![]() |
Anggota DPRD Kota Medan dari Fraksi PAN asal Dapil 2, HT Bahrumsyah, SH. (Dok/Metro-online). |
MEDAN | Aksi tawuran antar warga yang kerap terjadi di Kecamatan Madan Belawan, Kota Medan, Sumatera Utara, harus dihentikan agar masa depan anak usia 10 sampai 17 tahun yang menjadi pelaku dan korban tawuran bisa terselamatkan.
“Saya prihatin dengan kondisi anak Belawan saat ini. Seharusnya, mereka belajar di tempat yang benar yakni sekolah tapi sekarang mereka belajar di tempat yang salah,” tegas Anggota DPRD Kota Medan H.T. Bahrumsyah, SH, Jumat, 9 Mei 2025.
Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini berpendapat, kurangnya perhatian dan kasih sayang di rumah salah satu penyebab anak mencari rumah kedua. Tanpa mereka sadari kalau rumah kedua itu banyak menyajikan hal yang salah serta pola hidup bergaul bebas dan keras bersama narkoba.
“Lingkungan rumah kedua anak inilah yang salah karena menjadikan anak terlibat tawuran dan hampir dapat dipastikan, 10 hingga 20 tahun ke depan kita kehilangan satu generasi emas karena anak yang ikut tawuran, rata- rata tidak bisa jadi pemimpin kalau ini tidak segera dituntaskan,” katanya.
Jadi, masih menurut Bahrum, persoalan tawuran ini bukan hanya masalah penindakan hukum semata tapi harus ada upaya pembinaan yang nyata dilakukan secara bersama oleh semua pihak. Bahkan, Pemerintah Kota (Pemko) Medan wajib ikut mengintervensi hal ini.
“Itu sebabnya, saya pernah menyarakan agar Belawan ini dijadikan daerah khusus kota yang memberikan perhatian lebih khusus untuk menyelamatkan anak- anak. Jadi bukan sekedar pembangunan fisik saja,” ujarnya.
Dari hasil penelusuran Bahrum, saat ini kondisi anak peserta didik di Belawan khusunya pada sekolah swasta, banyak yang putus sekolah, tidak ikut ujian dan tidak ambil ijazah setelah tamat lantaran orang tuanya tak mampu membayar uang sekolah.
Sedangkan, jumlah SMP dan SMA Negeri di Belawan masing- masing satu, padahal di kecamatan lain berlebih. Sehingga, anak tamatan SD dan SMP banyak yang putus sekolah karena harus melanjutkan pendidikan ke sekolah yang tempat jauh atau sekolah swasta berbiaya mahal.
Akibatnya, jumlah anak Belawan putus sekolah dan berpendidikan redah tiap tahun bertambah yang menjadi potensi meningkatnya pengangguran serta pemicu persoalan sosial. Bahkan tidak sedikit pula anak putus sekolah yang terjerat jaringan narkoba serta jadi bagian dari kelompok tawuran.
Atas dasar daerah khususnya, Pemko Medan bisa membuat program pembinaan terhadap anak dan mengumpulkan data akurat tentang berapa jumlah anak putus sekolah di Belawan agar program bisa terlaksana dengan tepat.
“Untuk itu, kepala lingkungan selaku perpanjang tanganan pemerintah tingkat terendah harus punya data tetang jumlah anak putus SD, SMP dan SMA. Demikian juga terhadap yang anak telah tamat namun belum bekerja, terhadap mereka biasa dibuat pelatihan-pelatihan,” usul mantan Ketua HNSI Kota Medan, itu.
Masih dalam rangka pembinaan anak usia sekolah, Pemko Medan diminta segera membangun sekolah kejar paket B dan C serta Balai Latihan Kerja (BLK) di Belawan, berbiaya murah.
Bersamaan dengan itu, jumlah anggaran untuk beasiswa anak SD, SMP dan SMA di Belawan juga harus diperbanyak. Pembangunan sarana olah raga juga dibuat agar menjadi rumah kedua anak terutama bagi yang putus sekolah.
Kepada Pelindo, Bahrum juga berharap untuk menata kembali daerah Hak Pengelolaan Lahan (HPL) miliknya. Terkhusus untuk kawasan yang telah di tempati masyarakat dan tidak mungkin lagi digunakan, sebaiknya dilepas ke pemerintah agar rumah warga yang tidak layak huni bisa dibantu melalui program rehab rumah.
“Kondisi rumah yang tidak layak, banyak di Belawan dan salah satu penyebab anak tidak betah di rumah. Tapi tidak bisa direhap pemerintah akibat tanahnya tidak memiliki legalitas yang sah,” ungkap DPRD asal Dapil 2, itu.
“Terakhir saya mengugah hati orang tua yang melahirkan anak. Jangan bosan untuk berusahalah membuat anak nyaman di rumah dan jangan karena sibuk dengan urusan diri, lupa dan tidak mau tahu anak pergi kemana,” tutupnya.
Terkini, Kapolsek Belawan AKP Ponijo jadi koban dan mengalami luka pada bagian wajah akibat terkena lemparan batu saat berusaha mengamankan aksi tawuran antar warga di Kalurahan Belawan Dua, Kecamatan Medan Belawan, Selasa, 6 Mei 2025.
Sebelumnya, AKBP Oloan Siahaan juga menjadi korban dan jabatannya sabagai Kapolres Pelabuhan Belawan yang baru satu setengah bulan diemban, dinonaktifkan setelah bertindak tegas saat berusaha menghalau aksi tawuran di Jalan Tol Belmera, Kelurahan Martubung, Kecamatan Medan Labuhan, Sabtu, 3 Mei 2025.
Tidak hanya dua perwira Polri itu atau beberapa bulan sebelumnya, seorang personil Polsek Medan Labuhan, Aipda Abdul Rahman telah terlebih dahulu jadi korban.
Prajurit Tri Brata itu harus kehilangan penglihatan alias buta pada bola mata sebelah kiri setelah terkena lemparan batu dari pelaku tawuran yang terjadi di Kelurahan Pekan Labuhan, Kecamatan Medan Labuhan, Kamis, 13 Februari 2025, malam sekitar pukul 22.30 WIB. (RE Maha/REM)