Aceh Timur Komit Cegah Dampak dan Resiko Masalah Stunting pada Anak

Sebarkan:

Sekretaris Daerah Aceh Timur Ir. Mahyuddin, pada kegiatan Rembuk Stunting di Aula Hotel Royal Idi.


ACEH TIMUR
I Pemerintah Kabupaten Aceh Timur komitmen akan terus mencegah dampak dan resiko masalah pada anak kerdil (stunting) akibat kekurangan gizi kronis.

“Upaya besar dalam  mencegah dan penanggulangan dampak resiko stunting tersebut tidaklah mudah, maka dari itu saya juga harap adanya komitmen kebersamaan semua sektor,” kata Sekretaris Daerah Pemda Aceh Timur Ir. Mahyuddin, MS.i, saat membuka Rembuk stunting di Aula Hotel Royal Idi, Kamis (15/7/2021).

Mahyuddin juga mengatakan, stunting merupakan suatu kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada seribu hari pertama kehidupan. Kondisi gagal tumbuh pada anak balita disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu lama serta terjadinya infeksi berulang.

“Oleh karenanya upaya pemantauan, sinergitas program serta kerjasama sektor terkait dalam memberdayakan masyarakat sebagai garda terdepan dalam pencegahan dan penanggulangan stunting yang merupakan progresif dan konkrit dalam upaya penanggulangan stunting seribu HPK,” kata Mahyuddin.

Maka dari itu, Mahyuddin mengajak semua pihak untuk terus mengupayakan pencegahan dan penanggulangan dampak resiko bagi penerus di Aceh Timur khususnya melalui kegiatan rembuk stunting tersebut.

“Karena upaya bersama sangat diperlukan saat ini, dan beratnya tugas sektor terkait dalam upaya penurunan stunting, memerlukan penyegaran terkait permasalahan yang sedang dihadapi,”kata Mahyuddin.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur Sahminan mengatakan, Kabupaten Aceh Timur pada tahun 2019 telah ditetapkan sebagai Kabupaten lokus stunting dari 100 Kabupaten di Indonesia sebagai komitmen dalam melakukan percepatan pencegahan dan penurunan stunting.

“Oleh karena itu, besar harapan kami melalui kegiatan rembuk gizi dapat dihasilkan perencanaan perbaikan gizi secara holistic, intergatif, tematik, dan spatial dengan cakupan yang optimal sehingga dapat mengembangkan rencana percepatan perbaikan gizi di masing-masing daerah,” kata Sahminan. (said).
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini