350 Pendemo Anti Kudeta di Tahan Pihak Militer Myanmar, Keluarga: Kami Belum Tahu Kondisi Mereka..

Sebarkan:

Saat Demonstran Anti-Kudeta di Yangon Dihadang Pihak Milter dan Polisi Myanmar

MYANMAR
| Myanmar tengah dilanda kekacauan politik yang memilukan, di mana jalan-jalan negara itu telah dipenuhi para demonstran anti kudeta selama hampir enam minggu terakhir. Demo yang berlangsung bahkan sering dibarengi aksi kekerasan oleh pihak militer dan kepolisian sehingga membuat banyak korban sipil berjatuhan.

Kekacauan itu terjadi sejak militer Myanmar melakukan kudeta atau merebut kekuasaan dari pemerintah resmi negara tersebut pada 1 Februari 2021.

Dilansir dari media lokal Frontier, Kamis (11/3/2021) dalam seminggu terakhir ini, sekitar 350 pendemo umumnya dari kalangan mahasiswa  ditangkap karena ikut serta dalam aksi anti-kudeta dan dibawa ke Penjara Insein di Yangon.

Hingga saat ini, pihak keluarga para pendemo yang ditahan masih belum tahu alasan penahanan dan seperti apa kondisi mereka di dalam tahanan.

Menurut asosiasi bantuan untuk tahanan politik di Yangon, para pendemo yang ditahan militer dan polisi Myanmar, termasuk di antaranya 1.932 orang yang ditangkap, didakwa, atau dihukum karena kegiatan aksi demonstrasi anti-kudeta di seluruh Myanmar pada Selasa 9 Maret 2021.

“Sudah seminggu sejak putri saya ditangkap dan hingga saat ini saya belum tahu bagaimana kondisinya di dalam tahanan. Bahkan saat saya mengubungi pengacara kami, pengacara itupun tidak tahu apa yang harus dilakukannya,"kata Daw Aye Mya, nama samaran untuk ibu dari salah seorang mahasiswa Universitas Yangon berusia 21 tahun yang termasuk ditahan Milter dan Polisi Myanmar.

Daw Aye Mya mengaku, putrinya termasuk di antara 500 pendemo yang ikut andil dalam aksi demonstrasi 3 Maret yang diselenggarakan oleh Serikat Mahasiswa Universitas Yangon dan Federasi Serikat Mahasiswa Seluruh Burma.

Sementara, seorang mahasiswi dari jurusan matematika di Universitas Yangon yang lolos dari penangkapan saat ikut demo mengisahkan, berawal saat dirinya dan 500-an pendemo lainnya berbaris di sekitar Kotapraja Tarmwe mulai dari sudut jalan Kyar Kwak Thit dan Tha Hti Pahtan pada pukul 10 pagi waktu setempat.

Na'as, 40 menit setelah pawai, para pendemo disambut oleh polisi dan tentara di persimpangan Kyaung Myaung dekat kantor polisi Kotapraja Tarmwe dan menembakkan gas air mata, peluru karet dan peluru tajam. "Sedikitnya lima pendemo terluka karena tertembak peluru karet dan sekitar 350 orang ditangkap,"bebernya.

Kemudian kata mahasiswi ini, tiba tiba polisi dan tentara memblokir jalan di depan mereka dan bergerak dari dua sisi yakni, dari depan dan belakang mereka, kemudian tentara dan polisi menangkapnya bersama para pendemo lainnya saat posisi terkepung.

"Saya salahsatu yang berhasil dipulangkan malam itu. Tapi, semua teman saya ditangkap. Sekarang saya merasa jijik setiap kali saya mengingat polisi dan tentara saat menyuruh saya dan teman teman saya (mahasiswa) berdiri dalam antrean panjang di bawah terik matahari dan menodongkan senjata ke arah kami. Beberapa tentara dan polisi bahkan memukul kami sebelum menangkap kami,”katanya.

Senada, seorang pemimpin serikat mahasiswa yang juga lolos dari penangkapan saat aksi demo itu mengatakan, sekitar 176 mahasiswa dari kelompoknya yang ditangkap.

“Kebanyakan dari mereka berusia antara 18 dan 21 tahun serta satu rekan kami yang ditahan masih berusia di bawah 16 tahun. 40 persen pendemo yang ditahan itu adalah perempuan,” kata pemimpin serikat mahasiswa yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena takut akan dampaknya.

Hingga saat ini, berbagai pihak negara negara Internasional melalui duta besarnya masing masing berupaya untuk menyerukan pembebasan terhadap para pendemo yang ditahan di Yangon, Myanmar.(GNP/Ginda)


Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini