Puan Soroti Sindiran ‘Indonesia Gelap’ hingga Bendera One Piece, Pengamat: Pesan untuk Pemerintahan Prabowo

Sebarkan:

Puan Maharani di sidang tahunan bersama MPR-DPR-DPD (Foto: Mol/ dok. YouTube Sekretariat Presiden)

JAKARTA | Direktur Rumah Politik Indonesia, Fernando Emas, menilai pidato Ketua DPR RI Puan Maharani dalam sidang tahunan MPR/DPR sarat makna politik. Ketika Puan menyinggung sindiran publik seperti “Indonesia Gelap”, Negeri Wakanda, hingga simbol Bendera One Piece, menurut Fernando hal itu sebenarnya adalah bentuk harapan agar pemerintahan Presiden Prabowo Subianto mau mendengar suara rakyat.

“Pesan yang dibawa Puan menunjukkan bahwa kritik masyarakat bukan sekadar cemoohan, melainkan ada aspirasi yang ingin dihargai. Ini sekaligus membuktikan PDIP benar-benar berada di luar pemerintahan dan mendorong masyarakat untuk tetap mengontrol jalannya pemerintahan Prabowo,” ujar Fernando, Sabtu (16/8/2025).

Fernando juga menilai bagian pidato Puan yang menyinggung soal “demokrasi jangan jadi buah tangan dan campur tangan” merupakan peringatan penting bagi para elite. Menurutnya, pesan itu bisa saja ditujukan secara halus kepada Presiden ke-7 Joko Widodo yang dianggap terlalu ikut campur dalam kontestasi pemilu lalu.

“Puan mengingatkan agar kekuasaan tidak diperalat hanya demi memenangkan pihak tertentu. Itu peringatan bagi semua, bukan hanya untuk satu orang,” tegas Fernando.

Sebelumnya, dalam pidatonya, Puan Maharani menyebut masyarakat kini lebih banyak menyalurkan kritik melalui bahasa digital yang dekat dengan generasi muda. Mulai dari satir, lelucon politik, sampai penggunaan simbol populer dari anime dan budaya pop.

“Ada yang menulis ‘kabur aja dulu’, ada sindiran ‘Indonesia Gelap’, lelucon ‘Negara Konoha’, hingga simbol baru seperti Bendera One Piece. Semua itu beredar luas di ruang digital,” kata Puan.

Menurutnya, gaya komunikasi ini menjadi bukti bahwa aspirasi rakyat tidak lagi hanya lewat jalur formal, tetapi bisa hadir dalam bentuk sindiran kreatif yang tetap harus dimaknai secara serius oleh para pemegang kekuasaan.

(Hen/Hen).

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini