Museum Situs Kota Cina

Sebarkan:

 

Penulis: Haikal Dwi Nugraha - Taruna SMA Plus Sedayu Nusantara/ Kelas 12 Mia 7.
Adanya Museum Situs Kota Cina berawal dari penelitian arkeologi (eskavasi) yang terjadi di kawasan pesisir Timur Sumatera Utara yang diperkirakan sebagai pusat perdagangan penting pada abad ke-11 hingga ke-14 M.

Situs ini merupakan pelabuhan penting dalam jalur perdagangan maritim yang menghubungkan kawasan Asia Tenggara dengan Tiongkok, India dan Arab.

Arkeolog yang pertama melakukan penelitian di Situs Kota Cina adalah seorang arkeolog Inggris bernama Edmund Edward McKinnon pada tahun 1969-1977. Setelah itu penelitian dilakukan oleh Satyawati Suleiman (1976), Hasan Muarif Ambari (1978-1979), J.N. Miksic (1979), Sonny Wibisono (1981), Pierre Yces Manguins (1989), Balar Medan (2008-2009) dan kemudian kerja sama antara EFEO-Puslitarkenas- Balar Medan (2010-2016).

Museum Situs Kota Cina terletak di Jalan Kota Cina, Kelurahan Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan, Sumatera Utara, Indonesia. Situs ini memberikan informasi mengenai jejak peradaban masa lalu terutama pada masa perdagangan antara penduduk setempat dan pedagang asing dari Tiongkok serta kawasan Asia lainnya.

Museum ini tidak didirikan oleh satu individu tertentu, melainkan didirikan atas inisiatif Pemerintah Kota Medan bekerja sama dengan arkeolog dan akademisi yang terlibat dalam penelitian arkeologi di wilayah Kota Cina. Museum ini dibangun pada tahun 2008, salah satu akademisi pendiri Museum Situs Kota Cina Medan adalah seorang sejarawan bernama Ichwan Azhari seorang dosen jurusan sejarah di Universitas Negri Medan (UNIMED). Lalu, museum tersebut baru di resmikan oleh pemerintah pada tahun 2009

Situs Kota Cina ditemukan pada tahun 1970-an dan sejak saat itu telah menjadi objek penelitian arkeologi penting. Kota Cina dipercaya sebagai pusat perdagangan yang sibuk pada abad ke-11 hingga ke-14. Berbagai artefak seperti tembikar, keramik dari Dinasti Song dan Yuan, serta peralatan sehari-hari di area ini, menunjukkan adanya hubungan perdagangan yang erat anatar Nusantara dan negara-negara asing, termasuk Tiongkok, India, dan Timur Tengah.

Untuk peninggalan yang terdapat di dalam museum ini adalah patung Buddha, patung Hindu (Wisnu), batu yoni (pembuangan air suci), pecah-pecahan keramik, cangkang kura-kura, bahan arca, fragmen tahi besi pada batu, manik-manik, fragmen wadah(mangkuk kecil/cepuk), fragmen tembikar, fragmen keramik dinasti Ming, fragmen mangkok biru-putih dinasti Ming abad 14 M, fragmen keramik Celadon Song, koin China kuno dinasti Yuan, Song, dan Ming, Cotta Cinna (magnet perdagangan dunia), kapak genggam, dan banyak benda yang lainnya.

Museum Situs Kota Cina menyimpan banyak artefak bersejarah yang ditemukan di situs ini, seperti fragmen keramik dari Tiongkok, peralataan perunggu, perhiasan, dan benda-benda kuno lainnya. Koleksi keramik di museum ini sangat berharga karena berasal dari berbagai dinasti Tiongkok, termasuk Dinasti Song, Yuan, dan Ming, yang menunjukkan bukti nyata adanya kontak perdagangan intensif antara Nusantara dan Tiongkok. Selain itu, ada juga beberapa benda logam seperti mata uang kuno dan artefak dari perunggu yang memperkaya wawasan tentang kehidupan ekonomi dan sosial di masa lalu.

Beberapa artefak lain seperti arca Hindu-Buddha juga ditemukan, menunjukkan bahwa pengaruh agama dan budaya dari india juga menyebar di kawasan ini. Penemuan Situs Kota Cina telah memberikan kontribusi besar terhadap pemahaman tentang peradaban kuno di wilayah Sumatera Utara dan peran penting Medan sebagai pusat perdagangan.

Kehadiran berbagai artefak dari budaya yang berbeda menandakan bahwa Kota Cina adalah tempat pertemuan berbagai kebudayaan. Situs ini juga mengindikasi bahwa Sumatera Utara telah terlibat dalam jaringan perdagangan internasional yang kompleks jauh sebelum era kolonial. Penemuan-penemuan tersebut memperlihatkan bahwa masyarakat setempat sudah terlibat dalam interaksi global yang dinamis dan beragam pada masa tersebut.

Pada abad ke-12 (100 tahun yang lalu) lokasi museum ini merupakan batas laut. Kapal yang digunakan orang-orang dulu adalah kapal layar yang memanfaatkan tenaga angin sebagai pendorongnya. Pada abad ke-13 masuknya agama Buddha dari India Selatan dan agama Hindu dari Sri Lanka. Di lansir dari pengurus Museum Situs Kota Cina yang bernama Pak Ade dulunya di sekitar kawasan ini terdapat empat titik penggalian tanah yang di mana ditemukannya candi, dua titik terdapat candi yang masih utuh dan dua titik lagi candi sudah tidak berbentuk.

Museum Situs Kota Cina memiliki peran penting dalam menjaga dan melestarikan warisan sejarah ini. Museum ini tidak hanya menjadi tempat penyimpanan artefak, tetapi juga sebagai pusat edukasi bagi masyarakat dan peneliti yang ingin mempelajari lebih jauh tentang sejarah perdagangan maritim, hubungan internasional, dan interaksi budaya yang terjadi di wilayah Nuantara. Dengan koleksi yang disajikan, museum ini memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk melihat dan merasakan langsung jejak sejarah peradaban yang pernah berkembang di Sumatera Utara.

Museum Situs Kota Cina di Medan merupakan institusi yang sangat penting dalam memahami sejarah panjang perdagangan dan interaksi internasional di wilayah Nusantara. Melalui peninggalan-peninggalan bersejarah yang dipamerkan, museum ini memberikan wawasan mendalam tentang kehidupan masa lampau serta peran penting Medan dalam jaringan perdagangan dunia. 

Upaya pelestarian yang dilakukan oleh museum ini sangat berharga dalam menjaga warisan sejarah bagi generasi mendatang. Museum ini layak mendapat perhatian lebih dari masyarakat dan pemerintah untuk terus dikembangkan sebagai destinasi pendidikan dan wisata sejarah. (rel/REM)

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini