Kisah Pilu Mantan Pelayan Istana Negara Menarik perhatian Politisi PDI-P
[caption id="attachment_73353" align="aligncenter" width="1280"]
Nek Sare'ah alias Sariah[/caption]
Setelah diberitakan melalui medialangkat.com--grup metro-online.co di IWO--,mengenai ‘Kisah Pilu Mantan Pelayan Istana, Nek Sare’ah’ pada tanggal 7 dan 9 Maret 2017 dan disusul pula diterbitkan oleh beberapa portal online ternama berbasis nasional di Medan-Sumatera Utara, kisah hidup nenek berusia hampir 110 tahun itu mulai menjadi sorotan publik, bahkan di kampung halamanya Pangkalan Berandan.
Nenek yang mengaku pernah mengasuh Muhammad Guntur Soekarno Putra yang tak lain Putra sulung presiden pertama RI Ir.Soekarno mendapat perhatian dari politisi muda partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Sumut yakni Sutrisno Pangaribuan ST untuk turun gelanggang.
Tak tanggung-tanggung, Anggota DPRD yang juga Wakil Bendahara Fraksi PDI-P Sumut ini mengaku tersentak usai membaca berita online tentang kisah hidup nenek sare’ah atau akrab disapa bung Karno dengan sebutan ibu panjang itu luput dari perhatian pemerintah. Bahkan, katanya, belum sempat istirahat usai menjalani reses panjang didaerah pemilihannya, dia segara bergerak menuju Pangkalan Berandan untuk membenarkan kisah tersebut.
“Saya terkejut membaca berita media online tentang adanya seorang mantan pelayan istana zaman bung Karno yang masih hidup, bahkan sekarang hidup dalam kemiskinan, ini menarik, saya sengaja kroscheck lansung. Padahal seharusnya saya istirahat dulu usai menjalani reses panjang di Dapil saya dan saya sangat meyakini beliau memang adalah seorang pelayan dimasa bung Karno” Tuturnya kepada Awak media, Sabtu (11/3/2017) petang.
Sutrisno menambahkan, setelah mendengar kisah panjang perjalanan nenek Sare’ah. Politisi muda PDI-P Sumut ini dalam waktu dekat akan bertolak ke Jakarta, selain menunaikan tugas. Ada pesan moril yang akan disampaikanya kepada keluarga bung Karno, bahwa terdapat salah seorang mantan pelayan istana sekaligus pengasuh Guntur Soekarno Putra yang butuh uluran tangan.
[caption id="attachment_73353" align="aligncenter" width="1280"]
Setelah diberitakan melalui medialangkat.com--grup metro-online.co di IWO--,mengenai ‘Kisah Pilu Mantan Pelayan Istana, Nek Sare’ah’ pada tanggal 7 dan 9 Maret 2017 dan disusul pula diterbitkan oleh beberapa portal online ternama berbasis nasional di Medan-Sumatera Utara, kisah hidup nenek berusia hampir 110 tahun itu mulai menjadi sorotan publik, bahkan di kampung halamanya Pangkalan Berandan.
Nenek yang mengaku pernah mengasuh Muhammad Guntur Soekarno Putra yang tak lain Putra sulung presiden pertama RI Ir.Soekarno mendapat perhatian dari politisi muda partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Sumut yakni Sutrisno Pangaribuan ST untuk turun gelanggang.
Tak tanggung-tanggung, Anggota DPRD yang juga Wakil Bendahara Fraksi PDI-P Sumut ini mengaku tersentak usai membaca berita online tentang kisah hidup nenek sare’ah atau akrab disapa bung Karno dengan sebutan ibu panjang itu luput dari perhatian pemerintah. Bahkan, katanya, belum sempat istirahat usai menjalani reses panjang didaerah pemilihannya, dia segara bergerak menuju Pangkalan Berandan untuk membenarkan kisah tersebut.
“Saya terkejut membaca berita media online tentang adanya seorang mantan pelayan istana zaman bung Karno yang masih hidup, bahkan sekarang hidup dalam kemiskinan, ini menarik, saya sengaja kroscheck lansung. Padahal seharusnya saya istirahat dulu usai menjalani reses panjang di Dapil saya dan saya sangat meyakini beliau memang adalah seorang pelayan dimasa bung Karno” Tuturnya kepada Awak media, Sabtu (11/3/2017) petang.
Sutrisno menambahkan, setelah mendengar kisah panjang perjalanan nenek Sare’ah. Politisi muda PDI-P Sumut ini dalam waktu dekat akan bertolak ke Jakarta, selain menunaikan tugas. Ada pesan moril yang akan disampaikanya kepada keluarga bung Karno, bahwa terdapat salah seorang mantan pelayan istana sekaligus pengasuh Guntur Soekarno Putra yang butuh uluran tangan.
“Setelah saya mendengar kisah nenek Sare’ah, saya akan bertolak ke Jakarta dalam waktu dekat ini, bertugas, tapi disela itu saya akan mencoba menyampaikan sama keluarga Bung Karno, minimal saya akan bicarakan sama anak pak Guntur yang sekarang menjadi anggota DPR RI yakni mbak Puti Pramthana Puspa Seruni Paundrianagari Guntur Soekarno Putri atau mbak Puti Guntur Soekarno. Apalagi sinenek kepingin betul jumpa sama pak Guntur seperti yang kita dengar tadi,” ujar Sutrisno.
Sebelumnya, nenek Sare’ah dalam percakap serius dengan Sutrisno Pangaribuan mengaku dapat bertemu kembali dengan putra sang Fajar tersebut, apalagi mereka telah berpisah semenjak tahun 1956 usai sang suami dari nenek Sare’ah bernama Tahmit Subroto menikah kembali dengan perempuan cantik yang disebut sebagai pembantu rumah tangganya bernama Gandari atau akrab dia panggil dengan sebutan Siwo Minah.
“Tapi,,apa mau Nak Guntur jumpa mak panjangnya ini ? awak jelek, miskin pula. Ehk,,kalo jumpa nak Guntur bilanglah nenek mau naik Haji, kalo bisa juga perbaikilah rumah nenek yang reot ini ya, jangan lupa” Sebutnya malu-malu, seraya menari karena pernah berjanji bila ketemu dengan Guntur Soekarno akan disambutnya dengan tarian dan nyanyian khas kala iya menina bobokan Putra Sang Fajar tersebut (baca : Bung Karno).
Sekedar menyegarkan ingatan pembaca medialangkat.com , setelah 61 tahun meninggalkan istana presiden dengan kekecewaan, karena suami tercinta menikah lagi dengan pembantu rumah tangganya.
Kehidupan nenek Sare’ah berputar 180 derajat celsius. Akhir tahun 1956, Sang pelayan istana ini kembali ke kampung halamannya di Linkungan Bahari, Jalan Babalan, Kelurahan Berandan timur.Sesampai dinegri leluhur,justru tak mengubah apapun. “Nasi sudah jadi bubur” Katanya.
Faktanya, walau telah menikah lagi dengan pegawai syahbandar di Berandan, kehidupan nek sare’ah tak semanis ketika berada di Lingkungan Istana, dimana Bung Karno dan Putranya Muhammad Guntur Soekarno Putra selalu memperhatikanya.
Dinegeri tumpah darahnya ini (baca : Berandan-red), kehidupan sang pembuat “gulai masam dan kembang loyang” kesukaan Bung Karno dan putranya Guntur Soekarno Putra itu berlarut-larut di bawah garis kemiskinan, Apalagi membesarkan anak yang lahir di lingkungan istana presiden tanpa mendapatkan gaji pensiunan suami dari negara.
Bahkan sempat terlintas dibenak keluarganya untuk melelang Tas berusia 70 tahun saat ini, pemberian Ibu Fatmawati yang dia bawa dari Istana untuk sekedar penyambung hidup di kampung halaman.
“Iya, maklumlah, nek sare’ah tinggal sama anaknya Tasmin yang hidup sebagai nelayan tumpangan. Miskin papa, kalo uak Tasmin ga melaut ga ada untuk pembeli beras, aku berharap medialangkat.com mampu meberikan sedikit informasi ke keluarga pak Soekarno di jakarta, siapa tau pak Guntur membaca berita ini, tergugah hatinya untuk menjenguk ibu panjangnya yang merawat dia kala masih kecil dulu” Sebut Muslim Yusuf, salah satu kerabat nek Sare’ah penuh harap.
Lalu bagaimana kisah selanjut, jika akhir Tuhan mempertemukan dua insan yang telah berpisah selama kurun waktu 61 tahun tersebut ? Wallahu a’lam.(habis/Oleh : Piliang/IWO)
Sebelumnya, nenek Sare’ah dalam percakap serius dengan Sutrisno Pangaribuan mengaku dapat bertemu kembali dengan putra sang Fajar tersebut, apalagi mereka telah berpisah semenjak tahun 1956 usai sang suami dari nenek Sare’ah bernama Tahmit Subroto menikah kembali dengan perempuan cantik yang disebut sebagai pembantu rumah tangganya bernama Gandari atau akrab dia panggil dengan sebutan Siwo Minah.
“Tapi,,apa mau Nak Guntur jumpa mak panjangnya ini ? awak jelek, miskin pula. Ehk,,kalo jumpa nak Guntur bilanglah nenek mau naik Haji, kalo bisa juga perbaikilah rumah nenek yang reot ini ya, jangan lupa” Sebutnya malu-malu, seraya menari karena pernah berjanji bila ketemu dengan Guntur Soekarno akan disambutnya dengan tarian dan nyanyian khas kala iya menina bobokan Putra Sang Fajar tersebut (baca : Bung Karno).
Sekedar menyegarkan ingatan pembaca medialangkat.com , setelah 61 tahun meninggalkan istana presiden dengan kekecewaan, karena suami tercinta menikah lagi dengan pembantu rumah tangganya.
Kehidupan nenek Sare’ah berputar 180 derajat celsius. Akhir tahun 1956, Sang pelayan istana ini kembali ke kampung halamannya di Linkungan Bahari, Jalan Babalan, Kelurahan Berandan timur.Sesampai dinegri leluhur,justru tak mengubah apapun. “Nasi sudah jadi bubur” Katanya.
Faktanya, walau telah menikah lagi dengan pegawai syahbandar di Berandan, kehidupan nek sare’ah tak semanis ketika berada di Lingkungan Istana, dimana Bung Karno dan Putranya Muhammad Guntur Soekarno Putra selalu memperhatikanya.
Dinegeri tumpah darahnya ini (baca : Berandan-red), kehidupan sang pembuat “gulai masam dan kembang loyang” kesukaan Bung Karno dan putranya Guntur Soekarno Putra itu berlarut-larut di bawah garis kemiskinan, Apalagi membesarkan anak yang lahir di lingkungan istana presiden tanpa mendapatkan gaji pensiunan suami dari negara.
Bahkan sempat terlintas dibenak keluarganya untuk melelang Tas berusia 70 tahun saat ini, pemberian Ibu Fatmawati yang dia bawa dari Istana untuk sekedar penyambung hidup di kampung halaman.
“Iya, maklumlah, nek sare’ah tinggal sama anaknya Tasmin yang hidup sebagai nelayan tumpangan. Miskin papa, kalo uak Tasmin ga melaut ga ada untuk pembeli beras, aku berharap medialangkat.com mampu meberikan sedikit informasi ke keluarga pak Soekarno di jakarta, siapa tau pak Guntur membaca berita ini, tergugah hatinya untuk menjenguk ibu panjangnya yang merawat dia kala masih kecil dulu” Sebut Muslim Yusuf, salah satu kerabat nek Sare’ah penuh harap.
Lalu bagaimana kisah selanjut, jika akhir Tuhan mempertemukan dua insan yang telah berpisah selama kurun waktu 61 tahun tersebut ? Wallahu a’lam.(habis/Oleh : Piliang/IWO)