Korban Amuk Massa, Almarhum Robinson Sijabat Kurang Pendengaran

Sebarkan:
MEDAN-Almarhum Robinson Sijabat (16) yang dituduh sebagai pelaku begal dan dianiaya sejumlah warga hingga tewas ternyata memiliki IQ rendah dan kurang pendengaran.

Demikian dikatakan orangtua almarhum, Mangasi Tua Sijabat (62) dan Asni br Situmorang (60) saat diwawancarai wartawan di rumahnya Jalan Tirtosari Ujung Kelurahan Bantan, Kecamatan Medan Tembung, Kamis (14/11/2019) sore. 

Menurut Mangasi, walaupun almarhum memiliki kekurangan namun tidak pernah menyusahkan orangtua, abang dan kakak-kakaknya. "Biarpun almarhum anak ke 8 dari 8 bersaudara, namun tidak pernah menyusahkan kami. Justru Robinson ikut dengan ibunya bekerja mengecor saat ada proyek," katanya sembari meneteskan air mata. 

Menurutnya, sebelum musibah menimpa anaknya pada Minggu (10/11/2019) sekira pukul 03.00 WIB, korban mengambil uang mamanya Rp 10 ribu.

Selanjutnya almarhum berjalan kaki menuju Jalan Bantan dengan membawa martil, dan kemudian menumpangi becak motor (betor) dengan membayar ongkos Rp 10 ribu menuju Pasar 10, Kecamatan Percut Sei Tuan, tempat rekan rekannya ngumpul sebelum berangkat kerja.

"Biasanya setiap hari anak saya bersama ibunya berangkat sekira pukul 03.30 WIB menuju Pasar 10 Tembung. Dari situ mereka dijemput mobil dan berangkat ke lokasi kerjaan untuk ngecor. Namun kali ini anak saya sendiri berangkat. Namun anakku pergi untuk selama-lamanya akibat dianiaya warga hingga tidak bernyawa," ungkapnya. 

Terang Robinson selama ini tidak pernah mengambil uang ibunya. Jika tidak punya ongkos almarhum justru datang ke kamar dan meminta kepada ayahnya. Mangasi mengaku tidak terima dengan kepergian anaknya yang tewas akibat tuduhan yang tidak dilakukannya sama sekali.

Diakuinya bahwa almarhum tidak ada tamatan karena IQ rendah dan pendengaran kurang sehingga suaranya keras jika berbicara. 

Sementara itu ibu korban, Asni br Situmorang sebelumnya sudah menasehati anaknya agar tidak bekerja. Alasannya sepatu korban sudah rusak dan kakinya terluka.

"Sudah saya bilang ke alamarhum agar tidak bekerja supaya besok membeli sepatunya. Namun anak saya tetap berangkat akan pergi bekerja. Biasanya saya bersama almarhum berangkat bersama untuk pergi ngecor. Dimana keadilan ini, anak saya tewas. Kami buntu soal hukum, makanya hanya bisa merenungi nasib anak kami," teriaknya sembari menangis histeris.

Asni saat ini tidak percaya jika anaknya pelaku begal. Diungkapkannya, jangankan membawa becak, bawa sepeda angin saja almarhum tidak bisa. Kesedihan Asti juga tidak luput saat melihat kondisi anaknya yang sangat memprihatinkan.

"Setelah jasad anak saya dibawa dari RS Bhayangkara Medan menuju ke rumah, saya melihat kepala belakang bengkak, dada depan sudah rata seperti patah/remuk, dagu berlubang, banyak luka-luka lebam dan sundutan api rokok di sekujur tubuh. Anak saya seolah-olah memang sengaja dibunuh," bebernya. 

Wanita tua ini sangat berharap ada yang membantunya untuk mengungkap tabir kematian anaknya yang masih berusia muda tersebut.

"Kami tidak memiliki apa-apa. Sedangkan makan saja kadang kami diberi tetangga dan keluarga. Saya memohon ada yang membantu kami dalam mengungkap kasus anak saya. Demi air mata ini, saya bersumpah dan yakin jika almarhum tidak bersalah," pungkasnya. 

Sebelumnya, terduga pelaku begal tewas dihakimi warga di Jalan Letda Sujono, Kecamatan Medan Tembung tepatnya depan gudang PT Intan ternyata masih dibawah umur. (ka)
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini