Dalam diskusi tersebut, turut hadir sejumlah narasumber yang memberikan materi diantaranya mantan anggota DPRD Sergai sekaligus tokoh perempuan Sergai Elvi Yuliana Napitupulu, perwakilan Pujakesuma Sutrisno dan KNPI.
Turut hadir pula, Karang Taruna, Rumah Konstituen, Sayap Pemuda Sergai, Forkams, HMI, Ikmasa, Ibadah HSB Sergai, PAC PP, Akustik Sergai, Taman Baca Sergai dan PERMAP.
Dalam paparannya, Elvi berpesan kepada pemuda Sergai untuk mengedepankan nilai luhur dari Sumpah Pemuda.
Nilai luhur dari Sumpah Pemuda yang tertuang dalam 3 butir Sumpah Pemuda, kata Elvi, sudah semestinya lebih di garis bawahi, penjelasan harus lebih komprehensif.
"Pertama, bangga menjadi bangsa Indonesia dalam hal ini membangun karakter bangsa, karakter manusia yang jujur dan amanah. Kedua, bertanah air satu, padahal nusantara ini dengan segala pulau budayanya, tanah, laut dan dirgantaranya itu yang harus dijaga. Ketiga, berbahasa satu bahasa Indonesia, kita bertutur sebagai ekspersi dari rasa budaya hubungan antar manusia sebagai pemikat," ujarnya.
Elvi juga meminta kepada Pemkab Sergai untuk memberikan perhatian khusus buat pemuda Sergai agar menyediakan tempat kreativitas anak muda untuk mengali potensi anak muda karena kedepannya peran pemuda selalu penting dan sentral.
"Saya meminta untuk pemuda pemudi Sergai kita bergerak, kita bergerak tanpa harus bertanya ada logistik apa tidak, Saya akan menggabungkan pemuda Sergai , tanpa membedakan, suku, Agama dan lainnya," tegas Ketua DPC Pospera Sergai ini.
"Harapan kami Pemkab Sergai bisa memfasilitasi Kongres Pemuda Sergai," ucapnya.
Sementara itu, Erick dari Organisasi Sayap Muda Sergai, memaparakan persoalan pasar Dodol Bengkel.
Menurutnya, Pemkab Sergai harus memberikan solusi terhadap pengembangan bisnis ini, dikarenakan pembangunan Jalan Tol Medan-Tebingtinggi sangat mengurangi omset pedagang Dodol Bengkel.
Kemudian, perwakilan KNPI Ika mengungkapkan, masih banyak anak-anak muda Serdang Bedagai yang tidak mengetahui bahwa Tari Serampang Dua Belas itu berasal dari Sergai.
"Hal itu dikarenakan anak-anak muda di Sergai ini sudah tidak peduli lagi dengan budaya. Contoh di Bali, kalau kita masuk ke pantai rekreasi itu tidak bayar, malah kita disugukan tarian-tarian daerahnya. Makan di restoran juga disugukan tarian daerah Bali, jadi otomatis mereka mengedepankan budaya mereka. Harapan kami kepada Pemkab Sergai, kalau panggung budaya Sergai harus diciptakan untuk meningkatkan pariwisata," tutur Ika. (Ril)
