DELISERDANG | Masyarakat menyoroti dugaan penyalahgunaan BBM jenis Solar Subsidi untuk para Nelayan di Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deliserdang. Warga berharap ada tindakan pengusutan dari pihak terkait agar tindakan ilegal ini ditindak. Warga berharap rekomendasi yang dijadikan syarat untuk mendapat jatah pembelian solar di SPBN Pantai Labu diperiksa kembali. Ratusan Jerigen Melangsir BBM Solar dari Salah Satu SPBN di Pantai Labu
Informasi didapat dari sejumlah nelayan dan tokoh masyarakat di Desa Pantai Labu Pekan, Desa Paluh Sibaji, Desa Rugemuk, Desa Rantau Panjang dan Desa Bagan Kuala mengejutkan.
Bahwa praktek dugaan monopoli penjualan BBM Solar dilakukan oknum penyalur bekerjasama dengan agen pengepul. Hingga sejumlah nelayan terkadang terpaksa membeli pada agen dengan harga di kisaran 8000 an perliter. Sedangkan harga solar standar nya dari SPBN dikisaran Rp 6900 perliter. Ribuan liter BBM Solar subsidi diduga dijual ke pengepul di Belawan.
Nelayan di Kecamatan Pantai Labu ada yang mengeluhkan proses mendapatkan Bahan Bakar Minyak Solar untuk melaut. Pasalnya oknum SPBN diduga menyalahgunakan distribusi BBM bagi nelayan itu yang kemungkinan sengaja dibuat.
" Banyak Nelayan yang mengeluhkan terkait rekom untuk mendapatkan jatah BBM subsidi. Yang bukan nelayan pun ada punya rekom sampai beli satu Ton Solar itu penjual perlengkapan nelayan. dia stoknya untuk dijual pada nelayan dengan harga perliter lebih mahal. Memang ada keringanan, Nelayan bisa hutang dulu, pulang melaut bayar kalau dapat ikan, kalau tidak terutang lagi," ucap Atok warga Desa Pantai Labu Pekan.
Kalau di Pantai Labu ada empat SPBN, satu di Desa Bagan Serdang untuk mencukupi kebutuhan nelayan Desa Rantau Panjang dan Desa Bagan Serdang dengan kuota seminggu tiga kali, sekali masuk 16 ton satu mobil Tanki besar. Ada yang satu bulan dapat 240ton solar subsidi. padahal kalau dilihat kebutuhan nelayan itu hanya sekitar 16 ton sebulan.
Sedangkan untuk di Desa Pantai Labu Pekan, satu SPBN dengan kuota tiga kali masuk seminggu dan sekali masuk juga 16 ton satu tangki besar. Untuk dua SPBN lainnya di Dusun IV Desa Paluh Sibaji itu juga tiga kali masuk dalam seminggu.
" Kalau tak percaya di cek saja pasmasuk. Begitu masuk minyak udah becak membawa jerigen berjejer yang mengambil. Bukan nelayan semua banyak agen pakai rekom memang tapi coba dicek alamatnya. Kami minta pihak terkait dicek lagi rekom rekom itu. Dah bukan rahasia umum disini permainan itu. Tapi pihak berwajib juga diam ya kita masyarakat bisa apa," ungkap Atok.
Nelayan Pantai Labu |
" Saya juga salah satu orang yang ikut andil dulu merintis pertama diusulkan ke Pertamina agar di Pantai Labu ini dibuat SPBN, dan dua ribu rekom Nelayan kita kumpulkan untuk pengajuan Solar Subsidi Nelayan perdana. Tapi sekarang tumbuh menjadi empat SPBN di Pantai Labu dan malah kita mau beli satu jerigen saja sampai ribut karena tak ada rekom. . Kami Nelayan ini juga maunya jangan di kambing hitamkan untuk kepentingan bisnis oknum yang memanfaatkan. Tak usah kita sebut siapa pemainnya dah bukan rahasia umum sama masyarakat sini," sebut Atok yang juga salah satu tokoh masyarakat di Desa Paluh Sibaji.
Sementara itu, Amal salah satu Nelayan warga Paluh Sibaji mengatakan untuk memenuhi kebutuhan BBM Solar untuk melaut dengan sampannya, ia harus punya stok 200 liter solar. Dan ia membeli solar pakai rekom dengan jatah 70 liter dari satu SPBN.
" Jatahnya untuk satu rekom itu maximal 70 liter, jadi saya harus beli di tiga SPBN yang ada disini dengan harga standard Rp 6900 perliter, tapi kalau tidak ada uang saya beli dari agen dengan harga Rp 8000 perliter kita bisa utang dulu nanti setelah tiga atau empat hari melaut, pulang baru bayar. Karena dilaut ini kan rezeki harimau tidak bisa kita prediksi dapat atau tidak ikan," ujar Amal
Amal mengakui kalau pemakaian nelayan itu tidaklah rutin membeli solar karena kalau melaut itu bisa tiga empat hari. Jadi kalau kuota Solar di Pantai Labu ini ada saja bahkan banyak tapi lebih banyak dijual kemana sepertinya dari pada dibeli nelayan.
" Ya kita tidak setiap hari beli, karena melaut itukan tiga empat hari. Sedangkan kuota minyak yang masuk SPBN itu bisa tiga kali seminggu. Tentu ada yang borong. Udah taunya bapak itu, kalau banyak minyak yang dijual kemana mana selain ke nelayan. Kebutuhan solar disini taklah sampai segitu banyak,"ungkap Amal.
Amal menambahkan, untuk menjaga ketersediaan BBM Solar yang dibutuhkannya kalau selama melaut ia akan menyuruh orang membeli solar bila masuk SPBN karena selama di laut stok BBM mereka di darat ada.
" Kalau rekom yang ngasi dari dinas perikanan dan harus ada persyaratan yang harus di penuhi yaitu nelayan. Kalau rekom kita dipakai orang bisa, tapi jatah kita hari itu habis tak bisa dua kali ambil dihari yang sama. Dulu waktu belum ada rekom sulit dapat beli langsung ke SPBN. Tapi kita tak menampik ada yang menyalahgunakan BBM Solar Subsidi nelayan ini," pungkasnya.( Wan)