Pemkab Madina Komitmen Atasi Stunting

Sebarkan:

Bupati Madina didampingi Ketua TP-PKK Madina, membuka acara Desiminasi Potensi Integrasi Imut (Ikan, Maggot, Unggas, Tanaman) Sebagai Alternatif Penanggulangan Kerawan Pangan Untuk Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Madina. (Foto: Sahrul) 

MANDAILING NATAL | Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal berkomitmen untuk mencegah serta menurunkan angka kasus gizi buruk atau stunting.

Bentuk komitmen Pemkab Madina tersebut dengan melibatkan 17 OPD secara langsung sebagai upaya menanggulangi stunting di Kabupaten Madina. 

"Ada 17 OPD terlibat dalam hal menurunkan angka stunting. Tentunya, dalam 17 OPD ini kita berikan pos anggaran pelaksanaan program dan kegiatan menanggulangi stunting," kata Bupati Madina HM Jafar Sukhairi Nasution usai membuka acara Desiminasi Integrasi IMUT (Ikan, Manggot, Unggas dan Tanaman) dalam mengatasi masalah kerawanan pangan untuk pencegahan stunting di Aula Kantor Bupati, Desa Parbangunan, Panyabungan, Senin (8/8/2022).

Pemkab Madina juga telah membentuk tim upaya pemulihan lingkungan. Menurut Sukhairi tim tersebut salah satunya bertujuan mengedukasi masyarakat terkait pola hidup sehat.

Selain itu, Sukhairi juga menyebut melibatkan pos anggaran dana desa tahun 2021 sebesar 8 persen untuk penanggulangan stunting. 

"Itu langkah dan upaya pemerintah dalam menanggulangi dan menurunkan angka stunting di Madina. Ada juga program dari TP-PPK yang turun langsung ke kecamatan dan desa-desa," jelasnya. 

Tingginya angka stunting di Madina menurut bupati akibat pola hidup dan kurangnya sarana prasarana seperti MCK. Untuk itu Pemkab Madina kata dia, memfokuskan anggaran ke pembangunan bidang infrasturuktur dan mengatasi persoalan lingkungan. 

"Selain infrastruktur, fokus kita juga mengatasi lingkungan hidup yang mengkhawatirkan, kebersihan lingkungan, aliran sungai dan pembuangan limbah yang tidak teratur. Inilah yang menjadikan Madina di posisi angka stunting yang tinggi," paparnya. 

Foto Bersama. (Foto: Sahrul). 

Berdasarkan data hasil dari SSGBI (Study Status Gizi Balita Indonesia) pada tahun 2019 prevalensi stunting di Sumut menduduki urutan ke-13 dari 34 provinsi yang ada di Indonesia, yaitu 30.11%, lebih tinggi dari cakupan Nasional (27.67%). 

Sukhairi mengatakan stunting tahun 2021 berdasarkan hasil SSGI terjadi penurunan revalensi balita stunting di Sumut yang menduduki urutan ke-17 yaitu 25.8%. 

Akan tetapi masih lebih tinggi dari cakupan Nasional sebesar 24. 4%, Kabupaten Madina adalah daerah yang prevalensi stunting tertinggi sekitar 47.7%.

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang merupakan kondisi yang tak bisa dibiarkan. 

Sukhairi pun menyampaikan apresiasi dan terimakasih kepada Poltekkes Kemenkes Medan, FKM USU, Balitbang Kemenkes RI di Madina serta Organisasi IBI Sumut dan Madina yang bekerja sama melakukan penelitian mengenai 'Desiminasi Potensi Integrasi Imut (Ikan, Maggot, Unggas, Tanaman) Sebagai Alternatif Penanggulangan Kerawan Pangan Untuk Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Madina'.

"Ke depan kita harus bisa menggandeng banyak pihak lagi untuk bekerja sama dan saling bersinergi mangatasi persoalan tersebut," tuturnya. 

Sebelumnya, Bupati Madina didampingi Ketua TP-PKK Ny Eli Mahrani Jafar Sukhairi Nasution, membuka kegiatan Desiminasi Potensi Integrasi Imut (Ikan, Maggot, Unggas, Tanaman) Sebagai Alternatif Penanggulangan Kerawanan Pangan Untuk Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Madina, Kamis (8/8/2022) di Aula Kantor Bupati. 

Kegiatan itu adalah penyampaian hasil penelitian oleh kerjasama Poltekkes Kemenkes Medan, FKM USU, Balitbang Kemenkes RI mengenai indeks kerawanan pangan dan stunting di Kabupaten Madina. 

Turut hadir, dalam kesempatan tersebut Asisten II Pemkab Madina Herman Gaffar, Kadis Keseshatan Madina dr Syarifuddin, Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Unimed, Ketua Satgas Stunting Madina, Ketua PD IBI Sumut dan Ketua PC IBI Madina. (SRH/Sahrul) 

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini