[caption id="attachment_78482" align="aligncenter" width="1040"]
Cegah Perpecahan di Kota Medan, Kapolrestabes: Jangan Terpengaruh Isu Sosmed [/caption]
Kapolrestabes Medan Kombes Pol Sandi Nugroho mendatangi Warkop Jurnalis di Jalan KH Agus Salim, Medan, pada Sabtu (13/5/2017) kemarin.
Dengan mengenakan seragam lengkap dan menaiki Kijang Innova hitam, dia turun dan langsung menghampiri beberapa wartawan yang biasa nongkrong di warkop tersebut.
Kemudian, Sandi memesan minuman teh jahe dan mengajak para wartawan berbincang santai. Dalam perbincangan, dia menyampaikan beberapa isu hangat saat ini di Indonesia, yang juga bisa terjadi di Kota Medan.
Perwira berpangkat melati tiga dipundaknya ini mengatakan, dari beberapa isu hangat tersebut, dia lebih memfokuskan perhatian pada hal yang bisa membuat perpecahan di masyarakat Kota Medan.
"Kota Medan adalah barometer. Biasanya kasus-kasus begini (berpotensi memecah masyarakat), kalau belum terjadi di Kota Medan, kasusnya tidak besar. Makanya kami dari Polrestabes Medan bekerja sangat ekstra dan sangat hati-hati supaya tidak sempat terjadi permasalahan begini," ujarnya.
Maka, Sandi meminta masyarakat Kota Medan yang sangat majemuk, agar jangan mudah terprovokasi dalam hal-hal yang berpotensi membuat perpecahan.
"Permasalahan yang membuat perpecahan saat ini banyak dimanfaatkan orang. Semacam penistaan-penistaan itu. Sebelah kiri ada provokatornya, sebelah kanan juga ada provokatornya," jelasnya.
Sandi mengambil contoh kasus di Ambon baru-baru ini. Padahal, katanya, Ambon tidak semajemuk di Kota Medan, tapi peristiwa Ambon itu sangat luar biasa.
"Nah, bagaimana kalau itu terjadi di Kota Medan, jangan sampailah. Harus hati-hati sekarang, tujuh tahun lalu, demonstrasi hanya untuk mencari panggung, kalau sekarang sudah bermotif merusak," katanya.
Sandi menjelaskan, pada era merebaknya sosial media ini, masyarakat mudah terprovokasi hingga menyerempet ke permasalahan suku, ras, agama dan antargolongan (SARA) seperti yang terjadi di Tanjungbalai beberapa bulan lalu.
"Belajarlah kita dari yang terjadi di Tanjungbalai, kemarin. Kerusuhan itu terjadi kan setelah ada yang menyebarkan isu SARA di media sosial. Maka, bergejolak semua di sana, hingga terjadilah pembakaran kelenteng itu. Padahal saat kami periksa, orang yang ikut membakar malah tidak tahu permasalahan. Mereka berada di lokasi karena ikut-ikutan," ungkapnya.
Menurut Sandi, peristiwa yang terjadi di Tanjungbalai itu, gara-gara hal biasa, namun karena ada provokasi di media sosial makanya bergejolak.
"Ada orang menegur arah pelantam suara, yang mungkin terbelok karena angin, namun dipelintir di media sosial dan disebarkan di daerah yang menganggap hal tersebut tidak biasa. Makanya rusuh. Tapi, tahu gak yang menyebarkan itu hingga viral? Itu dari daerah Padang sana," imbuhnya.
Lebih lanjut, Sandi mengatakan, hal serupa hampir terjadi di daerah Brayan, Kota Medan. Saat ada orang yang menanyakan hal yang sensitif di masjid, terdengar keluar, dan ada yang tersinggung dengan pertanyaan tersebut mendatangi masjid dan meminta supaya tidak membahas yang membuat warga lain tersinggung.
"Tapi kabar yang beredar di media malah berbeda, ditulis acara di masjid dibubarkan. Padahal tidak begitu. Lagi-lagi yang menyebarkan pelintiran itu bukan dari sini. Tapi, dari daerah Padang sana juga," ujar lulusan Akpol 1995 ini.
Selain majemuknya warga di Kota Medan, lanjut Sandi, peredaran senjata api juga berpotensi membuat maraknya perpecahan.
"Kalau ditambahi bumbu maraknya senjata api di Kota Medan ini, ya luar biasalah nanti masalahnya. Makanya sekarang saya perketat razia senjata api," kata perwira yang juga pernah menjabat Kasat Reskrim Poltabes Medan ini.
Kemudian, Sandi mengajak supaya masyarakat jangan mudah terpancing atas hal-hal yang berbau provokasi, dan segera melapor ke polisi, jika ada orang yang sengaja mempelintir hal yang bisa memecah belah.
"Silahkan laporkan ke kami, kalau ada yang mau gosok-gosok begitu ya," harapnya.
Terakhir, Sandi menyampaikan, untuk meredam permasalahan seperti ini sangat dibutuhkan peran media massa. Karena dengan adanya media massa, bisa diberi pemahaman mana yang informasinya dipelintir dan mana yang fakta.
"Kawan-kawan di sini juga, ayo kita sama-sama menjaga," pungkasnya.(sandy)
Kapolrestabes Medan Kombes Pol Sandi Nugroho mendatangi Warkop Jurnalis di Jalan KH Agus Salim, Medan, pada Sabtu (13/5/2017) kemarin.
Dengan mengenakan seragam lengkap dan menaiki Kijang Innova hitam, dia turun dan langsung menghampiri beberapa wartawan yang biasa nongkrong di warkop tersebut.
Kemudian, Sandi memesan minuman teh jahe dan mengajak para wartawan berbincang santai. Dalam perbincangan, dia menyampaikan beberapa isu hangat saat ini di Indonesia, yang juga bisa terjadi di Kota Medan.
Perwira berpangkat melati tiga dipundaknya ini mengatakan, dari beberapa isu hangat tersebut, dia lebih memfokuskan perhatian pada hal yang bisa membuat perpecahan di masyarakat Kota Medan.
"Kota Medan adalah barometer. Biasanya kasus-kasus begini (berpotensi memecah masyarakat), kalau belum terjadi di Kota Medan, kasusnya tidak besar. Makanya kami dari Polrestabes Medan bekerja sangat ekstra dan sangat hati-hati supaya tidak sempat terjadi permasalahan begini," ujarnya.
Maka, Sandi meminta masyarakat Kota Medan yang sangat majemuk, agar jangan mudah terprovokasi dalam hal-hal yang berpotensi membuat perpecahan.
"Permasalahan yang membuat perpecahan saat ini banyak dimanfaatkan orang. Semacam penistaan-penistaan itu. Sebelah kiri ada provokatornya, sebelah kanan juga ada provokatornya," jelasnya.
Sandi mengambil contoh kasus di Ambon baru-baru ini. Padahal, katanya, Ambon tidak semajemuk di Kota Medan, tapi peristiwa Ambon itu sangat luar biasa.
"Nah, bagaimana kalau itu terjadi di Kota Medan, jangan sampailah. Harus hati-hati sekarang, tujuh tahun lalu, demonstrasi hanya untuk mencari panggung, kalau sekarang sudah bermotif merusak," katanya.
Sandi menjelaskan, pada era merebaknya sosial media ini, masyarakat mudah terprovokasi hingga menyerempet ke permasalahan suku, ras, agama dan antargolongan (SARA) seperti yang terjadi di Tanjungbalai beberapa bulan lalu.
"Belajarlah kita dari yang terjadi di Tanjungbalai, kemarin. Kerusuhan itu terjadi kan setelah ada yang menyebarkan isu SARA di media sosial. Maka, bergejolak semua di sana, hingga terjadilah pembakaran kelenteng itu. Padahal saat kami periksa, orang yang ikut membakar malah tidak tahu permasalahan. Mereka berada di lokasi karena ikut-ikutan," ungkapnya.
Menurut Sandi, peristiwa yang terjadi di Tanjungbalai itu, gara-gara hal biasa, namun karena ada provokasi di media sosial makanya bergejolak.
"Ada orang menegur arah pelantam suara, yang mungkin terbelok karena angin, namun dipelintir di media sosial dan disebarkan di daerah yang menganggap hal tersebut tidak biasa. Makanya rusuh. Tapi, tahu gak yang menyebarkan itu hingga viral? Itu dari daerah Padang sana," imbuhnya.
Lebih lanjut, Sandi mengatakan, hal serupa hampir terjadi di daerah Brayan, Kota Medan. Saat ada orang yang menanyakan hal yang sensitif di masjid, terdengar keluar, dan ada yang tersinggung dengan pertanyaan tersebut mendatangi masjid dan meminta supaya tidak membahas yang membuat warga lain tersinggung.
"Tapi kabar yang beredar di media malah berbeda, ditulis acara di masjid dibubarkan. Padahal tidak begitu. Lagi-lagi yang menyebarkan pelintiran itu bukan dari sini. Tapi, dari daerah Padang sana juga," ujar lulusan Akpol 1995 ini.
Selain majemuknya warga di Kota Medan, lanjut Sandi, peredaran senjata api juga berpotensi membuat maraknya perpecahan.
"Kalau ditambahi bumbu maraknya senjata api di Kota Medan ini, ya luar biasalah nanti masalahnya. Makanya sekarang saya perketat razia senjata api," kata perwira yang juga pernah menjabat Kasat Reskrim Poltabes Medan ini.
Kemudian, Sandi mengajak supaya masyarakat jangan mudah terpancing atas hal-hal yang berbau provokasi, dan segera melapor ke polisi, jika ada orang yang sengaja mempelintir hal yang bisa memecah belah.
"Silahkan laporkan ke kami, kalau ada yang mau gosok-gosok begitu ya," harapnya.
Terakhir, Sandi menyampaikan, untuk meredam permasalahan seperti ini sangat dibutuhkan peran media massa. Karena dengan adanya media massa, bisa diberi pemahaman mana yang informasinya dipelintir dan mana yang fakta.
"Kawan-kawan di sini juga, ayo kita sama-sama menjaga," pungkasnya.(sandy)
