ACEH - Menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tahun 2022 Kabupaten Aceh Timur, berbagai elemen masyarakat sudah mulai membicarakan siapa sosok yang tepat dan layak memimpin Aceh Timur kedepan.
Dinamika ini terus bermunculan seiring krisis kepercayaan, kekecewaan dan krisis kader figur yang bisa diandalkan sesuai harapan masyarakat yang di era millenial.
Akibat sikap apatis dan kekecewaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah yang tidak memuaskan akan berdampak negatif terhadap terhadap calon yang akan maju pilkada ke depannya.
Membangun kepercayaan (trust building) bukan hal yang mudah dan cepat, karena masyarakat sudah trauma, tidak mudah lagi percaya apalagi memberikan dukungan terhadap seorang calon.
Untuk sekarang ini, ada beberapa tokoh figur yang dimunculkan oleh satu dua orang simpatisannya dan juga setting buzzer yang sengaja menyodorkan (promosi) tuan mereka untuk menguji dan melihat sejauh mana tingkat respon publik lewat sosmed.
Bahkan, ada beberapa figur yang bermunculan dengan wajah baru. Padahal mereka adalah pemain lama, sehingga publik sudah dapat menilai dan mengetahui tingkat bibit dan bobot mereka, selama mereka berada dalam sistem tidak mampu memberikan gagasan yang brilian serta program pro rakyat.
Sehingga tokoh-tokoh ini dinilai hanya kreatif dalam membangun counter opinian (pecitraan) dengan mengandalkan kegiatan bagi-bagi sembako dan kain sarung seolah-olah sangat peduli sosial, padahal belum tentu lagi melakukan hal yang sama disaat sudah menjadi pemimpin.
Semenjak dua bulan terakhir sebagian masyarakat di Aceh Timur sudah membicarakan siapa Calon Bupati Aceh Timur kedepannya yang layak dan benar-benar mampu mewujudkan Aceh Timur yang lebih maju, sejahtera dan bermartabat.
Bukan hanya sekedar jargon "bereh" atau "Jelas" tapi benar-benar mampu menciptakan program-program konkret, mampu menjawab semua persoalan di Aceh Timur, baik dalam hal pemerataan pembangunan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi masyarakat, kesenjangan sosial, mampu meningkatkan indeks pendidikan dan mampu menciptakan lapangan kerja seluas-luas nya.
Tokoh Muda Aceh Aidul Azhar kepada sejumlah wartawan, Rabu (17/6/2020) mengakui, saat ini Kabupaten Aceh Timur telah mengalami krisis kader kepemimpinan.
"Masyarakat sulit menemukan sosok yang diinginkan rakyat, sosok pemimpin yang benar-benar memiliki karakter leadership yang kuat dan merakyat," ujar Aidul.
Kondisi ini tentu akan membuat masyarakat semakin selektif dalam mencari sosok figur baru yang berkarakter, bersih dan punya gagasan yang besar yang mampu memimpin 400 ribu masyarakat Aceh Timur tanpa mengedepankan kepentingan kelompok, tanpa pandang bulu, diskriminasi dan status sosial masyarakat.
"Keinginan perubahan ini tentu menjadi dasar wacana masyarakat wilayah barat, ingin memunculkan sosok baru berasal dari beberapa kecamatan di wilayah barat Aceh Timur mulai dari Kecamatan Nurussalam, Julok, sampai ke kecamatan Madat," imbuhnya.
Kasyarakat wilayah barat Aceh Timur punya harapan kuat untuk mencalonkan sosok dari wilayahnya. Hal tentu sangat logis dan realistis sebagai dorongan dan spirit optimisme terwujudnya perubahan yang signifikan dan berkeadilan yang selama ini belum dirasakan oleh masyarakat.
"Bahkan masyarakat wilayah barat ini merasa termarginalkan sejauh ini," tutup Aidul. (Alman)
Dinamika ini terus bermunculan seiring krisis kepercayaan, kekecewaan dan krisis kader figur yang bisa diandalkan sesuai harapan masyarakat yang di era millenial.
Akibat sikap apatis dan kekecewaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah yang tidak memuaskan akan berdampak negatif terhadap terhadap calon yang akan maju pilkada ke depannya.
Membangun kepercayaan (trust building) bukan hal yang mudah dan cepat, karena masyarakat sudah trauma, tidak mudah lagi percaya apalagi memberikan dukungan terhadap seorang calon.
Untuk sekarang ini, ada beberapa tokoh figur yang dimunculkan oleh satu dua orang simpatisannya dan juga setting buzzer yang sengaja menyodorkan (promosi) tuan mereka untuk menguji dan melihat sejauh mana tingkat respon publik lewat sosmed.
Bahkan, ada beberapa figur yang bermunculan dengan wajah baru. Padahal mereka adalah pemain lama, sehingga publik sudah dapat menilai dan mengetahui tingkat bibit dan bobot mereka, selama mereka berada dalam sistem tidak mampu memberikan gagasan yang brilian serta program pro rakyat.
Sehingga tokoh-tokoh ini dinilai hanya kreatif dalam membangun counter opinian (pecitraan) dengan mengandalkan kegiatan bagi-bagi sembako dan kain sarung seolah-olah sangat peduli sosial, padahal belum tentu lagi melakukan hal yang sama disaat sudah menjadi pemimpin.
Semenjak dua bulan terakhir sebagian masyarakat di Aceh Timur sudah membicarakan siapa Calon Bupati Aceh Timur kedepannya yang layak dan benar-benar mampu mewujudkan Aceh Timur yang lebih maju, sejahtera dan bermartabat.
Bukan hanya sekedar jargon "bereh" atau "Jelas" tapi benar-benar mampu menciptakan program-program konkret, mampu menjawab semua persoalan di Aceh Timur, baik dalam hal pemerataan pembangunan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi masyarakat, kesenjangan sosial, mampu meningkatkan indeks pendidikan dan mampu menciptakan lapangan kerja seluas-luas nya.
Tokoh Muda Aceh Aidul Azhar kepada sejumlah wartawan, Rabu (17/6/2020) mengakui, saat ini Kabupaten Aceh Timur telah mengalami krisis kader kepemimpinan.
"Masyarakat sulit menemukan sosok yang diinginkan rakyat, sosok pemimpin yang benar-benar memiliki karakter leadership yang kuat dan merakyat," ujar Aidul.
Kondisi ini tentu akan membuat masyarakat semakin selektif dalam mencari sosok figur baru yang berkarakter, bersih dan punya gagasan yang besar yang mampu memimpin 400 ribu masyarakat Aceh Timur tanpa mengedepankan kepentingan kelompok, tanpa pandang bulu, diskriminasi dan status sosial masyarakat.
"Keinginan perubahan ini tentu menjadi dasar wacana masyarakat wilayah barat, ingin memunculkan sosok baru berasal dari beberapa kecamatan di wilayah barat Aceh Timur mulai dari Kecamatan Nurussalam, Julok, sampai ke kecamatan Madat," imbuhnya.
Kasyarakat wilayah barat Aceh Timur punya harapan kuat untuk mencalonkan sosok dari wilayahnya. Hal tentu sangat logis dan realistis sebagai dorongan dan spirit optimisme terwujudnya perubahan yang signifikan dan berkeadilan yang selama ini belum dirasakan oleh masyarakat.
"Bahkan masyarakat wilayah barat ini merasa termarginalkan sejauh ini," tutup Aidul. (Alman)

