Remaja di Paluta Ini Diduga Ditonton Gurunya saat Dikeroyok Sesama Santri Hingga Babak Belur

Sebarkan:

Kondisi YPH dengan muka lebam dan dibibir ada bekas luka saat tiba dirumah orangtuanya usai melarikan diri dari Pondok Pesantren.
PALUTA| Seorang remaja inisial YPH Lk, 16 thn, warga Kelurahan Pasar Gunungtua, Kecamatan Padangbolak diduga korban pengeroyokan belasan santri hingga babak belur saat masih menjadi santri dan ber asrama di Pondok Pesantren Darussalam Parmerahan, Kecamatan Dolok, Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta).

Berdasarkan keterangan orang tuanya Syahruddin Harahap kepada media ini, Minggu (13/3/2022) mengatakan, kejadian pengeroyokan yang dialami anaknya YPH terjadi pada Rabu (22/12/2021) di lapangan Pondok Pesantren Darussalam Parmerahan sekira pukul 00.30 dini hari (TKP).

Berdasarkan cerita Syahruddin, kejadian berawal saat anaknya dibangunkan salah satu santri untuk mengajaknya berkelahi satu lawan satu di lapangan pondok pesantren.

Namun sesampainya di lapangan, ternyata YPH telah ditunggu belasan santri lainnya. Melihat lawannya tak berimbang, YPHpun saat itu sempat mencoba kabur dari lokasi. 

Namun naas kata Syahruddin, anaknya di cegat dan langsung dipukuli beramai ramai hingga babak belur.

"Yang saya sedihkan, dari kesaksian salah satu kawan anak saya yang juga ber asrama disitu, pada saat kejadian ada salah satu ustadznya (Guru.red) menonton dan seolah membiarkan anak saya di pukuli beramai-ramai oleh para santri itu,"ungkap Syahruddin dengan raut wajah sembab.

Hingga pada akhirnya kata Syahruddin, persitiwa itu diketahui dua orang ustadz lainnya dan langsung melerainya sebari mengatakan, agar persoalan tersebut jangan diperpanjang dan juga jangan sampai diketahui kepala sekolah.

Dengan kondisi babak belur dan menahan rasa sakit hingga menjelang subuh, akhirnya YPH memutuskan kabur dari lingkungan pondok pesantren.

"Dari cerita anak saya, saat dia kabur subuh itu dari pondok pesantren melewati hutan hutan hingga sampai ke jalan lintas yang dilalui kenderaan menuju arah Gunungtua. Sore harilah dia tiba dirumah dengan kondisi wajah babak belur,"kata Syahruddin.

Selanjutnya, keesokan harinya, Syahruddin membawa anaknya YPH berobat ke salah satu praktek dokter umum di Gunungtua.

Setelah seminggu pasca kejadian, Syahruddin menjumpai kepala sekolahnya ke pondok psantren atau tepat pada tanggal 27 Desember 2021 untuk memberitahukan yang dialami anaknya dan meminta surat pindah sekolah anaknya.

"Hingga sebulan lebih saya tunggu, tidak ada respon yang memuaskan atau yang saya anggap serius dari pihak sekolah untuk menyelesaikan persoalan ini, sehingga saya putuskan untuk membuat laporan ke Polres Tapanuli Selatan,"kata Syahruddin sambil menunjukkan tanda bukti laporan polisi STTLP/B/60/II/2022/SPKT/POLRES TAPANULI SELATAN tertanggal 15 Februari 2022.(Gnp/ginda)

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini