MANDAILING NATAL | Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) turut memberikan tanggapan terkait polemik tali ular yang bikin heboh masyarakat Kabupaten Mandailing Natal (Madina).
Ketua PB HMI Imam Rinaldi Nasution, yang juga putra daerah Kabupaten Madina mengatakan, ada kelompok-kelompok tertentu yang ingin memanfaatkan situasi pada persolaan tersebut.
Namun, Imam tak menyebut kelompok mana yang ia maksudkan memanfaatkan situasi. Ia hanya meminta masyarakat mewanti-wanti apabila ada gerakan yang mengiring ke arah yang tidak baik.
"Saya baca perkembangan ada indikasinya gerakan memakzulkan Ketua DPRD, kita harus awasi, jangan sampai masyarakat ikut terbawa ke arus politisasi," ujar Imam.
Menurutnya, kendati pertunjukan itu ada yang menyalahi norma-norma adat dan agama di mata masyarakat Mandailing Natal, tapi jangan sampai digiring ke arah perpecahan.
"Masyarakat jangan menjadi korban, jangan mudah terpecah belah. Sekarang bukan momen pilkada, cukuplah kita terpecah belah di sana," tambahnya.
Adanya kelompok tertentu yang ingin memanfaatkan situasi itu menurut Imam, tak terlepas karena kehadiran Ketua DPRD Erwin Efendi Lubis di pesta tersebut.
"Penyelenggara sudah minta maaf, ketua DPRD juga sudah memberikan klarifikasi atas kehadirannya di pesta itu, lalu mengapa masih ada gerakan yang ingin memakzulkan ketua DPRD," katanya.
Ketua PB HMI Bidang Kesra ini menerangkan kriminalisasi politik dan pembunuhan karakter adalah hal yang sangat jahat dan itu tidak sesuai dengan Local Wisdom (kearifan lokal) Masyarakat Mandailing.
"Kriminalisasi politik dan pembunuhan karakter bukan karakter kita, Local Wisdom kita adalah harus saling tolong menolong dan gotong royong. Untuk itu kita berharap masyarakat Mandailing Natal cukup pahamlah melihat situasi ini yang saya asumsikan sebagai upaya untuk membuat perpecahan di masyarakat," terangnya.
"Kalaupun ketua DPRD hadir disana, lebih baik bertabayyun duluah dengan beliau. Jadi saya berharap masyarakat kita jangan tergiring ke arah yang tidak baik," pungkasnya. (SRL/Madina)
