Camat Binjai Timur Melarang Dipublikasi
Malang benar nasib Nuryadi (38) anak dari Jamilah (66) dan ponimen (68) warga Lingkungan IX, Kelurahan Timbang Langkat, Kecamatan Binjai Timur.
Pasalnya, selama 26 tahun diri Nuryadi harus terbaring di atas ubin tidak menggunakan sehelai baju, bahkan dirinya selalu melamun dan memegang kemaluannya meskipun dilihat orang.
Tapi sang ibu hanya bisa menangis dengan keadaannya yang hingga kini tak kunjung sembuh. Apalagi dengan penghasilan suami yang hanya pas-passan saja sebagai pencari barang bekas. Untuk membawa hasil hubungan cintanya ke rumah sakit agar bisa sembu saja diri, Jamilah dan Ponimen tidak sanggup.
Namun yang sangat menyedihkan nasib Nuryadi hingga kini belum juga mendapatkan BPJS. Hal ini terungkap dari Ibunya Jamilah. "Saya tidak pernah mendapatkan BLT dan BPJS," ujarnya, Kamis (29/10/15).
Jamilah mengatakan sampai saat ini penyakit anaknya tidak diketahuinya.
"Cuma kejadiannya dulu di usia 12 tahun anak ku tiba-tiba kaek orang kesurupan dan telanjang-telanjang ku kasi tau dia tak mau. Kubawa keorang tua katanya terkena polong. Ada juga yang bilang katanya untuk tumbal tapi aku enggak tau la apa penyakit anak ku," katanya.
Padahal rumah Nuryadi tidak jauh dari kantor Camat Binjai Timur hanya berjarak berkisar 15 hingga 20 meter.
Tapi inisiatif Camat Binjai Timur, Asrul Effendi Jupri untuk membawa penderita gangguan jiwa kerumah sakit terkesan tidak ada.
Ketika Pj Walikota Binjai, Rialdi Akhir Lubis menyahuti aspirasi public dan berkunjung kepemukiman Jamilah, Camat Asrul Effendi malah menghadang wartawan agar kehidupan Jamilah dan penderita gangguan jiwa tidak dipublikasikan.
"Kalien tidak boleh masuk ya..kalien tidak boleh masuk ya awas kalien masuk ya," ujarnya sembari marah-marah di depan Pj Walikota Binjai.
Ironisnya Camat Binjai Timur terkesan menutup-nutupi warganya yang menderita gangguan jiwa dan hidup dalam kemelaratan. Bahkan dirinya melarang melarang awak media ini mengambil foto Nuryadi.(hendra)
