Ketua Komantab Dorong Pihak Terminal BBM Pertamina Sibolga Harus Bertanggung Jawab

Sebarkan:


SIBOLGA
| Ketua  Komunitas Menjaga Pantai Barat (Komantab), Damai Mendorofa, turut menanggapi soal tanaman mangrove di sekitar lokasi Terminal BBM Pertamina Sibolga mati.

"Hal ini harus dipertanggung jawabkan Terminal BBM Pertamina Sibolga karena diduga proses pengrusakannya berlangsung selama tujuh tahun." Ungkapnya.

Saat dihubungi melalui telpon seluler Rabu pagi (21/07/2021), dia mengatakan berdasarkan dari hasil laporan pihak PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I Terminal BBM Kota Sibolga, kepada Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perumahan Kawasan Pemukiman dan Lingkungan Hidup (PKPLH) Kota Sibolga, Hendra Darmalius  mengatakan, pihak Terminal BBM Pertamina Sibolga mengaku bertanggung jawab atas permasalahan yang menyebabkan kerusakan pohon mangrove yang diketahui pada 23 Mei 2021 lalu.

Menurut, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perumahan Kawasan Pemukiman dan Lingkungan Hidup (PKPLH) Kota Sibolga, Hendra Darmalius bahwasanya ada dugaan kebocoran minyak yang rembesannya ke hutan bakau (mangrove).

Pihak dari PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I Terminal BBM Kota Sibolga sudah melakukan pemeriksaan tanah dan air di hutan bakau tersebut ke laboratorium, hasilnya tidak ada tumpahan minyak sampai ke bakau tersebut. Mungkin sudah terhisap akar bakau dan tanahnya juga dikatakannya sudah tidak mengandung minyak.

"Setahu saya pohon mangrove tidak mungkin mati akibat tumpahan minyak walaupun saluran pipanya bocor. Pohon mangrove merupakan salah satu tumbuhan kuat, tetapi kalau memang benar itu akibat tumpahan minyak bocor yang sangat berpengaruh ke ekosistem di lingkungan mangrove, maka, bisa-bisa ikan, kepiting dan udang pun mati. Nah, kalau mangrovenya mati akibat rembesannya minyak itu butuh proses panjang," papar Damai Mendrofa.

Selain itu, Damai Mendrofa juga mempertanyakan, jika memang sejumlah mangrove mati, pohonnya dikemanakan? apakah setelah mati ditebang atau bagaimana? Takutnya bisa disalah gunakan.

"Perlu ketegasan Pemerintah Kota Sibolga kepada pihak PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I Terminal BBM Kota Sibolga, mengingat kelangsungan ekosistem, jangan sampai anggaran yang puluhan juta bahkan ratusan juta terbuang sia-sia, apa lagi rencananya akan dijadikan tempat wisata," ucapnya.

Ia juga mengakui, sangat kecewa terhadap pihak Pertamina, mengingat minimnya tempat wisata di Kota Sibolga sangat disayangkan jika tanaman mangrove yang ditanam oleh Pemko Kota Sibolga pada tahun 2014 lalu sampai dengan 2021 harus menunggu kembali selama tujuh tahun untuk tumbuh lagi.

Yang artinya, apa pun alasan PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I Terminal BBM Kota Sibolga mengakui kesalahannya dengan mengganti mangrove yang mati, lantas bagaimana dengan ekositem di sekitaran lokasi mangrove? Apakah harus ditunggu selama tujuh tahun? Apakah mereka bersedia mempertanggung jawabkan selama tujuh tahun ekosistem di lokasi mangrove.

Pimpinan Terminal BBM Pertamina Sibolga harus bertanggung jawab penuh, jangan setelah diganti lantas lepas tanggung jawab, kedepannya bagaimana? Haruskah menunggu selama tujuh tahun? Jika memang harus menunggu tujuh tahun bagaimana pertanggung jawaban mereka terhadap program Pemko Kota Sibolga yang ingin menjadikan hutan mangrove buatan menjadi tempat wisata?

"Coba kita bayangkan dari 2014-2021 pohon mangrove sudah tumbuh selama tujuh tahun berdampingan dengan masyarakat Kota Sibolga, hanya dikarenakan gara-gara kelalaian mereka, kemudian minta maaf dengan memprogramkan ulang kembali tumbuhan mangrove apakah ekosistem langsung kembali pulih seperti sebelumnya? Itukan tidak mungkin."

"Berarti, perlu proses selama tujuh tahun lagi untuk menghidupkan kembali hutan mangrove yang selama ini sudah ada kehidupan di dalam hutan mangrove seperti ikan,udang, kepiting dan lain-lain," paparnya.

Sambungnya, hutan mangrove milik Pemko Sibolga yang telah terrusak disekitaran Terminal BBM Pertamina fungsinya sangat banyak, tidak hanya sebagai penahan erosi, hutan mangrove juga mampu menjadi penyaring sampah, menyerap karbon dioksida (CO2) dengan jumlah banyak, kemudian melepaskan oksigen dengan jumlah yang banyak. Artinya, hutan mangrove tersebut telah mendukung lingkungan yang baik di Kota Sibolga.

"Jujur saja kita sangat kecewa dengan
Terminal BBM Pertamina Sibolga, kalau hutan mangrove itu rusak akibat ulah mereka. Mereka telah merusak kehidupan masyarakat Kota Sibolga. Kita berharap pemerintah Kota Sibolga harus bertindak tegas dan cepat kepada pihak PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I Terminal BBM Kota Sibolga, mereka harus bertanggung jawab selama tujuh tahun kelangsungan ekosistem hutan mangrove milik Pemko Sibolga," pungkasnya.(Tp) 

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini