Uji rapid test bukan merupakan penentu keputusan tindakan positif atau tindakan terhadap Covid-19.
Reaktif yang ada di uji rapid test itu adalah menandakan suatu perjalanan dari proses infeksi yang ada di tubuh seseorang. Yang dinilai dari uji rapid test adalah uji untuk penentu IgG dan IgM terhadap anti Gen yang ada didalam tubuh manusia.
Uji rapid test bisa menimbulkan reaktif apabila seseorang itu menderita infeksi yang diakibatkan oleh virus. Tidak hanya virus Covid-19, tetapi virus lain juga dapat menimbulkan reaktif bagi orang yang melakukan uji rapid test.
Hal itu diungkapkan Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Tebingtinggi dr Nanang Fitra Aulia menanggapi hebohnya berita terkait 44 orang pegawai RSUD Kumpulan Pane yang mendapat hasil reaktif positif setelah dilakukan rapid test.
Pada kesempatan ini, Nanang menjelaskan kepada warga Kota Tebingtinggi untuk tidak menyampaikan hal-hal yang tidak benar, tetapi tanyakan kepada yang berkompeten agar tidak menimbulkan keresahan bahwa uji rapid test bukan penentu untuk Covid-19.
"Uji rapid test ini adalah uji untuk mengkrucutkan klaster yang ada pada kita semuanya. Jadi sepenuhnya bahwasanya dalam penetapan uji rapid test adalah untuk menentukan infeksi atau tidak. Dan bukan hanya karena infeksi Covid-19 saja," ujar dr Nanang, Kamis (28/5/2020).
Menurutnya, hasil reaktif pada uji rapid test bukan memastikan untuk positif Covid-19 dan Non reaktif pada uji rapid test juga tidak bisa dinyatakan bebas dari Covid-19.
"Jadi reaktif atau non reaktif akan dilanjutkan ke pemeriksaan swab atau PCR. Hasil swab atau PCR itulah yang memastikan seseorang terjangkit Covid-19 atau tidak," ungkap Nanang sembari berpesan agar warga Tebingtinggi tetap berfikir positif. (Sdy)
