[caption id="attachment_53310" align="aligncenter" width="480"]
Erupsi sinabung[/caption]
Setelah menjalani perawatan intensif medis selama beberapa hari, Cahaya beru Tarigan (55), korban erupsi Gunung Sinabung akhirnya meninggal dunia Senin (30/6/2016) sore. Almarhumah merupakan korban tewas ke sembilan dalam tragedi ini.
Hal itu seperti disebutkan Kabid Darurat BPBD Karo, Nata Nael, pada Metro Online, Senin malam. "Kembali berduka ..ibu Cahaya Br Tarigan meninggal dunia saat perawatan di Rs Adam Malik. Korban ke Sembilan awan Panas Gunung Sinabung beberapa waktu lalu. Saat ini masih disemayamkan di RSUP Adam Malik menunggu rembuk keluarga besar beliau. Semoga diterima di sisiNya dan semoga ini yang terakhir..amin yha rabbal alamin," ujar Nata Nael via seluler.
Keterangan dihimpun, sebelumnya kesehatan Cahaya sempat mengalami penurunan di RSUP H Adam Malik, hingga akhirnya meninggal pada Senin (30/05/2016) sekitar pukul 18.05 WIB.
Kasubag Humas RSUP H Adam Malik Sairi M Saragih membenarkan peristiwa itu. Cahaya beru Tarigan jelasnya meninggal dunia setelah dirawat selama 9 hari usai kejadian yang menerpanya berlangsung.
"Penyebab meninggalnya pasien, dikarenakan gagal nafas dan sepsis (infeksi) akibat luka bakar di tubuhnya," katanya kepada wartawan.

Sairi menerangkan, kondisi kesehatan Cahaya beru Tarigan memang sudah semakin menurun. Penurunan itu dimulai sejak Jumat (27/05/2016) lalu hingga Senin (30/05/2016) siang. Padahal lanjut dia, pada hari Rabu (25/05/2016) kemarin, kondisi pasien dalam keadaan relatif stabil.
"Perkembangan kesehatan Cahaya beru Tarigan terus dipantau oleh tim medis RSUP H Adam Malik. Selain itu pemasangan ventilator juga sudah dilakukan, tapi Tuhan berkata lain," ujarnya seraya mengatakan jika biaya perawatan korban, tidak ada dikutip rumah sakit.
Sebelumnya, pada Minggu (29/05/2016) pukul 04.50 WIB, salah satu korban lainnya, yakni Cahaya Sembiring Meliala (75) terlebih dahulu meninggal dunia, di ruang Intensif Care Unit (ICU) RSUP H Adam Malik. Penyebab meninggalnya pasien, kata, Sairi juga dikarenakan gagal nafas dan sepsis (infeksi) akibat luka bakar di tubuhnya.
"Kondisi Cahaya Meliala mulai menurun di hari Kamis (26/05/2016) dan meninggal hari Minggunya. Penyebabnya menurut dokter yang menanganinya karena gagal nafas dan sepsis," terangnya.
Seperti diketahui, Cahaya Meliala Sembiring dirujuk dari RS Efarina, Kabupaten Tanah Karo ke RSUP H Adam Malik pada tanggal 22 Mei pukul 00.13 WIB dengan kondisi luka bakar 50%. Sedangkan Cahaya beru Tarigan juga dirujuk dari RS yang sama dirujuk pada tanggal 21 Mei pukul 23.22 WIB dengan kondisi luka bakar 60%.
Seperti diketahui, aktifitas Gunung Sinabung masih tinggi. Pada Sabtu (21/05/2016) lalu, sekira pukul 16.48 WIB, Gunung Sinabung erupsi disertai luncuran awan panas dan dalam peristiwa itu 9 orang menjadi korban karena terkena guguran awan panas.
Saat kejadian, semua korban dan beberapa warga lainnya tengah mengelola ladang mereka di Desa Gamber Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Desa itu sendiri oleh pemerintah dinyatakan sebagai daerah berbahaya atau zona merah. (Bbs/jhon)
Setelah menjalani perawatan intensif medis selama beberapa hari, Cahaya beru Tarigan (55), korban erupsi Gunung Sinabung akhirnya meninggal dunia Senin (30/6/2016) sore. Almarhumah merupakan korban tewas ke sembilan dalam tragedi ini.
Hal itu seperti disebutkan Kabid Darurat BPBD Karo, Nata Nael, pada Metro Online, Senin malam. "Kembali berduka ..ibu Cahaya Br Tarigan meninggal dunia saat perawatan di Rs Adam Malik. Korban ke Sembilan awan Panas Gunung Sinabung beberapa waktu lalu. Saat ini masih disemayamkan di RSUP Adam Malik menunggu rembuk keluarga besar beliau. Semoga diterima di sisiNya dan semoga ini yang terakhir..amin yha rabbal alamin," ujar Nata Nael via seluler.
Keterangan dihimpun, sebelumnya kesehatan Cahaya sempat mengalami penurunan di RSUP H Adam Malik, hingga akhirnya meninggal pada Senin (30/05/2016) sekitar pukul 18.05 WIB.
Kasubag Humas RSUP H Adam Malik Sairi M Saragih membenarkan peristiwa itu. Cahaya beru Tarigan jelasnya meninggal dunia setelah dirawat selama 9 hari usai kejadian yang menerpanya berlangsung.
"Penyebab meninggalnya pasien, dikarenakan gagal nafas dan sepsis (infeksi) akibat luka bakar di tubuhnya," katanya kepada wartawan.
Sairi menerangkan, kondisi kesehatan Cahaya beru Tarigan memang sudah semakin menurun. Penurunan itu dimulai sejak Jumat (27/05/2016) lalu hingga Senin (30/05/2016) siang. Padahal lanjut dia, pada hari Rabu (25/05/2016) kemarin, kondisi pasien dalam keadaan relatif stabil.
"Perkembangan kesehatan Cahaya beru Tarigan terus dipantau oleh tim medis RSUP H Adam Malik. Selain itu pemasangan ventilator juga sudah dilakukan, tapi Tuhan berkata lain," ujarnya seraya mengatakan jika biaya perawatan korban, tidak ada dikutip rumah sakit.
Sebelumnya, pada Minggu (29/05/2016) pukul 04.50 WIB, salah satu korban lainnya, yakni Cahaya Sembiring Meliala (75) terlebih dahulu meninggal dunia, di ruang Intensif Care Unit (ICU) RSUP H Adam Malik. Penyebab meninggalnya pasien, kata, Sairi juga dikarenakan gagal nafas dan sepsis (infeksi) akibat luka bakar di tubuhnya.
"Kondisi Cahaya Meliala mulai menurun di hari Kamis (26/05/2016) dan meninggal hari Minggunya. Penyebabnya menurut dokter yang menanganinya karena gagal nafas dan sepsis," terangnya.
Seperti diketahui, Cahaya Meliala Sembiring dirujuk dari RS Efarina, Kabupaten Tanah Karo ke RSUP H Adam Malik pada tanggal 22 Mei pukul 00.13 WIB dengan kondisi luka bakar 50%. Sedangkan Cahaya beru Tarigan juga dirujuk dari RS yang sama dirujuk pada tanggal 21 Mei pukul 23.22 WIB dengan kondisi luka bakar 60%.
Seperti diketahui, aktifitas Gunung Sinabung masih tinggi. Pada Sabtu (21/05/2016) lalu, sekira pukul 16.48 WIB, Gunung Sinabung erupsi disertai luncuran awan panas dan dalam peristiwa itu 9 orang menjadi korban karena terkena guguran awan panas.
Saat kejadian, semua korban dan beberapa warga lainnya tengah mengelola ladang mereka di Desa Gamber Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Desa itu sendiri oleh pemerintah dinyatakan sebagai daerah berbahaya atau zona merah. (Bbs/jhon)
