat kecil seperti kami ini, terang nya.

Dedi sebagai Kepala Lingkungan (Kepling) di Langkat juga sangat menyesalkan kenaikan BBM jika isu tersebut benar terjadi per 1 September mendatang, pasal nya sudah pasti banyak masyarakat yang akan turun kejalan menyuarakan nasib rakyat.

Kalau subsidi dicabut dan disetarakan dengan harga minyak dunia, maka dalam hal ini pemerintah harus lah terlebih dahulu menaikan upah para buruh, upah para honorer dan upah para pekerja serabutan, termasuk juga harga gabah para petani agar masyarakat dapat menghadapi efek dari kenaikan BBM tersebut, ucap Dedi.

Hal serupa dikatakan Sahroni Simanjuntak yang sehari hari nya mengais rezeki sebagai agen atau mandor salah satu angkutan penumpang antar kota, dia juga merasa sangat keberatan atas isu kenaikan BBM per tanggal 1 September mendatang, pasal nya kata Sahroni, efek dari kenaikan BBM tersebut otomatis mengurangi jumlah penumpang angkutan yang hendak bepergian, dan Saudah pasti upah dirinya sebagai mandor secara draktis akan berkurang.

Kalau perusahaan itu tidak ada ruginya jika BBM naik, otomatis pihak perusahaan akan menaikan tarif penumpang, yang terkena imbas atau kata yang lebih tepat korban dari kenaikan BBM tersebut adalah rakyat jelata seperti kami ini, ucap Sahroni.

Sementara itu Bower warga Sei Lepan Langkat, yang sehari hari nya bekerja sebagai nelayan tradisional mengatakan bahwa dirinya sangat diberatkan jika isu kenaikan BBM tersebut benar terjadi, imbas dari kenaikan BBM tersebut sudah pasti rakyat jelata, sepeti nelayan, pekerja honorer dan Abang becak serta rakyat kecil yang mendapat penghasilan minim.

"Tidak pun BBM naik kehidupan nelayan tradisional seperti kami ini sudah sangat memilukan, dikarenakan penghasilan kami sebagai nelayan tradisional pencari kepiting yang sehari harinya mendapat penghasilan 50 ribu sampai 80 ribu, dan tidak jarang juga penghasilan kami tidak ada, karena tidak ada tangkapan kepiting, jelas Bower, sembari mengatakan jika BBM naik maka masyarakat akan turun kejalan.(m/lkt1)

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini