Sungai Bedera Kecamatan Marelan Ini Tercemar Sampah dan Limbah

Sebarkan:

Daerah aliran sungai (DAS) Sungai Bedera, Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan, tercemar sampah dan limbah pabrik.

Pantauan wartawan, Jumat (30/3/2018), Sungai Bedera yang berdiri sejak zaman penjajahan Jepang itu dibangun untuk mengaliri pembuangan air dari lahan perkebunan.

Anehnya, air sungai yang mengalir ke laut Belawan itu mulai tercemar sampah dari pemukiman warga yang tinggal di pinggiran DAS. Tak hanya itu, sungai yang dijadikan para nelayan mencari makan juga dicemari limbah menjadi warna hitam.

Ketua Persatuan Nelayan Tradisional Indonesia (PNTI) Kota Medan, Rahman mengatakan, ‎pencemaran air Sungai Bedera sudah terjadi sejak beberapa tahun belakangan, pencemaran limbah dan sampah terjadi pada saat air laut terjadi pasang mati.

"Kalau air pasang naik, luapan air tinggi, jadi air Sungai Bedera jernih, tapi kalau pasang mati, sampah dan limbah nampak melewati aliran Sungai Bedera," kata Rahman.

Dijelaskan pria berusia 38 tahun ini, pencemaran Sungai Bedera karena kurangnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya, sehingga masyarakat yang tinggal dibantaran membuah sampah ‎ke sungai. 

Selain itu, lanjut Rahman, pencemaran terjadi dugaan kuat limbah pabrik yang membuang ke sungai itu. Adapun pabrik yang membuang limbah adalah perusahaan Pengeran Beton, PT Sari Pangan, pengolahan cumi dan industri plastik.

"Dari hasil pengecekan kami, pabrik - pabrik yang tak jauh dari aliran Sungai Bedera, membuang limbah ke sungai, karena sungai setiap hari menghitam akibat limbah pabrik yang ada," ungkap Rahman.

Dampak dari tercemarnya Sungai Bedera, kata Rahman, sangat mempengaruhi terhadap nelayan yang berada di sekitaran Sungai Bedera. Sehingga, pendapatan hasil tangkap nelayan muara berkurang.

"Di Sungai Bedera ini, ada nelayan pancing cumi, nelayan ambai, nelayan bubuh kepiting dan nelayan jaring. Mereka ini, kalau mencari tangkapan di muara, yang mereka dapat sampah, bahkan banyak ekositim di muara banyak yang mati," jelasnya.

Aktivis nelayan ini menegaskan, pihaknya sudah pernah melaporkan masalah ini ke badan lingkungan hidup (BLH) dan DPRD Kota Medan, namun, belum ada tindakan tegas dari Pemerintah Kota Medan.

"Jadi, saya mewakili nelayan sangat kecewa karena tidak adanya kepedulian pemerintah. Dalam waktu dekat ini, saya bersama nelayan akan menyurati dinas terkait untuk segera mengambil tindakan terhadap dampak yang dialami nelayan dari limbah dan sampah yang mencemari sungai itu" tegas Rahman.

Terpisah, Camat Medan Marelan, T Chairunizza saat dikonfirmasi mengatakan, untuk pencemaran sampah, pihaknya akan segera menyurati untuk menghimbau masyarakat yang menetap di pinggiran DAS.

Mengenai pabrik yang berada di sekitaran DAS, menurutnya, masuk wilayah Kabupaten Deliserdang. Untuk itu, pihaknya akan segera berkordinasi dengan camat yang masuk wilayah tersebut.

"Kita akan kordinasi dengan camat setempat, agar masalah ini segera disikapi, yang jelas kita akan coba cari tahu dulu dari mana pencemaran itu terjadi, untuk segera kita laporkan ke BLH Sumut," kata Chairunizza. (mu-1)
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini