Trump Kena Corona, Pasar Saham AS Siap-siap Terguncang

Sebarkan:
Wall Street/Foto: Reuters
JAKARTA | Indeks saham berjangka Amerika Serikat (AS) kembali merosot. Hal itu menyusul kabar bahwa Presiden AS Donald Trump dan istrinya positif virus Corona yang terjadi beberapa minggu sebelum pemilihan.

Mengutip Reuters, Jumat (2/1/2020), indeks saham berjangka untuk S&P 500 EScv1 turun 1,21% pada di pasar Asia, sementara imbal hasil treasury juga turun.

Indeks saham berjangka atau stock index future terdiri dari saham-saham pilihan sebuah indeks yang diperdagangkan di pasar bursa internasional. Indeks ini juga sering menjadi indikator perekonomian sebuah negara.

Indeks saham berjangka Dow Jones Industrial Average juga turun 435 poin. Lalu untuk imbal hasil treasury note 10 year juga turun 0,6627%.

Kabar positifnya Trump terkena COVID-19 disebut-sebut dapat menyebabkan gelombang baru volatilitas pasar. Sebab investor sudah bersiap untuk menghadapi pemilihan presiden AS pada bulan November.

"Ini berpotensi mengurangi kemampuan kampanye Trump," kata Sean Callow, ahli strategi mata uang di Westpac di Sydney.

Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,27%. Indeks S & P / ASX 200 Australia AXJO turun 0,98% karena penurunan harga minyak dan tembaga membebani sektor sumber daya negara.

Indeks Nikkei 225 Jepang (N225) berbalik arah menjadi turun 0,69% karena Bursa Efek Tokyo melanjutkan perdagangan normal setelah pemadaman terburuk yang pernah membuat pasar ekuitas terbesar ketiga di dunia itu terhenti.

Para analis memprediksi pasar saham AS akan tertekan pada pembukaan nanti malam. Ekonom Senior Sumitomo Mitsui Naoya Oshikubi menilai positifnya Trump membuat pandangan pelaku pasar berubah.

"Saya menduga pasar akan condong ke pandangan bahwa Biden kemungkinan besar akan memenangkan pemilihan," ucapnya.

Selain itu dikhawatirkan Trump justru akan lebih agresif menghadapi China setelah dia tertular virus dari negara itu. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson yang pernah positif COVID-19 juga menjadi lebih anti-China.

"Untuk saat ini akan sulit bagi pasar keuangan untuk berada dalam suasana hati yang berisiko," tuturnya. (Dc)
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini