MEDAN | Sebanyak 36 siswa/i pentolan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 10 Medan yang berprestasi diinformasikan berhak melenggang ke sejumlah perguruan tinggi negeri (PTN).
Hal itu terungkap ketika tim awak media tergabung dalam Wartawan Pendidikan Sumatera Utara (Wardiksu) menyambangi selolah di bilangan Jalan Tilak, Kelurahan Sei Rengas I, Kecamatan Medan Kota, Kota Medan, Jumat (9/5/2025).
Tim disambut ramah Wakil Kepala Sekolah Adi Nasution dan seorang guru matematika, Sianipar. Di salah satu sudut ruangan, para siswa/i tampak serius bermain badminton dan tenis meja.
Hedung sekolah berada di antara pemukiman penduduk tersebut hanya punya sarana dan prasarana olah raga di dalam atau luar ruangan.
Ketika dikonfirmasi terkait prestasi sekolah, Kepala Sekolah Sri Murni yang diwakili Adi Nasution juga merangkap guru olah raga mengatakan, SMAN 10 Medan mencapai jalur prestasi, 36 siswa-siswi diterima di PTN jalur undangan tahun ini.
Ia mencontohkan di bidang olah raga, Theresia April Iyani Sitorus juara lari dan diterima di Universitas Negeri Jakarta, Pendidikan Kepelatihan Olah Raga (PKO). Selain itu, Lailatus Seifa, juara karate/atlet karate Sumut, diterima di PKO Unimed, dan bidang lain Suci Anissa, Ilmu Komputer di Unimed.
"Memang untuk jalur PTN di luar provinsi, tak banyak diterima. Karena, murid-murid SMAN 10 Medan, rata-rata ekonomi menengah ke bawah. Jadi banyak yang tidak mampu ketika diterima di PTN luar provinsi," jelas Adi Nasution yang sudah 16 tahun sebagai guru di sekolah tersebut.
Menurutnya, bidang olah raga tidak boleh vakum, sesuaikan dan berdayakan apa yang ada di sekolah. Sekalipun keterbatasan fasilitas di sekolah, siswa/i juga masih bisa meraih prestasi. Sebab, mereka juga punya club di luar sekolah dan berlatih.
Karenanya, pihak sekolah memberikan dispensasi waktu. Contohnya, kata Adi Nasution, ada siswa latihan di pagi hari, maka dispensasi bagi siswa itu diperbolehkan tiba di sekolah Jam 08.00 WIB.
“Satu kunci keberhasilan di sekolah ini yaitu kedekatan antara guru dan siswa. Kami sangat dekat secara emosional dengan siswa/i, sehingga jika ada siswa yang berulah yang tidak baik, kami dapat segera menanganinya," katanya. Hal ini juga membuat siswa-siswi di sekolah ini tidak pernah terlibat dalam tindakan seperti tawuran.
Sekolah ini juga menunjukkan komitmen untuk memberikan pendidikan berkualitas tinggi bagi siswa dan mencetak generasi muda yang unggul dan siap menghadapi tantangan di masa depan.
Bekerja Belajar
“Mungkin kita kerap mendengar banyak mahasiswa kuliah sambil kerja itu merupakan hal biasa, namun di SMAN 10 ada sejumlah siswa selepas jam sekolah tidak mau menyia-nyiakan waktu terbuang begitu saja, tapi menggunakan waktunya untuk bekerja di luar,” imbuhnya.
Seperti Adib, Ketua Kelas X E5 SMAN 10 Medan, ia menuturkan setelah pulang sekolah, ganti baju lalu makan dan langsung ke tempat kerjaannya di bengkel.
"Uang hasil kerja di bengkel saya tabungi, lalu nanti saya berikan kepada orang tua buat kebutuhan sekolah," jelas Adi dengan nada gembira.
Sementara, Ibnu satu kelas dengan Adib, juga bercerita setelah pulang kerja, ia memiliki kesibukan lain, berupa mengedit video para konten kreator. "Jadi belajar sambil bekerja,"terang Ibnu sembari menjelaskan masih ada teman-teman lain setelah pulang sekolah, mereka bekerja, seperti di ponsel.
Ketika ditanya tentang tawuran, ia dan teman-temannya mengatakan lebih baik waktunya digunakan untuk yang lebih bermanfaat. Kemudian kalau olah raga di sekolah kami ada badminton, tenis meja, takraw dan ekskulnya ada menari, paskib dan lainnya.
Saat ditanya apakah pekerjaan yang dilakukan mereka itu tidak mengganggu waktu belajar, mereka merespon dengan cepat, "Tidak mengganggu."
Guru Matematika, Sianipar, membenarkan bahwa ada sejumlah siswa-siswi yang bekerja setelah pulang sekolah untuk membantu ekonomi keluarga. "Memang ada siswa-siswi kita yang berjualan atau bekerja setelah pulang sekolah karena orang tuanya ekonominya menengah ke bawah," ujarnya. (ROBS)