Usai Bunuh Istri, Wakiran Juga Nyaris Habisi Putrinya

Sebarkan:
Rumah korban



Usai Wakiran (64) warga Gang Rotan, Desa Bangun Sari Baru, Kecamatan Tanjung Morawa membunuh mantan isterinya Sumirah (47) di rumah korban di Gang Keluarga, Dusun II, Desa Telaga Sari, Kecamatan Tanjung Morawa pada Senin (17/7) lalu, ternyata tersangka juga nyaris menghabisi nyawa Sri (27) anak kandungnya.


Tapi upaya Wakiran untuk menghabisi sulung dari tiga bersaudara itu dapat dicegah Bambang Saputra (27) suami Sri sekaligus menantu korban dan pelaku. Itu terungkap saat wartawan  menyambangi kediaman korban pada Selasa (18/7).

Menurut Tumiati (53) kakak kandung korban, malam itu korban tidur bersama dirinya dikamar. Tiba-tiba Tumiati terbangun mendengar jeritan korban dan seketika Tumiati menarik korban. "Pisau yang dipegang pelaku juga sudah didepan wajah ku. Tapi teriakan korban membangunkan seisi rumah,” kata Tumiati.

Usai menikam korban, pelaku keluar dari kamar dan berdiri didepan lemari televisi. Saat itu Sri, wanita beranak satu berdiri diruang tengah yang hanya berjarak sekira semeter dari pelaku berdiri. Melihat anak kandungnya itu, pelaku mengarahkan pisau kearah Sri. Tapi niat Wakiran membunuh putri kandungnya itu digagalkan Bambang Saputra dengan menangkis pisau yang dipegang Wakiran. Sri memang selamat dari hujaman pisau Wakiran tapi jari telunjuk dan tangan Bambang Saputra luka karena menangkis pisau Wakiran yang ingin membunuh Sri.

 Aksi sadis Wakiran ini pun diyakini anak, menantu dan kakak iparnya sudah direncanakan oleh Wakiran.Sebab, Wakiran bukan sekali saja mendatangi kediaman korban tapi sudah berulang kali. Terakhir dua hari sebelum kejadian yang merenggut nyawa korban itu, Wakiran mendatangi kediaman korban dengan mengintip dari belakang rumah korban. Tapi saat itu korban terbangun dan meminta kepada Sri agar ditemani ke toilet untuk buang air. Mendengar ada suara korban maka Wakiran pun langsung kabur dari sekitar rumah korban

 Masih menurut cerita Sri, Bambang Saputra dan Tumiati, pada malam kejadian itu selain membawa pisau, Wakiran juga membawa air raksa dalam botol bekas. Memang rencana Wakiran pada malam sudah bulat menghabisi nyawa korban. "Botol berisi air raksa kami temukan dibelakang rumah,” ujar Bambang Saputra dan diamini oleh Sri dan Tumiati.

Perbuatan Wakiran yang sadis itupun membuat ketiga anak kandung, menantu maupun keluarga korban meminta aparat penegak hukum untuk menghukum Wakiran dengan hukuman seberat-beratnya. Permintaan itu didasari karena keluarga korban khawatir jika Wakiran berkeliaran maka akan menghabisi keluarga lainnya.

“Wakiran itu pendendam. Kami khawatir jika Wakiran berniat mau membunuh anaknya juga seperti malam kejadian tragis itu,” sebut Bambang Saputra.

Adanya informasi jika keluarga tidak keberatan atas kematian korban pun langsung disangkal oleh Sri, Bambang Saputra, Tumiati maupun keluarga korban lainnya. Keluarga keberatan jika korban diotopsi karena ketiadaan biaya otopsi. Tapi kalau proses hukum terhadap Wakiran agar tetap dilanjutkan hingga ke tingkat pengadilan.

"Ada yang bilang jika biaya otopsi itu mahal sampai Rp 15 juta. Darimana uang kami? Sedangkan korban saja pun menyewa rumah yang sangat sederhana. Korban saja pun semasa hidupnya hanya bekerja pembantu dan mocok-mocok,” ujar keluarga korban. (walsa)


Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini