Warga Korban Penggusuran dari Lahan PT KAI: Kami Kehilangan Mata Pencaharian‎

Sebarkan:



BELAWAN - ‎Pasca digusur digusur Persereon Terbatas Kereta Api Indonesia (PT KAI), ratusan pedagang yang berdiri di lahan pinggiran rel di Jalan Stasiun, Kecamatan Medan Belawan, terancam kehilangan mata pencaharian.

 Salah satu warga, Irfan mengaku sangat kecewa dengan tindakan yang dilakukan PT KAI telah memaksa mereka untuk mengosongkan lahan tersebut. Pasalnya, lahan yang mereka diamin telah berdisi bangunan kios selamat belasan tahun telah menutup mata pencaharian mereka.

 "Kami tidak bisa lagi jualan penggusuran semana - mena ini membuat kami kehilangan mata pencaharian," keluh Irfan, Kamis (4/1).

 Dengan penggusuran yang mereka alami, kata pria berusia 44 tahun ini, mereka tidak lagi berjualan untuk menafkahi keluarga, seluruh barang dagangannya terpaksa di simpan di rumah.

 "Semua sepatu yang saya jual terpaksa disimpan di rumah, kalau mau sewa tempat pasti perlu waktu dan dana besar, selain itu belum tentu tempat yang kita sewa itu bisa laku. Kami benar - benar kecewa dengan sikap PT KAI," ungkap pria yang menetap di Pajak Baru, Kecamatan Medan Belawan ini.

 Dikatakan Irfan, biaya konpensasi yang ‎mereka terima sebesar Rp 1,5 juta tidak sesuai dengan nilai bangunan yang telah mereka dirikan, bahkan dana konpensasi itu tidak cukup untuk biaya pemindahan barang.

 "Yang jelas, uang yang kami terima tak ada artinya, kami benar - benar dirugikan dengan sikap PT KAI yang telah menyengsarakan masyarakat di Belawan," ketus Irfan.

 Berbeda dengan Khalid, pria berusia 63 tahun ini tetap mempertahankan bangunan usaha mie goreng dagangan adik kandungnya, karena dasar penggusuran yang dilakukan PT KAI tidak mempunyai kekuatan surat yang sah.

 "‎Tanah ini dulu sudah kita beli dengan pejabat PT KAI lama, ada perjanjian sewa menyewa dengan biaya Rp 1,6 juta per tahun. Tapi, kenapa sekarang kami digusur, kalau memang lahan ini mau dibangun oleh pengembang, kenapa tidak masyarakat yang yang telah menetap di lahan itu untuk menyewanya, kalau memang biaya sewa kurang pasati dipenuhi untuk penambahan biaya sewa," ungkap Khalid.

 Pihaknya, kata Khalid telah mendengar akan dilakukan bongkar paksa untuk bangunan yang masih bertahan sekitar 10 kios, tapi mereka tetap bertahan untuk tidak digusur.

 "Kita siap melawan, kalau memang PT KAI tak ada manusiawi membongkar paksa, kita siap untuk tetap tidak akan mengosongkan lahan itu, lahan itu tempat mencari nafkah, jangan biarkan kami sengsara," tegas Khalid.

 Seharusnya, pihak PT KAI mengajak masyarakat untuk mufakat dan membahas lahan itu agar tidak merugikan masyarakat, jangan pihak PT KAI mengambil keuntungan dengan mendatangkan pengembang untuk mendirikan bangunan sebanyak 300 kios.

 "Kita sudah dengar ada pengembang yang untuk memanfaatkan lahan itu, makanya kami tidak terima dan tetap bertahan. Kami masyarakat pun bisa membangun sendiri dan menyesuaikan biaya sewa untuk dibayar ke PT KAI, bukan malah menggusur secara tidak manusiawi," oceh Khalid.

 Terpisah, Kepala Humas Divre I PT KAI Sumut, Sapto Hartoyo yang dikonfirmasi soal peruntuhan lahan PT KAI yang ada di Belawan dirinya belum bisa menjawab.

 "Saya belum tahu lahan yang sudah dikosongkan itu mau diprogramkan untuk apa, jadi saya belum bisa jawab, tapi saya akan coba konfirmasi dengan pihak manajemen, karena pengosongan lahan itu terjadi sebelum saya tugas di Medan," kata Sapto. (mu-1)
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini