[caption id="attachment_44205" align="alignleft" width="333"]
Salah seorang wartawan yang menjadi korban penembakan[/caption]
Tiga orang wartawan yang bertugas di Kota Medan, Sumatera Utara, ditembak oleh orang tak dikenal di Jalan Zainul Aripin, atau yang biasa dikenal dengan sebutan Kampung Kubur. Peristiwa kontan menggegerkan lingkungan para jurnalis, kepolisian dan warga sekitar pada Minggu (29/11/2015)
Kasus penembakan tersebut, dibenarkan oleh Kabid Humas Poldasu, Kombes Pol Helfi Assegaf pada wartawan. "Telah terjadi kasus penganiayaan menggunakan air soft gun," katanya.
Disebutkan Kombes Pol Helfi Assegaf via pesan media sosial, ketiga wartawan itu terkena air shoft gun ketika mengadakan peliputan begal curanmor di Jalan Zainul Arifin, tepatnya di Kampung Kubur Medan sekitar jam 5.30 pagi tadi.
Ketiganya masing-masing,Nicolas Saragih (24) warga Jalan Kuali, Ayahanda Medan yang bekerja sebagai wartawan Media Online di liputanmedan.com. Nicolas mengalami luka pada batang hidung.
Selanjutnya, Arif Tanjung (34) warga jalan Kiwi, Mandala Medan, yang bekerja sebagai wartawan di Opini media.com dan mengalami luka di dagu. Serta, Fahrijal Ardilla (25) warga jalan Tani Asli dusun II Kec Sunggal, wartawan Medanberita.co yang luka pada leher bagian kiri.
Ketiga korban saat ini sedang menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Bhayangkara, Samping Markas Brimobdasu, Jalan KH Wahid Hasyim, Kota Medan. Polisi telah menyita satu barang bukti berupa satu butir mimis peluru warna kuning.
Informasi dihimpun, Nicolas saat itu sedang duduk di depan Polsek Medan Baru, tiba-tiba seorang laki-laki yang mengaku sebagai korban begal melapor ke polisi.
Nico sebagai wartawan pun mengikuti korban dan polisi ke tempat kejadian perkara di Kampung Kubur yang terkenal sebagai surganya judi dan narkoba Kota Medan.
Saat Nico masuk, masyarakat berteriak, "Maling-maling." Saat itulah muncul seorang warga yang memakai baju putih mengeluarkan air soft gun dan melakukan penembakan terhadap Nico dan rekannya.
Ternyata setelah dicek, laporan begal tersebut palsu. "Yang mengaku korban begal ternyata motornya digelapkan oleh kawannya, sehingga waktu cek di TKP saling berselisih, sehingga dibawa ke Polsek untuk di-clear-kan," kata Kombes Helfi.
"Saat itulah ketiga wartawan tadi menuju Kampung Kubur. Karena warga masih ramai di sana dan curiga ada orang tidak dikenal dan ada yang mengeluarkan air soft gun, ada juga yang meneriaki maling, maling, menembak ketiga wartawan tersebut," tambahnya.
>>> Bukan yang pertama tertembak air soft gun
Nico bukan wartawan pertama yang tertembak air soft gun. Pada pertengahan tahun 2014, seorang wartawan di Medan bernama Roy Simorangkir menjadi korban penembakan dan perampokan di Jalan Gaperta Ujung, Helvetia Medan.
Usai pulang bertugas, korban dirampok yang diduga dilakukan oleh geng motor. "Dia dirampok dan ditembak saat hendak pulang ke rumahnya, informasinya sepeda motor dia juga dicuri,"ujar rekan kerja yang enggan disebutkan namanya.
Dia juga mengatakan, pada kejadian itu, perampok menembak Roy dengan senjata soft gun. Akibatnya, Roy mengalami dua luka tembak di kepala, tangan, dan badan. Ia kemudian dirawat intensif di Rumah Sakit Pirngadi Medan.
Aliansi Jurnalis Indonesia minta Diusut Tuntas
Ketua Aliansi Jurnalis Independen Indonesia Surwarjono mengatakan pihaknya mengutuk keras insiden tertembaknya tiga wartawan tersebut.
"Penembakan terhadap tiga jurnalis di Medan apapun alasannya tidak bisa dibenarkan. AJI mengutuk keras penembakan yang dilakukan anggota masyarakat terhadap jurnalis yang tengah melakukan liputan," katanya pada wartawan seperti dilansir dari salah satu situs berita.
AJI Indonesia selanjutnya mendesak Kepolisian untuk mengusut tuntas pelaku dan meminta bkasus tersebut dituntaskan di pengadilan. "Pelaku harus ditangkap, diusut tuntas dan pelaku diadili," katanya.
"Harus ada efek jera terhadap para pelaku agar tidak main hakim sendiri," katanya lagi.
Kasus ini, lanjut Suwarjono, menambah daftar panjang kekerasan terhadap wartawan sepanjang tahun ini dengan pelaku terbanyak dari masyarakat.(red/bbs)
Tiga orang wartawan yang bertugas di Kota Medan, Sumatera Utara, ditembak oleh orang tak dikenal di Jalan Zainul Aripin, atau yang biasa dikenal dengan sebutan Kampung Kubur. Peristiwa kontan menggegerkan lingkungan para jurnalis, kepolisian dan warga sekitar pada Minggu (29/11/2015)
Kasus penembakan tersebut, dibenarkan oleh Kabid Humas Poldasu, Kombes Pol Helfi Assegaf pada wartawan. "Telah terjadi kasus penganiayaan menggunakan air soft gun," katanya.
Disebutkan Kombes Pol Helfi Assegaf via pesan media sosial, ketiga wartawan itu terkena air shoft gun ketika mengadakan peliputan begal curanmor di Jalan Zainul Arifin, tepatnya di Kampung Kubur Medan sekitar jam 5.30 pagi tadi.
Ketiganya masing-masing,Nicolas Saragih (24) warga Jalan Kuali, Ayahanda Medan yang bekerja sebagai wartawan Media Online di liputanmedan.com. Nicolas mengalami luka pada batang hidung.
Selanjutnya, Arif Tanjung (34) warga jalan Kiwi, Mandala Medan, yang bekerja sebagai wartawan di Opini media.com dan mengalami luka di dagu. Serta, Fahrijal Ardilla (25) warga jalan Tani Asli dusun II Kec Sunggal, wartawan Medanberita.co yang luka pada leher bagian kiri.
Ketiga korban saat ini sedang menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Bhayangkara, Samping Markas Brimobdasu, Jalan KH Wahid Hasyim, Kota Medan. Polisi telah menyita satu barang bukti berupa satu butir mimis peluru warna kuning.
Informasi dihimpun, Nicolas saat itu sedang duduk di depan Polsek Medan Baru, tiba-tiba seorang laki-laki yang mengaku sebagai korban begal melapor ke polisi.
Nico sebagai wartawan pun mengikuti korban dan polisi ke tempat kejadian perkara di Kampung Kubur yang terkenal sebagai surganya judi dan narkoba Kota Medan.
Saat Nico masuk, masyarakat berteriak, "Maling-maling." Saat itulah muncul seorang warga yang memakai baju putih mengeluarkan air soft gun dan melakukan penembakan terhadap Nico dan rekannya.
Ternyata setelah dicek, laporan begal tersebut palsu. "Yang mengaku korban begal ternyata motornya digelapkan oleh kawannya, sehingga waktu cek di TKP saling berselisih, sehingga dibawa ke Polsek untuk di-clear-kan," kata Kombes Helfi.
"Saat itulah ketiga wartawan tadi menuju Kampung Kubur. Karena warga masih ramai di sana dan curiga ada orang tidak dikenal dan ada yang mengeluarkan air soft gun, ada juga yang meneriaki maling, maling, menembak ketiga wartawan tersebut," tambahnya.
>>> Bukan yang pertama tertembak air soft gun
Nico bukan wartawan pertama yang tertembak air soft gun. Pada pertengahan tahun 2014, seorang wartawan di Medan bernama Roy Simorangkir menjadi korban penembakan dan perampokan di Jalan Gaperta Ujung, Helvetia Medan.
Usai pulang bertugas, korban dirampok yang diduga dilakukan oleh geng motor. "Dia dirampok dan ditembak saat hendak pulang ke rumahnya, informasinya sepeda motor dia juga dicuri,"ujar rekan kerja yang enggan disebutkan namanya.
Dia juga mengatakan, pada kejadian itu, perampok menembak Roy dengan senjata soft gun. Akibatnya, Roy mengalami dua luka tembak di kepala, tangan, dan badan. Ia kemudian dirawat intensif di Rumah Sakit Pirngadi Medan.
Aliansi Jurnalis Indonesia minta Diusut Tuntas
Ketua Aliansi Jurnalis Independen Indonesia Surwarjono mengatakan pihaknya mengutuk keras insiden tertembaknya tiga wartawan tersebut.
"Penembakan terhadap tiga jurnalis di Medan apapun alasannya tidak bisa dibenarkan. AJI mengutuk keras penembakan yang dilakukan anggota masyarakat terhadap jurnalis yang tengah melakukan liputan," katanya pada wartawan seperti dilansir dari salah satu situs berita.
AJI Indonesia selanjutnya mendesak Kepolisian untuk mengusut tuntas pelaku dan meminta bkasus tersebut dituntaskan di pengadilan. "Pelaku harus ditangkap, diusut tuntas dan pelaku diadili," katanya.
"Harus ada efek jera terhadap para pelaku agar tidak main hakim sendiri," katanya lagi.
Kasus ini, lanjut Suwarjono, menambah daftar panjang kekerasan terhadap wartawan sepanjang tahun ini dengan pelaku terbanyak dari masyarakat.(red/bbs)
