Infeksi COVID-19 Bisa Terlihat dari Kelopak Mata, Bagaimana Tandanya?

Sebarkan:
Foto ilustrasi: thinkstock
JAKARTA | Banyaknya gejala yang disebut sebagai tanda COVID-19, membuat para peneliti mempelajari tentang cara virus Corona merusak tubuh. Berdasarkan laporan kasus yang diterbitkan dalam Annals of Internal Medicine menjelaskan kondisi yang dialami tiga pasien COVID-19 di Italia.

Para pasien tersebut mengalami gangguan gejala terkait dengan kelainan autoimun, yang disebut myasthenia gravis. Tim dari Rumah Sakit Garibaldi, di Catania, Italia, mengatakan tiga pasien ini menjadi menjadi yang pertama kalinya dilaporkan.

Myasthenia gravis adalah kondisi jangka panjang yang langka dan menyebabkan kelemahan otot. Kondisi ini paling sering menyerang otot mata dan kelopak mata, ekspresi wajah, mengunyah, menelan, dan berbicara.

"Pada myasthenia gravis, sistem kekebalan merusak sistem komunikasi antara saraf dan otot, sehingga membuat otot lemah dan mudah lelah," jelas NHS, dikutip dari Express, Senin (7/9/2020).

Berdasarkan laporan kasus yang ada, pasien yang didiagnosis tertular virus Corona mengalami myasthenia gravis. Para pasien mulai menunjukkan gejala seperti kelopak mata turun dan kesulitan menelan, seminggu setelah mengalami demam karena COVID-19.

Pasien pertama yang mengalami gejala ini adalah pria berusia 64 tahun dan mengalami demam 39 derajat Celcius, selama empat hari. Lima hari setelah mulai demam, penglihatannya mulai berbayang dan mengalami kelelahan otot, hingga akhirnya positif COVID-19.

Pasien kedua adalah pria berusia 68 tahun yang mengalami demam hingga 38,8 derajat Celcius, selama tujuh hari. Di hari ke tujuh, ia mulai mengalami gejala lain seperti sulit menelan yang mengarah ke diagnosis autoimun.

Pasien ketiga yaitu wanita berusia 71 tahun yang mengalami batuk dan demam hingga 38,6 derajat Celcius selama enam hari. Setelah gejala itu berlangsung, kelopak matanya mulai menurun, penglihatannya kabur, sampai sulit menelan. Hingga akhirnya ia dinyatakan positif COVID-19 dan juga didiagnosis mengalami myasthenia gravis.

"Waktu dan gejala gangguan neurologis lain yang dipicu infeksi ini terjadi secara konsisten. Ini menambah bukti bahwa dari gangguan neurologis lain dengan mekanisme autoimun yang diduga terjadi setelah terinfeksi virus Corona," kata para peneliti. (Dc)
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini