Proyek Penghijauan Hutan Ateng Berdana Puluhan Miliar Tak Transparan

Sebarkan:


KUTACANE |
Surat teguran dari Direktur Pengelolaan Konservasi diduga telah diabaikan ACTA/NPMA Consulting GFA. Padahal sebelumnya, Direktur Pengelolaan Kawasan Konservasi (PKK) telah menyurati pihak manajemen dengan surat bernomor S 117/PKK/KKBDPBCA/KSA.1/6/2022 tanggal 13 Juni 2022.

Surat tersebut tentang akselerasi pelaksanaan kegiatan Biodeversiti Consevation and Climet Protection in Gunung Leuser Protection (BCCPGLE) tahun 2022 terkait pelaksanaan proyek yang ada di Kabupaten Gayo Lues dan Aceh Tenggara.

Informasi dihimpun media ini, pengelolaan proyek penghijauan hutan yang didanai Bank Pembangunan Jerman Kreditanstalt Fur Weideraufbau (KFW) di Aceh Tenggara dituding tertutup, menyusul tak transparannya pihak pengelola kegiatan.

Seperti diberitakan beberapa media, Bank Pembangunan Jerman 2022 ada menggelontorkan dana untuk proyek penghijauan hutan di Aceh Tenggara. Di antaranya, pembuatan rumah bibit, pembibitan tanaman penghijauan yang dipusatkan di Desa Tanjung Leuser, Rambung Teldak, Kuning Abadai Kecamatan Darul Hasanah dan pembibitan di Desa Simpur Jaya Kecamatan Ketambe.

Erwansyah, Fasilitator Kabupaten mengatakan, berdasarkan kontrak pihak pengelola dengan kelompok Tani Konservasi Hutan KTHK), untuk satu lokasi pembibitan dengan kapasitas 50.000 bibit tanaman, diberikan biaya senilai Rp157 juta. Mulai dari pembibitan di Desa Tanjung Leuser, Rambung Teldak, Kuning Abadi dan pembibitan di Desa Simpur Jaya Kecamatan Ketambe.

Namun, untuk biaya pembuatan rumah bibit dan pembibitan Kebun Bibit Pemulihan Ekosistem (KBPE) Tanaman hutan dan kebun di atas area seluas 2.000 hektar di seluruh Aceh Tenggara tersebut, Erwansyah mengaku tak tahu persis.

Demikian juga dengan biaya penanaman yang akan dilaksanakan kelompok Tani Hutan Konservasi pada Desember 2022 mendatang. “Karena urusan biaya menjadi wewenang pak Khairul, sebagai manager kegiatan pembibitan di KFW 2022 ini,” ujarnya.

Khairul Rizal, National Manejer Project KFW untuk program penghijauan Hutan TNGL dan kebun petani di Agara dan Gayo Lues menyebutkan, total jumlah dana bantuan Perbankan Jerman untuk kegiatan BCCPGLE itu disebut-sebut menelan dana senilai Rp40 miliar untuk Agara dan Gayo Lues.

Namun Khairul Rizal mengaku sama sekali tak tahu menahu, karena dia hanya sebagai pekerja saja. “Untuk lebih jelasnya, silahkan tanyakan pada pak Li Suradi Staf KKBDPBCA Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Jakarta, beliau yang lebih tahu,” ujarnya.

Sementara itu, Camat Darul Hasanah, Hayadun saat dikonfirmasi Metro Online pada Sabtu 23 Juli 2022 terkait proyek tersebut mengaku, awal pembentukan kegiatan itu memang semua Muspika ikut terlibat. Namun setelah proyek itu berjalan, tidak ada lagi koordinasi.

“Bisa dipastikan pihak pelaksana kegiatan dan Muspika putus komunikasi. Kita berharap koordinasi itu penting kepada semua pihak. Ada ketidakpastian informasi, sehingga membuat masyarakat terus bertanya itu proyek siapa dan untuk apa. Tapi kita bingung, karena pihak kecamatan tidak bisa memberikan penjelasan secara detail kepada masyarakat,” katanya.(mj)

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini