Terkait Perusakan Bangunan Aula Hatongga, Kades Dinilai Diskriminatif

Sebarkan:
Bangunan aula yang dirusak




Terkait kasus perusakan material pada pengerjaan bangunan aula yang bersumber dari dana desa tahun 2017 di Desa Hatongga Kecamatan Batang Lubu Sutam (Batam), Kabupaten Padang Lawas (Palas) yang terjadi sepekan lalu. Masyarakat desa setempat menuding kades mereka diskriminatif.

Kepada wartawan, satu warga Desa Hatongga yang tidak ingin disebutkan namanya, via komunikasi seluler, Sabtu (12/8/2017) menilai, pemerintahan Desa Hatongga yang dipimpin Abdul Gani Lubis dinilai diskriminatif dan tidak ingin memajukan kemampuan warga desanya.

"Kami menilai, Kepala Desa Abdul Gani Lubis bersikap diskriminatif dalam pengelolaan dana desa tahun 2017 ini. Masak, untuk membuat bangunan gedung aula dan gedung PAUD, harus mendatangkan kepala tukang dari luar desa. Padahal di desa kami banyak sekali tukang," ungkapnya.

"Dari sebanyak 28 desa di Kecamatan Batam, semua kepala tukangnya dari desa masing-masing. Kenapa di Desa Hatongga harus mendatangkan kepala tukang dari luar. Di Desa Hatongga yang memiliki kemampuan menjadi kepala tukang bangunan banyak. Orang tinggal membaca gambar saja, karena gambar bangunan, kan sudah dibuat di RAB," ujarnya.

"Yang iya nya, pengelolaan dana desa di Desa Hatongga ini, tanpa melalui mekanisme rapat dengan masyarakat di desa, dan pengelolaan keuanganya juga tidak transparan. Soalnya, saya tidak pernah diundang rapat musyawarah desa membahas soal pengerjaan dana desa ini," tukas sumber.

Disebutkan sumber, memang pernah digelar sekali waktu rapat perencanaan dana desa tahun 2017, tapi hanya dihadiri 11 orang dari sebanyak 90 kepala keluarga yang berdomisili di Desa Hatongga. "Iya, cuma rapat yang sekali itu, yang ku tahu. Selain itu, tidak pernah ada rapat lagi soal dana desa," tegasnya.

Sedangkan Kepala Desa Hatongga, Abdul Gani Lubis, saat dihubungi wartawan, Sabtu (12/8/2017) menegaskan, pihaknya sudah melalui mekanisme musyawarah di desa sebelum pengerjaan dana desa dimulai.

"Kita sudah buat rapat bersama-sama masyarakat di desa sebelum dana desa dikerjakan. Rapatnya juga dihadiri dari pihak kecamatan dan dari pihak pendamping desa," ucap Gani.

Diakuinya, memang pengerjaan bangunan gedung aula dan gedung PAUD, pihaknya menggunakan jasa kepala tukang dari luar desa. "Memang, kepala tukangnya kami datangkan dari Sibuhuan. Karena masyarakat di Desa tidak ada yang bisa membuat gambar," akunya.

"Tapi, untuk pekerjanya, kami tetap melibatkan Warga masyarakat Desa Hatongga. Ada sebanyak 5 sampai 10 orang warga desa yang kita libatkan sebagai pekerja. Tergantung kebutuhan pekerjaannya juga," jelasnya.(pls-1)



Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini