Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Sumut Kombes Pol Nurfallah menerangkan, saat ini Kota Medan memiliki angka kriminalitas yang tinggi. Maka, perlu dilakukan tindakan tegas terhadap para pelaku kriminal.
“Angka kriminalitas di Kota Medan ini masing tergolong tinggi. Salah satunya adalah berbagai aksi Pencurian kendaraan bermotor (Curanmor) dan aksi penembakan seperti kasus Indra Gunawan alias Kuna beberapa waktu lalu," ujarnya, Minggu (12/3/2017).
Timnya, kata Nurfallah, akan terus meningkatkan kemampuan, khususnya dalam hal menembak reaksi.
“Angka kriminalitas di Kota Medan ini masing tergolong tinggi. Salah satunya adalah berbagai aksi Pencurian kendaraan bermotor (Curanmor) dan aksi penembakan seperti kasus Indra Gunawan alias Kuna beberapa waktu lalu," ujarnya, Minggu (12/3/2017).
Timnya, kata Nurfallah, akan terus meningkatkan kemampuan, khususnya dalam hal menembak reaksi.
“Kemampuan tembak reaksi ini perlu ditingkatkan dan wajib hukumnya bagi tim Buncil. Disisi lain, latihan rutin ini juga sebagai peringatan bagi pelaku yang akan dan sudah merencanakan sesuatu. Siapapun orangnya,” jelasnya.
Sementara itu, Kasubdit III/Jahtanras Polda Sumut, AKBP Faisal Napitupulu, menambahkan sebagai pimpinan langsung tim Buncil Polda Sumut, latihan tembak reaksi ini menggunakan dua jenis senjata api (Senpi) yakni Senpi laras panjang dan Senpi laras pendek.
“Penggunaan laras panjang dan laras pendek ini dilakukan secara beriringan. Namun, dalam hal tembak reaksi saat mengejar pelaku kejahatan biasanya kita menggunakan laras pendek. Tetapi bila berhadapan dengan pelaku yang sedang tidak bereaksi (bersembunyi) dan melakukan perlawanan, kita gunakan laras panjang,” terangnya.
Menurut Faisal, selain untuk meningkatkan kemampuan personilnya, latihan menembak ini juga dilakukan sebagai bentuk penyegaran bagi seluruh tim Buncil dan Jahtanras lainnya yang bekerja selama 24 jam dilapangan.
“Ada dua manfaat yang diambil dari latihan ini. Pertama dan yang utama adalah meningkatkan kemampuan lalu sebagai bentuk penyegaran. Sebab, anggota itu juga manusia sesekali butuh refreshing karena setiap waktu berhadapan dengan para bandit,” katanya.
Namun, lanjut Faisal, latihan menembak ini baru dilakukan beberapa kali saja. Dan akan terus dilakukan secara berkesinambungan secara terus menerus.
Sementara itu, Kasubdit III/Jahtanras Polda Sumut, AKBP Faisal Napitupulu, menambahkan sebagai pimpinan langsung tim Buncil Polda Sumut, latihan tembak reaksi ini menggunakan dua jenis senjata api (Senpi) yakni Senpi laras panjang dan Senpi laras pendek.
“Penggunaan laras panjang dan laras pendek ini dilakukan secara beriringan. Namun, dalam hal tembak reaksi saat mengejar pelaku kejahatan biasanya kita menggunakan laras pendek. Tetapi bila berhadapan dengan pelaku yang sedang tidak bereaksi (bersembunyi) dan melakukan perlawanan, kita gunakan laras panjang,” terangnya.
Menurut Faisal, selain untuk meningkatkan kemampuan personilnya, latihan menembak ini juga dilakukan sebagai bentuk penyegaran bagi seluruh tim Buncil dan Jahtanras lainnya yang bekerja selama 24 jam dilapangan.
“Ada dua manfaat yang diambil dari latihan ini. Pertama dan yang utama adalah meningkatkan kemampuan lalu sebagai bentuk penyegaran. Sebab, anggota itu juga manusia sesekali butuh refreshing karena setiap waktu berhadapan dengan para bandit,” katanya.
Namun, lanjut Faisal, latihan menembak ini baru dilakukan beberapa kali saja. Dan akan terus dilakukan secara berkesinambungan secara terus menerus.
“Memang kegiatan ini baru beberapa kali saja kita lakukan. Tetapi, kedepan jadwal latihanya akan ditingkatkan dan terus menerus secara berkesinambungan,” ungkapnya.
Meski begitu, Faisal meminta pada jajarannya agar tidak sembarangan menggunakan Senjata. Sebab, akan sangat fatal akibatnya. Apalagi yang dihadapi para bandit yang bersembunyi ditengah pemukiman penduduk.
“Sekalipun kemampuan menembaknya terus diasah, tetapi dalam penggunaanya tidak boleh sembarangan. Tetap harus mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP). Walaupun sasarannya adalah bandit jalanan ataupun bandit yang sudah terorganisir,” pungkasnya. (snd)
Meski begitu, Faisal meminta pada jajarannya agar tidak sembarangan menggunakan Senjata. Sebab, akan sangat fatal akibatnya. Apalagi yang dihadapi para bandit yang bersembunyi ditengah pemukiman penduduk.
“Sekalipun kemampuan menembaknya terus diasah, tetapi dalam penggunaanya tidak boleh sembarangan. Tetap harus mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP). Walaupun sasarannya adalah bandit jalanan ataupun bandit yang sudah terorganisir,” pungkasnya. (snd)
