Kisah Pilu, Jadi TKI di Malaysia, 10 Tahun  Tak Ada Kabar

Sebarkan:


LABUHANBATU |
Raut wajah kesedihan terpancar dari seorang ibu bernama Rubinam saat mengenang anak gadisnya, Nuraidah Tanjung, yang telah 10 tahun merantau ke Malaysia tanpa kabar. Kepergian Nuraidah awalnya demi membantu ekonomi keluarga, setelah sang ibu berstatus janda yang harus membesarkan tujuh anak seorang diri.

Nuraidah Tanjung merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara, saat itu ia berusia 22 tahun ketika berangkat merantau menjadi TKI ke Malaysia pada tahun 2016. Ia dibawa dari Desa Adian Torop, Kecamatan Aek Natas, Kabupaten Labuhanbatu oleh kakak dari ayah kandungnya yang telah almarhum,. Nuraidah dijanjikan akan bekerja sebagai petugas kebersihan (cleaning service) di Malaysia.

Sejak berpisah dengan suaminya sebelas tahun silam, Rubinam berjuang sendiri menghidupi dan menyekolahkan anak-anaknya. Setiap hari ia berjualan sarapan pagi, usaha yang masih ia jalani hingga kini.

Nuraidah diberangkatkan ke Malaysia menggunakan paspor pelancong. Sesampainya di sana, ia diserahkan  kepada agen tenaga kerja bernama Ana dan Butet, yang tinggal di Tanjung Balai. “Agen tersebut saat itu mendapat imbalan dari bos di Malaysia sebesar RM 10.000, yang setara dengan Rp 30 juta rupiah,” ujar Rubinam.

Informasi terakhir mengenai keberadaan Nuraidah diperoleh dari sepupunya, Ilham. Ia menyebut bahwa Nuraidah kini berada di Sungai Buloh, Selangor, Malaysia. Keluarga berharap pemerintah Indonesia dapat membantu memulangkan Nuraidah ke tanah air.

"Saya memohon agar memulangkan anak kandung saya ke tanah air, karena dari awal berangkat sampai saat ini tidak mengetahui kabarnya entah hidup entah mati," harap Rubinam dengan penuh kesedihan. Minggu (25/5/2025)

Keluarga berharap kepada Pemerintah dan KBRI di Malaysia agar dapat membantu mencari keberadaan Nuraidah Tanjung, dan berharap agar memulangkannya kembali ketanah air (Husin)

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini