Dinilai Gagal, Wajar Bila Yayasan Aliksa Diminta Harus Angkat Kaki dari Blok A

Sebarkan:
Penulis Nurdin Wahi 

Keberadaan Yayasan Aliksa asal Bandung Jawa Barat selaku konsultan dan pendamping program CSR (Comunity Social Responbility) PT Medco E&P Malaka di Blok A mendapatkan sorotan tajam dari Forum Aliansi untuk Sosial dan Lingkungan (FASSAL) terkait program organik padi sri yang di tuding gagal.

FASSAL melalui juru bicara Muhammad Irwandi menuding keberadaan Aliksa selaku konsultan dan pendamping program pada program dana CSR Medco dianggap gagal bahkan tak bermanfaat untuk petani dan masyarakat.

Untuk pembiayaan program, jasa  konsultan dan pendamping program beserta biaya operasional menghabiskan biaya milyaran per tahun yang bersumber dana CSR.Namun hampir berakhir kontrak selama 5 tahun sejak tahun 2016, belum menunjukkan out put dan  hasil yang tidak memuaskan.

Lebih miris lagi, program andalan Aliksa berupa produk padi sri organik tidak mendapatkan minat dari petani, hal itu disebabkan hasil produksi lebih baik dari pola pertanian konvensional.

Dana CSR yang seyogianya untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi masyarakat lingkar tambang serta sebagai bentuk kompensasi dan tanggung jawab perusahaan atas dampak aktivitas ekplorasi gas yang di lakukan oleh PT Medco E&P. Malaka.

Namun kenyataan nya, program andalan organik padi sri jauh panggang dari api. akibatnya membuat sejumlah pihak sangat kecewa. Seharusnya sehebat dan kebesaran nama Yayasan Aliksa dapat menunjukkan kerjanya lebih profesional dan inovatif.

Maka sangat wajar  bila FASSAL minta Aliksa untuk angkat kaki dari Blok A,  dan diminta kepada PT Medco dan BPMA untuk mengevaluasi kinerja mereka, bahkan untuk lebih efektif dan efisien serta rasa keadilan untuk prioritaskan lembaga lokal sebagai konsultan dan pendamping program.

Untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan warga lingkar tambang yang merasakan dampak langsung dari aktivitas ekplorasi gas bumi, pengelolaan dan penggunaan dan CSR harus tepat sasaran.

Maka di butuhkan lembaga lokal yang lebih profesional, serius dan paham terhadap kondisi sosial,  budaya dan kearifan lokal masyarakat Aceh.

Sangat penting dalam pengelolaan dan pengunaan dana CSR harus mempunyai prinsip program yang strategis, terintegrasi dan sustainable.

Kesejahteraan masyarakat khusus nya di lingkar tambang bukan hanya menjadi tanggung jawan sosial perusahaan, akan tetapi merupakan tanggung jawab moral, dimana perusahaan harus menjamin keselamatan masyarakat dan keadilan.

Ketidakbecusan Aliksa dalam mendampingi dan mengambangkan program organik padi sri di Blok A, harus menjadi barometer bagi pemangku kepentingan untuk melanjutkan kontrak ke depan. kegagalan Aliksa secara tidak langsung Medco memiliki tanggup secara managerial, sejauh mana evaluasi terhadap realisasi kegiatan yang di lakukan oleh Aliksa. (alman)

Penulis : Nurdin Wahi 
Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Aceh (YLBHA) Aceh Timur dan Warga Lingkar Tambang. 

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini